Bab 1 Pertemuan

1435 Kata
“Kenapa wajahmu murung, Nona Cantik?” Sebuah suara terdengar nyaring, menyeruak di antara suara bising para pengunjung dan alunan musik bernuansa jazz. Suara itu berasal dari seorang pria paruh baya dengan penampilan elegan yang bermaksud menyapa seorang gadis muda yang sedang sendirian. Tidak ada respon. Gadis muda itu tetap asyik dengan kesendiriannya. Merasa diabaikan, pria itu menyerah dan memilih bergabung kembali dengan rekan-rekannya yang sedang berkumpul di sisi lain. Blue Sky Bar, Dine and Lounge, merupakan salah satu bar sekaligus restoran mewah terbaik yang menjadi tujuan utama para pengusaha atau pebisnis dengan kekayaan yang tidak terhitung jumlahnya, untuk menjamu tamu dan relasi bisnis mereka. Berada di puncak Sky Hotel, sebuah hotel bintang lima dengan fasilitas terbaik yang selalu full booking setiap harinya. Menawarkan konsep pelayanan yang unik, mampu membuat pengunjungnya betah dan selalu kembali lagi. Tempat itu buka 24 jam. Tentu saja, tidak sembarang orang bisa masuk ke sana. Setiap pengunjung yang datang ke tempat itu harus memiliki kartu khusus sebagai akses untuk masuk ke sana. Grizella Allen, masih duduk sendirian di sana dengan penampilan memukau. Rambut panjang lurusnya jatuh dengan indah melewati punggung yang terbuka, menyentuh pinggangnya yang ramping. Grizella mengenakan gaun dan riasan terbaiknya malam ini, karena dia datang ke tempat ini untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-22 tahun. Seharusnya saat ini adalah momen paling membahagiakan baginya, namun dia terlihat kesepian di tengah suasana bar yang sangat ramai malam ini. Pria tadi adalah orang kesekian yang mencoba menyapa setelah hampir dua puluh menit Grizella duduk di sana sendirian. Setelah itu masih ada beberapa pengunjung lain ikut menyapa, namun dia terus diabaikan. Suasana hatinya sedang tidak sangat baik saat ini. Awalnya Grizella dan Dandy Nicolaas, pacarnya, datang ke sini dalam suasana hati gembira sambil bergandengan tangan dengan mesra. Dandy mengajak Grizella merayakan ulang tahunnya di tempat ini sekaligus untuk merayakan hubungan pacaran mereka yang sudah memasuki usia tujuh tahun. Mereka pacaran sejak masih SMA dan berlanjut hingga kuliah. Dandy dan Grizella kuliah di Universitas yang sama walaupun beda jurusan. Grizella di Fakultas Kedokteran dan Dandy di Fakultas Ekonomi, mengikuti kemauan orang tuanya. Setelah diwisuda sarjana, Dandy melanjutkan S2 manajemen bisnis di Amerika. Kemarin Dandy datang dari Amerika, khusus untuk merayakan ulang tahun Grizella, sekaligus mengobati rindu setelah hampir dua tahun menjalani LDR. “Aku sangat merindukanmu, Sayang.” Bisik Dandy sambil menciumnya. Mereka ada dipojok lounge dengan pencahayaan remang-remang. Grizella merasa ciuman pacarnya berbeda dari biasanya, penuh nafsu dan tangan pacarnya tidak segan-segan menggerayangi tubuhnya. Grizella spontan mendorong tubuh Dandy, gerakannya agak kasar, karena sangat terkejut melihat sikap pacarnya. Selama ini mereka pacaran sehat, tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Berciuman sekedarnya agar tidak melewati batas. Mereka punya prinsip untuk menjaga kesucian hingga hari pernikahan nanti. “Kenapa, Zee? Kamu sudah tidak mencintaiku lagi?” Dandy bertanya tidak senang, matanya menatap Grizella nanar. “Aku masih sangat mencintaimu, Dan. Tidak pernah berubah. Tapi kamu jangan aneh-aneh begitu, ingat, kita sudah berkomitmen untuk melakukannya setelah menikah.” Kata Grizella sambil mengambil jarak dari Dandy. Dan itulah akar permasalahannya. Dandy tersinggung dan marah besar. “Kita sudah pacaran selama tujuh tahun dan kamu masih bersikap seperti malaikat di hadapanku? Sebentar lagi kuliahku akan selesai dan kita akan menikah. Kenapa kita tidak melakukannya sekarang, Zee? Toh sama saja kita melakukannya sekarang atau nanti, kita akan tetap menjadi suami istri. Aku sudah menyewa kamar untuk kita berdua malam ini dan beberapa hari ke depan selama aku di sini. Mari kita nikmati kebahagiaan kita, Zee.” Kata pria itu sambil mencengkeram lengan Grizella dengan sangat kuat, hingga dia merasa kesakitan. Grizella menggeleng tegas. “Tidak! Aku tidak mau!” “Sialan kamu, Zee! Aku sudah membuang-buang waktu bersamamu! Lebih baik kita akhiri hubungan ini sampai di sini saja! Masih banyak gadis-gadis lain yang lebih menyenangkan daripada kamu. Sudah cukup tujuh tahun hidupku berlalu sia-sia. Kamu tahu, Zee, kamu sangat membosankan!” Dandy menghempaskan cengkeramannya dengan kuat, membuat tubuh Grizella terdorong ke belakang, nyaris jatuh dari kursi bulat tempat dia duduk. Grizella mencengkeram tepi meja dengan kuat, menjaga agar tubuhnya tidak terjatuh. Ketika dia mendongak, matanya melihat punggung pacarnya yang berjalan menuju pintu keluar dengan langkah lebar. Grizella tergugu di tempat duduknya. Air matanya membanjir. Inilah hadiah ulang tahunnya, mereka putus. Dia tidak pernah menduga Dandy akan berubah seperti itu. Mungkinkah gaya hidup bebas anak muda Amerika telah merasuki Dandy? Grizella bergidik ngeri. Dia seperti tidak mengenal Dandy lagi, cinta pertamanya, satu-satunya pria yang dia impikan menjadi suaminya kelak. Di tengah rasa frustrasi, Grizella menenggak anggur yang sudah sejak tadi ada di meja di hadapannya. Ada dua botol anggur di sana dan dia menenggak semuanya seperti orang kalap. Di meja seberang, seorang pria yang baru saja tiba tercengang melihat apa yang Grizella lakukan. ‘Drunken masterkah dia?’ Pria itu bertanya dengan alis berkerut. Penampilan gadis muda di depannya, leher jenjangnya yang terekspos saat dia mendongak dan menenggak anggur dari botolnya langsung, terlihat sangat menarik. Tatapan pria itu terpaku pada pemandangan yang tersaji di hadapannya. Gadis itu sangat cantik. Gaun hitam bertali spaghetti yang dia kenakan membuat kulit putihnya terihat bercahaya. Bibir merahnya berkilauan di bawah cahaya temaram lampu, sangat menggoda. Wajahnya cantik, dan bentuk tubuhnya membuat pikiran pria itu travelling kemana-mana. Pria itu menelan salivanya dengan susah payah. Tenggorokannya terasa kering. Entah kenapa, ada dorongan kuat untuk menghampiri gadis itu. Dia menjadi seperti lelaki yang baru keluar dari gua setelah terkurung selama bertahun-tahun dan belum pernah melihat perempuan. Padahal perempuan adalah mainan yang sangat menghiburnya di tengah kesibukannya sebagai seorang pemimpin perusahaan. Tapi gadis ini berbeda. Dia memiliki daya magnet yang sangat kuat menariknya. Keberadaannya membuat pria itu tidak bisa lagi mengalihkan pandangannya, tersedot kekuatan magis perempuan muda di hadapannya. Setelah sekian menit mengamati dengan penuh minat, Gale Bahrany, mengabaikan semua hal bertema kesopanan dan kepantasan, menghampiri gadis itu. Menyadari kehadiran seseorang, Grizella mengulurkan tangannya. “Sayang..” Bisik Grizella serak. Anggur yang diminumnya sudah bereaksi sempurna. Pandangan mata Grizella menjadi buram. Dia tidak pernah minum banyak sebelumnya, jadi reaksi tubuhnya sedikit berlebihan. “Kamu mengenal siapa aku?” Gale yang mulai waspada bertanya. Mungkin gadis ini mengenal siapa dirinya dan sengaja menggodanya, walaupun skenario itu agak meragukan, karena saat dia datang gadis itu sudah berada di sana, sedang menenggak anggur langsung dari botolnya. Jadi tidak mungkin dia sengaja datang untuk menjeratnya. Grizella mabuk. Dia hampir tidak bisa menatap lurus pria di depannya. dia berbicara terbata-bata. “Kamu.. pria tampan… Apakah kamu.. dewa.. yang.. jatuh dari langit?” Grizella dengan agresif menangkup wajah pria itu dan menciumnya. Spontan Gale mendorongnya, tetapi dia terlanjur merasakan bibir manis gadis itu. Ya Tuhan! Dia sangat cantik dan ciumannya memabukkan. Napasnya beraroma anggur yang manis. Gale terpana. “Kamu datang dengan siapa di tempat ini?” Tanya Gale, mulai panik dengan respon tubuhnya yang mendambakan bibir ranum itu menyentuh bibirnya lagi. “Pacarku.. Laki-laki sialan itu pergi.. Kami putus.. Hiks.. Hiks.. Hiks..” Bahu Grizella berguncang hebat. Dia menangis terisak-isak, membuat tembok pembatas dalam diri Gale ambruk seketika. Terdorong naluri melindungi, Gale meraih gadis itu ke dalam pelukannya. Dan itu kesalahan fatal. Sesuatu dalam dirinya bangkit karena hembusan napas gadis itu di dadanya. Gale menunduk, menatap kepala yang bersandar di dadanya dengan pandangan nanar. Malam ini sebetulnya adalah malam yang sangat tidak menyenangkan bagi Gale. Beberapa menit yang lalu dia telah memergoki pacarnya, perempuan yang sudah berbagi puluhan malam penuh gairah bersamanya, sedang bermesum ria dengan pria lain di salah satu kamar hotel ini. Perempuan sialan itu, dia tidak tahu bahwa Gale adalah pria yang sangat membenci pengkhianatan. Gale yang lelah dan frustrasi menghadapi tuntutan ayah dan kakeknya untuk segera menikah dengan perempuan yang sudah dijodohkan oleh keluarganya, memilih perempuan itu sebagai pacarnya. Walaupun dia tidak terlalu mengenal perempuan yang dia temui di sebuah pesta itu dengan baik, namun Gale tertarik dengan tubuh sexynya dan perempuan itu mau dibawa ke ranjangnya tanpa ikatan resmi. Gale adalah pria dewasa yang tahu menyenangkan dirinya sendiri. Mereka sudah menjalin hubungan selama tiga bulan, tetapi perempuan itu malah berselingkuh. Perempuan sialan. Gale mengumpat dalam hati. Marah dan kesal. Saat itu Gale mengira dia akan patah hati, tapi ternyata tidak. Maureen, pacarnya, yang merupakan sekretaris sebuah perusahaan di bawah level perusahaan Gale ternyata tidak sepenting itu baginya. Gale hanya merasakan kemarahan, karena harga dirinya sebagai laki-laki telah diinjak-injak. Tidak ada rasa cemburu yang timbul dari perasaan cinta karena dia memang tidak pernah mencintai perempuan itu. Ini hanya hubungan sekedar saling menyenangkan. Dan hubungan itu sudah berakhir. “Sayang..” Gale disadarkan dari lamunannya. Tangan gadis itu melingkari pinggangnya erat. Lalu dia merasakan gesekan kepala gadis itu di dadanya. Tubuh gadis itu terasa panas, dan hawa panas itu mulai merambat ke tubuhnya. Sesuatu yang berbahaya di dalam diri Gale bangkit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN