Hollllaaaaaa
Siapkan minuman dingin biar hati nggak panas sebelum baca ya ???
"Kamu nggak tega sama Nana dan anaknya tapi kamu tega sama aku dan Andika! Pantas ya belakangan ini kamu nggak pernah ada waktu buat aku dan Andika. Aku diam saja tanpa komplain ternyata kamu diam-diam datengin tuh masalalu sialan! Kamu tanya mauku apa, mauku kamu nggak usah ada hubungan sama si Nana, perkara tuh anaknya sakit atau si Nana mati sekalian, nggak usah peduli, kalau kamu nggak bisa menuhin permintaanku, kamu yang akan kehilangan aku!"
"..............."
"Kamu melemparkan satu luka di hatiku, maka aku akan mencabik hidupmu sampai berantakan."
".................."
"Bukan aku yang akan menyesal, tapi kamu, Bang. Kamu yang akan menyesal kehilangan aku demi perempuan di masalalu yang sudah pernah menghancurkan hatimu."
Bang Dwika menatapku tidak percaya, aku sendiri pun tidak percaya jika mulutku bisa sejahat ini dalam berbicara, seumur hidupku aku tidak pernah membenci seseorang karena prinsip hidupku adalah hidup dengan damai tanpa mengusik siapapun, tapi sungguh aku sangat-sangat membenci wanita bernama Nana ini.
Aku membencinya karena dia sudah membuat patah hati Bang Dwika, kebencian yang semakin mendalam karena nama seorang wanita jahat tersebut tertancap begitu dalam di hati suamiku, dan sekarang saat perlahan namanya tersingkir dari hati suamiku, saat luka yang dia torehkan mulai memudar dia kembali datang meminta simpati tanpa ada merasa berdosa sedikit pun. Salahkan jika aku marah?
Aku mendongak, menatap Bang Dwika yang tidak bisa berkata-kata, sungguh aku benci kenapa dia harus berpikir sekeras ini, sikap yang membuatku gedek setengah mati karena dia tampak tidak rela berjauhan dengan sahabat yang dulu dicintainya ini.
"Abang anggap aku ini apa, sih? Sekedar hiburan Abang atau istri Abang sampai Abang susah banget buat jawab! Aku memang baru sama Abang selama 8 tahun ini, belum seumur hidup kayak Nana, tapi apa Abang lupa kalau selama 8 tahun ini Alia yang nemenin suka dukanya Abang? Alia yang selalu ada di sisi Abang di saat Abang terpuruk? Apa Abang nggak nganggap semua itu? Aku ini istri Abang loh, anak perempuan dari sebuah keluarga yang di sayang sepenuh hati sama orangtuaku dan Abang ambil untuk dijadikan pendamping sebagai teman sehidup semati, apa Abang lupa semua hal itu sampai-sampai Abang nggak anggap aku ada karena masalalu Abang datang kembali."
Suaraku semakin lirih, sesak rasanya saat mengatakan hal ini, kecewaku mungkin tidak seberapa dibandingkan sakit hatinya orangtuaku terutama Ayah saat tahu anaknya di sakiti seperti ini. Di duakan oleh masalalu suaminya yang belum usai di lepaskan oleh Bang Dwika.
Ayah, seandainya saja aku boleh bercerita, aku ingin mengadu tentang betapa sakitnya hatiku sekarang ini, dan sesaknya nafasku yang tercekat. Bahkan aku ingin Ayah menghajar Bang Dwika yang begitu kurang ajar.
Aku menunduk, menatap jari-jari kakiku yang telanjang, sungguh aku benci rasa tidak berdaya karena kecewa ini, melihat Bang Dwika semakin lama membuatku kalut apalagi diamnya tanpa jawaban, sikapnya ini benar-benar menegaskan jika masalalunya lah yang pada akhirnya menjadi pemenangnya bukan aku, sosok baru yang selama ini susah payah mengumpulkan puing-puing hatinya yang hancur karena kecewa.
Aku memejamkan mataku dengan erat, tidak ingin air mataku lolos begitu saja, dan saat hatiku benar-benar remuk redam, aku merasakan sebuah pelukan hangat menenggelamkanku. Rasa hangatnya masih sama seolah tidak pernah berubah meski aku tahu hatinya tetaplah tidak ada untukku.
"Alia, Abang sayang sama kamu. Sampai kapanpun prioritas Abang itu kamu dan Andika. Tolong jangan minta Abang buat memilih, kamu bukan sebuah pilihan. Nana, dia masalalu Abang, Al. Abang nggak akan pernah lupa jika kamulah masa depan Abang."
Manis bukan kalimat suamiku ini, tapi pada akhirnya dia tidak pernah mengiyakan apa yang aku minta, untuk sesaat aku merasa tenang karena aku pikir akulah yang di pilih suamiku, tapi di tengah pelukan suamiku, ponsel yang tergenggam di tangannya bergetar, meski Bang Dwika terburu-buru untuk mematikan panggilan tersebut tapi aku sudah terlanjur melihat siapa pemanggilnya.
Past ?