Tiga

575 Kata
"Aku mohon, sembuhkan patah hatiku. Seumur hidup aku mencintai sahabatku, aku berjuang keras untuk mendapatkan kehormatanku sendiri agar pantas meminangnya tapi pada akhirnya aku di tolak karena baginya aku tidak lebih dari seorang teman." "..............." "Bawa aku pergi dari masalalu ya, Al. Aku tidak sanggup menjalani semua ini sendirian, dan aku yakin kamulah wanita yang tepat untuk membawaku pergi dari rasa sakit dan patah hati ini." Ciiiiiihhhh, mengingat semua kata-kata yang diucapkan suamiku saat melamarku dulu membuatku berdecih muak, betapa bodohnya aku mau datang kepadanya. Aku kira sama sepertiku yang mau menghampirinya yang datang padaku dengan penuh luka, kukira pada akhirnya selama delapan tahun bersama Bang Dwika akan mencintaiku dan melupakan cinta masa lalunya. Sayang, segala hal indah yang aku pikirkan nyatanya tidak lebih dari sebuah Part n****+ romance yang tidak akan terjadi di dalam kenyataan, mencintai suamiku sama seperti aku masuk ke dalam rumah yang hancur tidak berbentuk, aku bersedia masuk ke dalam hatinya yang penuh dengan keping kaca hancur dan berserakan, aku memunguti setiap serpihan, memperbaiki yang rusak, dan menata kembali yang berantakan karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan tanpa aku pernah menyadari jika aku masuk terlalu dalam tanpa menggunakan alas kaki yang kini serpihannya membuatku berdarah-darah penuh luka. Saat akhirnya hatinya kembali tertata, bukan aku yang dilihatnya, aku tetaplah orang asing yang hanya sekedar dimintainya tolong tapi tetaplah penghuni hatinya adalah seorang dari masalalu, seorang yang dulu membuat hatinya berantakan, tapi tetap di bukakan pintu rumah suamiku saat dia mengetuk untuk datang. Dengan perasaan yang campur aduk tidak karuan, lututku bahkan terasa lemas dengan degup jantung yang menggila penuh kemarahan dan kekecewaan, aku terduduk di kursiku. Aku ingin menangis, tapi aku tidak bisa meneteskan air mata, kekecewaan tentang Bang Dwika yang terlalu sempurna di mataku sebagai suami dan Ayah terlampau besar. Hatiku masih tercerai berai tidak karuan, tapi seakan pisau yang membawa luka itu ingin menancap semakin dalam, kembali ponsel berlogo apel di gigit tersebut menyala menunjukkan pesan masuk dari nama yang masih sama. "Pokoknya aku nggak mau tahu loh Mas, kamu udah janji sama Nada, awas saja kalau sampai kamu nggak datang dengan alasan si Alia atau Andika, kalau sampai kamu nggak datang, jangan pernah temui aku lagi." Tidak hanya satu pesan, belum selesai aku membaca pesan pertama, pesan kedua pun masuk tidak kalah lancangnya. "Kamu dan Mas Ganang sama saja, sama-sama bermulut manis tapi selali ingkar janji, ibarat habis manis sepah dibuang." Aku tersenyum miris, sungguh menyedihkan membaca pesan ancaman tersebut, seberkuasa itukah masalalu terhadap dirimu, Bang? Hingga dengan entengnya dia memerintahmu tanpa segan? Apakah seperti ini yang sebenarnya kamu inginkan dari seorang wanita? Alih-alih penghormatan dan rasa pengertian seperti yang selalu aku berikan kamu justru lebih suka di perintah-perintah. Untunglah di tengah rasa kecewa, otakku masih berjalan dengan benar, chat singkat tersebut aku screenshoot lengkap dengan nomor ponsel si Masalalu sialan tersebut dan langsung mengirimkannya ke ponselku, tidak, jangan di pikir aku akan diam saja dengan kecurangan yang sudah suamiku lakukan. Layaknya pucuk dicinta ulam pun tiba, sama seperti saat Tuhan menunjukkan kebusukanku, tepat saat aku tengah memikirkan suamiku, sosok tegap tersebut menghambur masuk ke dalam rumah, dari nafasnya yang terengah aku tahu jika dia berlari masuk dengan tergesa. Nafasnya belum normal, dan saat pandangan matanya tertuju pada ponsel yang ada di tanganku, sorot mata lembut nan mengayomi yang sebelumnya dia tunjukkan kepadaku kini berubah mengeras. Tanpa aba-aba, Bang Dwika berjalan cepat ke arahku dan merampas ponsel tersebut, perlakuannya yang sangat kasar membuatku tersenyum menyembunyikan luka. "Lancang kamu, Alia!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN