Bab 4 Tertangkap Basah

1312 Kata
Di sebuah gedung pencakar langit yang berada beberapa kilometer dari tempat Grizella. Gale Bahrany menatap serius pria yang baru melangkah masuk ke ruang kantornya, dia Erick, temannya sekaligus asistennya. Erick baru kembali dari hotel. Gale sengaja menyuruhnya ke sana karena sepanjang pagi hingga siang dia terus merasa kuatir. Dia sampai tidak fokus memimpin meeting tadi karena pikirannya terus diganggu oleh bayangan Grizella. Apa yang sudah mereka lakukan semalam terus berkelebatan di benaknya. Begitu kuatnya pengaruh gadis itu pada Gale, dan dia tidak juga menelpon hingga menjelang sore. "Apa kamu menemukan gadis itu di sana?" Gale bertanya, tak sabar menunggu Erick duduk di hadapannya. Ada nada bergarap dalam suaranya. Ya, bagaimanapun dia tetap berharap Grizella mau menunggu. "Tidak. Menurut resepsionis, gadis itu meninggalkan hotel tak lama setelah kamu pergi. Dan dia meninggalkan kartu namamu." Jawab Erick sambil meletakkan kartu nama eksklusif itu di depan Gale. Gale tanpa sadar mendesah kecewa. Pantas saja sepanjang pagi hingga sore gadis itu tidak meleponnya. Dia sudah menunggu dengan tidak tenang, berharap gadis itu menelponnya, tetapi sama sekali tidak ada panggilan dari Grizella. Dia pun menjadi uring-uringan. Seperti remaja tanggung puber yang gelisah. Biasanya seorang gadis akan sangat bergantung pada pria yang mengambil keperawanannya - itu pendapat yang pernah Gale dengar, tetapi gadis ini malah mengabaikannya. Kartu namanya ditinggalkan begitu saja. Gale belum pernah diabaikan oleh perempuan, dan sikap gadis itu sekarang membuat Gale sangat penasaran. Hemm... Siapa gadis muda ini sebenarnya? Gale bertanya-tanya. Selain namanya, tidak ada hal lain yang Gale ketahui tentangnya. Bahkan Gale tidak memiliki nomor ponselnya. Gale benar-benar bingung sekarang. Dia merasa diabaikan dan sakit hati untuk itu. "Namanya Grizella Allen. Apakah kamu mengenal nama itu?" Tanya Gale. Sesaat Erick menatap Gale itu heran. Tidak biasanya bosnya ini mencari tahu tentang seorang perempuan dengan penuh kebingungan seperti sekarang. Apa yang telah terjadi semalam? "Erick?" Gale menatap asistennya dengan dahi berkerut, menuntut jawaban. "Grizella Allen..." Erick mengulang nama itu sambil berpikir. "Ada satu nama Allen yang cukup terpandang, kekayaan dan popularitas mereka mungkin dua level di bawah keluarga Bahrany. Jacob Allen CEO Jacob's Corporation. Tapi pria itu sudah meninggal dua tahun yang lalu dalam kecelakaan maut yang cukup menghebohkan publik, dan perusahaannya nyaris bangkrut. Apakah mungkin nama yang kamu sebutkan adalah putrinya? Yang aku tahu, Jacob Allen hanya memiliki seorang putri." "Jacob Allen..." Gale mencoba memeras ingatannya. Namun dia tidak bisa mengingat apapun, karena saat peristiwa yang diceritakan Erick itu terjadi dia masih di luar negeri, menjalani rekonstruksi tulang pahanya yang patah akibat kecelakaan di arena balap. Beberapa tahun lalu, selain terkenal sebagai penerus bisnis keluarga Bahrany, Gale adalah seorang pembalap motor profesional, hobby yang dia tekuni selama 6 tahun kuliah di Amerika. Jadi Gale ketinggalan banyak informasi. "Coba selidiki lebih jauh tentang gadis itu. Laporkan hasilnya sebelum pulang." Perintah Gale. "Baik, G!" Erick menjawab cepat, dan dia langsung memanfaatkan kekuatan koneksinya untuk itu. Tak sampai lima belas menit, dia sudah kembali menghadap Gale dan membawa hasil investigasinya. “Ternyata benar, G. Grizella Allen adalah putri Jacob Allen. Setelah ayahnya meninggal dia langsung hilang dari peredaran, meninggalkan pergaulan kelas atas, dan tidak ada yang melihatnya lagi sejak saat itu. Sebelumnya dia dikabarkan berpacaran dengan Dandy Nicolaas.” “Apa? Siapa?” Gale yang terkejut bertanya tiba-tiba. “Dandy Nicolaas. Ponakanmu, G. Ternyata dia berpacaran dengan Grizella Allen.” Jawab Erick tenang, tidak menyadari perubahan wajah Gale. Wajah Gale menjadi muram. Waktu di bar Grizella berbicara tentang pacarnya yang memutuskan hubungan mereka. Jadi anak itu? Gale merasa inilah jawaban pertanyaannya tentang siapa yang telah memasukkan sesuatu ke dalam minuman Grizella. Mendadak pelipis Gale berdenyut sakit. Kalau Dandy pelakunya, berarti keluarga Bahrany telah melakukan kejahatan keji pada Grizella. Ya, Tuhan! Gale mengusap wajahnya. Tangannya gemetar. “Cari dimana gadis itu sekarang!” Perintahnya dengan suara bergetar. *** Sementara Grizella, dia segera pergi ke rumah Dandy. Dia sudah merasa lebih baik dan demamnya telah hilang. Grizella sampai di rumah Dandy yang besar dan megah. Karena sudah terbiasa berkunjung ke rumah ini sejak masih sekolah dulu, Grizela hanya menyapa satpam yang berjaga di pintu gerbang dan langsung memasuki rumah itu. Menurut pak Satpam, Dandy ada di rumah, sejak pagi tidak keluar. Rumah itu sepi. Karena sudah terbiasa juga, Grizella langsung berlari naik tangga ke lantai dua, menuju kamar Dandy. Grizella sudah hafal di luar kepala seluk beluk rumah ini, jadi dia pun bergerak bebas tanpa merasa canggung. Kamar Dandy terletak di lantai dua, tepatnya di blok paling ujung, lokasi yang sengaja dia pilih sehingga ketika dia mengajak teman-temannya berkunjung, penghuni rumah lainnya tidak terganggu oleh keributan mereka. Grizella melangkah menyusuri lorong lebar berkarpet tebal menuju kamar Dandy. Semakin dekat, tidak terdengar suara apa-apa dari sana. Apakah Dandy sedang tidur sore? Dahi Grizella mengernyit karena area kamar Dandy sunyi senyap. Dandy punya kebiasaan memutar musik favoritnya dengan suara keras, yang akan langsung terdengar begitu mendekati kamarnya. Tetapi kali ini benar-benar sunyi senyap. Namun setelah berada di depan pintu, dia mendengar suara-suara dari dalam kamar. Rupanya insulasi suara di kamar ini tidak terlalu bagus, jadi ketika pintu kamar itu tidak tertutup sempurna, ada celah yang cukup besar, maka suara pelan pun dapat terdengar hingga keluar kamar. Grizella memusatkan perhatiannya pada suata-suara yang terdengar aneh itu. Dipicu rasa penasaran, dia mendorong pintu dan melangkah masuk. Kamar Dandy sangat luas. Di bagian paling depan ada lemari besar berseberangan dengan kamar mandi. Area tempat tidur ada di bagian dalam. Suara itu semakin jelas, ketika Grizella melangkah ke sana. Alisnya bertaut, sepertinya itu suara desahan dan rintihan orang yang sedang bercinta. Grizella mempercepat langkahnya dan seketika matanya terbelalak melihat pemandangan di depannya. Dandy, pacarnya selama tujuh tahun, yang semalam memutuskan hubungan mereka, sedang bercinta dengan penuh g4irah bersama seorang perempuan yang sepertinya dia kenal. "Dandy!" Grizella berteriak keras. Seketika dua tubuh tel4njang yang sedang bertumpukan itu terpisah. "Zee.." Dandy berbalik, menatap Grizella penuh ketakutan, seperti melihat hantu. Ketika dia berusaha meraih selimut untuk menutupi tubuh mereka, Grizella menariknya dengan kasar dan melemparkannya ke lantai. "Jadi ini sebenarnya alasanmu hingga memutuskan hubungan denganku?" Grizella menatap kedua orang itu jijik. Dia lalu fokus menatap si perempuan dengan tatapan mengejek. Gadis itu masih seperti dulu dengan tubuhnya agak gemuk. “Monik, apa kamu sudah demikian putus asa tidak bisa mendapatkan perhatian Dandy hingga akhirnya menggunakan cara menjijikkan ini untuk menggodanya?” Tubuh telanjang pasangan m***m itu terpampang di depan mata Grizella seperti bayi yang baru lahir. Walaupun sudah pacaran dengan Dandy sebegitu lama, dia belum pernah melihat tubuh telanjang pria itu. Kali ini dia membiarkan matanya menjelajah, membuat Dandy luar biasa malu dan menarik bantal untuk menutupi selangkangannya. Sementara si perempuan meringkuk membelakangi Grizella. Grizella tertawa melihat gaya konyol mereka. "Kamu bajingann mesumm, Dandy! Kamu berpura-pura memutuskan hubungan karena pelacurr murahan ini sudah membuka pahanya untukmu?" "Aku bukan pelacurr. Aku calon istri Dandy! Hubungan kami sudah direstui keluarga. Lalu apa urusanmu dengan apa yang kami lakukan?" Perempuan yang tadinya hanya diam kali ini bersuara. Herannya, nada suaranya penuh kemenangan. Grizella tertawa sambil menatap punggung berlemak itu. "Selamat kalau begitu. Kamu akhirnya berhasil mendapatkan pria impianmu. Selamat, Monik. Bajingann penipu ini memang pantas untukmu. Dan kamu Dandy, ini yang kamu bilang gadis yang lebih menyenangkan dan tidak membosankan?" Grizella bergidik, rasa jijik membuatnya mual. “Seleramu boleh juga!” Lanjutnya, mengucapkan kata-kata terakhirnya dengan tatapan mengejek bercampur mual, lalu berbalik meninggalkan manusia-manusia tidak bermoral dan tidak tahu malu itu. "Zee!" Dandy berteriak memanggilnya tapi Grizella sudah tidak perduli lagi. Dia berlari meninggalkan tempat itu. Dia sudah berada di kaki tangga ketika Dandy menyusulnya. Pria itu mencengkeram pergelangan tangan Grizella dengan kuat. "Tunggu, Zee. Aku ingin jelaskan." Kata Dandy dengan napas memburu karena baru saja berlari. "Apa yang mau kamu jelaskan? Aku sudah melihat sendiri adegan mesumm kalian, apa lagi yang perlu penjelasan?" Grizella menghempaskan lengannya hingga cekalan Dandy terlepas. Dia melangkah mundur dan menatap Dandy yang hanya mengenakan celana boxer dengan jijik. "Zee..." Dandy tidak memperdulikan ekspresi wajah Grizella. Dia berusaha meraih tangan Grizella, tetapi gadis itu terus menjauh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN