Bab 2 Sebut Namaku

1461 Kata
Dahi Gale berkerut. Gelagat gadis ini terasa aneh. ‘Apa yang telah dia minum?’ Bertanya dalam hati, Gale meraih botol kosong di depannya dan memperhatikan labelnya. Dia mengenal jenis anggur ini. Wine yang tidak terlalu memabukkan yang bahkan bisa diminum oleh anak-anak kecil. Kerut di dahi Gale semakin dalam. Alasannya hanya dua, seseorang telah memasukkan sesuatu ke dalam minumannya, atau gadis ini hanya berakting. Kalau alasannya yang kedua, gadis ini benar-benar aktris yang sangat hebat. Dan dia salah memilih mangsa. Sudut bibir Gale Bahrany berkedut. Dia benci perempuan yang sengaja menggoda lelaki dengan menggunakan tubuhnya. Gale lebih menghargai perempuan cerdas yang tahu bagaimana menempatkan dirinya sebagai perempuan terhormat. Gale tersenyum hambar ketika memikirkan bagaimana gadis muda ini telah melakukan kesalahan. Dia tidak tertarik dengan aktingnya, namun sesuatu yang sangat kuat di dalam dirinya telah terbangun sempurna. Ini sungguh aneh, bukan reaksi normalnya yang biasa. Gale akhirnya menyerah. Dia tidak bisa menahannya lagi. “Kamu yang memintanya, Nona!” Bisik Gale serak sambil membungkuk lalu membopong tubuh Grizella. Dia tidak mendapat perlawanan. Gadis itu malah melingkarkan lengannya di leher Gale. Tubuh gadis itu tinggi namun ramping, sama sekali tidak membuat Gale yang bertubuh tinggi tegap dan atletis mengalami kesulitan saat membawanya keluar dari bar. Tepat saat Gale bersama Grizella masuk ke dalam lift, Dandy, pacar Grizella keluar dari lift di sebelahnya dan kembali ke bar. Dia berteriak marah sambil menggebrak meja ketika melihat Grizella sudah tidak berada di sana dan dua botol wine itu sudah kosong. Seperti kesetanan dia mencari-cari sosok gadis itu di seluruh sudut bar, namun tidak menemukan gadis itu. Pria itu terduduk lemas. Rencananya gagal total. Kamar Gale hanya satu lantai di bawah bar, dia menyewa suite eksekutif, yang rencananya malam itu akan dia tempati bersama Maureen. Dia ingin memberi kejutan pada perempuan itu. Namun dia terkejut ketika sampai di hotel dan ponselnya melacak keberadaan Maureen di dalam gedung yang sama. Dan begitulah bagaimana perselingkuhan perempuan itu dengan bosnya terbongkar di depan mata Gale. Tangan kuat yang sedang membopong tubuh Grizella mengepal karena kemarahan yang kembali melintas. Membuat gairahnya semakin tidak tertahankan. Gale berbalik, dengan tidak sabar mendorong pintu kamar dengan punggungnya. Begitu memasuki kamar, Gale merasakan tubuhnya mulai gemetar karena gairah yang semakin memuncak. Gale membuka gaun Grizella dengan tidak sabar. Tubuh gadis itu benar-benar meruntuhkan pertahanannya. Kulit putihnya sehalus pualam, dan tubuhnya membentuk siluet sempurna gitar Spanyol. Bukit kembarnya besar dan menantang, membuat Gale berkali-kali menelan salivanya. Dibanding dengan tubuh Maureen yang notabene jauh lebih dewasa, tubuh gadis ini jauh di atasnya. Maureen kebanting kalau disandingkan dengan Grizella. Grizella menggeliat, merasakan dorongan aneh di dalam tubuhnya yang serasa terbakar. Dia berusaha menggapai tubuh pria itu, tidak menyadari tubuh mereka sudah sama-sama polos. Tubuhnya yang terus menggeliat seperti cacing kepanasan membuat Gale gelap mata. “Kamu yang memintanya, Nona!” Bisiknya serak sambil menghujamkan dirinya ke dalam tubuh gadis itu dengan satu dorongan kuat. Nafsu yang menguasai membuat telinganya tidak mendengar lagi rintihan kesakitan gadis itu. Yang terpikirkan hanya terus mendorong dengan cepat untuk mengejar puncak kenikmatan. “Namaku Gale. Sebut namaku!” Perintah Gale pada gadis yang sedang merintih dan mendesah di bawah tubuhnya. Kata-kata Gale terdengar seperti geraman, saat tubuhnya semakin didorong ke dalam pusaran kenikmatan. Seperti kesetanan dia terus mengejar kenikmatan itu. Terus meminta lagi dan lagi. Entah berapa lama kegilaan itu berlangsung hingga akhirnya setelah pelepasannya yang kesekian kali dia ambruk di atas tubuh gadis itu. Mereka lalu jatuh tertidur. Gale terbangun, hari sudah terang. Ada cahaya masuk di celah gorden jendela. Dia menyingkap selimut dan menoleh ke gadis muda yang meringkuk di sampingnya. Pandangan tajamnya menemukan banyak jejak percintaan mereka di tubuh gadis itu. Gale mengingat apa yang telah mereka lakukan dengan sangat jelas, percintaan mereka yang panas penuh gairah. Gale yang lepas kendali menguasai tubuh mempesona itu sepenuhnya, dia terus meminta, seolah rasa hausnya tidak pernah terpuaskan. Untuk pertama kalinya sepanjang hidupnya dia mengalami sensasi luar biasa ini. Maureen yang sudah berpengalaman bahkan tidak senikmat gadis ini. Dahi Gale berkerut saat dia turun dari tempat tidur dan melihat bercak merah di kain sprei putih bersih itu. Seketika pandangannya menjadi rumit. Hawa dingin menerpa punggungnya. Gale mengalihkan pandangannya dan berjalan masuk ke kamar mandi dengan perasaan bingung. Lama dia melewatkan waktu di dalam kamar mandi. Saat Grizella membuka mata, dia melihat Gale, baru selesai mandi, dan hanya mengenakan celana panjang hitam, sedang berdiri di depan cermin. Posisi pria itu membelakangi Grizella, tetapi bayangannya di cermin tepat menghadap ke arahnya. Separuh badannya yang telanjang terpampang sempurna di depan mata Grizella, dan aura berkuasa memancar kuat dari sosok di depannya ini. Tubuh Gale sangat bagus, tinggi, atletis, bahunya lebar dan perutnya membentuk beberapa kotak roti kasur. Grizella memalingkan pandangannya karena merasa jengah telah memperhatikan tubuh telanjang pria itu. Untung saja Gale tidak melihat sorot matanya yang gelisah dan pipinya yang memerah karena pandangannya terhalang handuk. Pria itu sedang sibuk mengeringkan rambutnya. Grizella merasa suasana di antara mereka sangat intim. Ini pertama kali dia sekamar dengan seorang pria dan melihat tubuhnya yang setengah telanjang. Ingatannya tidak bisa mengingat jelas apa yang telah terjadi semalam, tetapi melihat ranjang yang acak-acakan, bercak darah di sprei, dan rasa nyeri di area kewanitaannya, Grizella mengerti apa yang telah terjadi. Sekujur tubuh Grizella juga terasa sakit saat dia beringsut perlahan ke tepi ranjang. Menyadari gerakan di belakangnya, Gale berbalik dan mendekat. "Sudah bangun? Kamu baik-saja? Maaf..." Grizella hanya menggigit bibir dan berlari ke kamar mandi, mengabaikan pria itu. Pria itu sudah merenggut kehormatannya, bagaimana bisa dia berharap Grizella baik-baik saja? Setelah apa yang dia lakukan Grizella sudah tidak akan pernah merasa baik-baik saja. Grizella menangis lama di dalam kamar mandi sebelum berdiri di bawah shower dan membiarkan air dingin mengguyur tubuhnya, menjernihkan pikirannya. Ketika dia keluar dari kamar mandi lebih dari sejam kemudian, dia melihat Gale masih di sana, duduk di sofa, sepertinya sengaja menunggunya. Pria itu sudah berpakaian lengkap, mengenakan jas hitam yang membuat sosok dinginnya semakin tampan namun memberi kesan mengintimidasi. Dia pasti bukan orang sembarangan. "Siapa namamu?" Pria itu bertanya saat Grizella hanya berdiri terpaku di depan pintu kamar mandi, sedikit menggigil karena terpaan udara dingin AC sentral yang mengenai punggungnya yang terbuka. Dia hanya melilitkan handuk di tubuhnya. "Siapa namamu?" Pria itu mengulang pertanyaannya. Suaranya berat. "Grizella Allen." Grizella menyebut namanya dengan bibir gemetar. Mata Gale berkedip. Nama yang cantik, secantik pemiliknya. Berkali-kali dia harus menarik napas panjang melihat sosoknya yang tampak sangat menggoda di depannya. Dengan rambut basah dan tubuh hanya dibalut handuk, gadis itu membuat gairah dalam dirinya kembali bergelora. Tapi Gale berusaha mengendalikan diri. Grizella masih perawan, ini di luar perkiraannya. Jadi semalam itu bukan akting, seseorang telah membubuhkan sesuatu ke dalam botol anggur itu dan dia dengan kejamnya telah memanfaatkan kesempatan. 'Dasar m***m!' Gale mengumpati dirinya sendiri dalam hati. Tadi Gale lama berdiam di bawah shower, membiarkan air deras sedingin es membasuh tubuhnya, berharap rasa penyesalan di hatinya bisa hilang. Tapi ternyata tidak berhasil sama sekali. Melihat tubuh tak berdaya gadis itu berdiri menggigil di depannya, rasa bersalah semakin kuat menggempurnya. Grizella Allen berbeda dari semua perempuan yang pernah berbagi ranjang dengannya. Dia masih perawan dan masih sangat muda. Kenyataan ini sangat mengganggu pikiran dan perasaan Gale. Gale menarik napas panjang dan menghembuskannya dalam satu kali hentakan kasar, berharap beban yang menghimpit dadanya bisa lenyap. Namun dadanya masih terasa sesak, karena beban di dadanya justru semakin terasa berat. Ketika dia akhirnya berbicara, suaranya bergetar. "Begini, Grizella, aku akan bertanggung jawab atas apa yang sudah aku lakukan. Kamu akan menjadi pacarku dan seluruh hidupmu menjadi tanggung jawabku." Ini keputusan yang Gale ambil setelah lama berpikir di dalam kamar mandi tadi. Hanya itu yang bisa dia tawarkan pada Grizella untuk sementara ini. Aturan dalam keluarganya sangat ketat, dia tidak boleh menikahi sembarang perempuan. Jodohnya sudah ditetapkan. Gale tidak mau menyeret Grizella dalam kerumitan hidupnya. Dia berencana membangun dunianya sendiri bersama gadis itu, di luar urusannya dengan keluarganya. Grizella adalah gadis perawan pertama yang dia gauli di sepanjang petualangan seksualnya, dan dia tidak akan memaafkan dirinya kalau sampai mengabaikan gadis ini. Lagi pula, dia sangat tertarik pada gadis ini. "Kita akan bicara lagi nanti. Pagi hingga sore ini aku sangat sibuk di kantor. Ada beberapa meeting penting yang tidak bisa ditunda, tapi sorenya aku sudah kembali. Jadi tolong tetaplah di sini, jangan kemana-mana." Gale berbicara sambil melirik jam tangan mewah di pergelangan kirinya. Dia orang yang selalu tepat waktu. Dia sudah terlambat lima belas menit dari jadwal. Tapi dia masih merasa berat meninggalkan Grizella. Gadis itu tetap bungkam, tidak mau berbicara padanya. Gale kehilangan akal menghadapinya. “Grizella..” Panggil Gale. Dia menatap gadis itu frustrasi. Dia ingin mendengar Grizella berbicara, walau hanya sepatah kata, atau mengungkapkan kemarahan dengan kata-kata makian juga tidak apa-apa. Gale siap menerimanya. Karena dia memang bersalah. Tapi Grizella tetap bungkam. Dia tetap berdiri di sana dengan tubuh hanya dililit handuk. Kedinginan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN