“Beneran ya?” tanya Leonor memastikan.
“Kenapa? kamu berharap saya bilang nikahnya abis perang Angling Darma?”
Perempuan itu memutar bola matanya malas. “Saya bilang sama orangtua saya dulu deh. Sekalian mau langsung pulang. Oh iya, jangan lupa tetep rahasiain tentang pernikahan kita nantinya sama orang-orang di rumah sakit ini. Saya tetep gak mau dipandang sebagai orang bodoh yang memanfaatkan kekuasaan.”
“Kenyataannya memang gitu ‘kan?”
Leonor tidak menanggapi, dia berjalan menuju pintu keluar dengan santainya.
“Bye, calon istri.” Jerome mengatakan itu dengan nada suara datar, tapi membuatnya diam menyelam dalam manik cokelat sang pria. “Kenapa?”
“Gak papa.”
Leonor hanya perlu mengatakan pada kedua orangtuanya kalau mereka siap menikah. Namun dari koridor rumah sakit, Leonor men
