"Di...... Dika!" "DIKA BENCI PAPA!" Dengan langkah lemas melihat bagaimana hancurnya Dika mendapati Papanya benar seperti yang di tuduhkan teman-temannya, aku menghampiri putraku tersebut. Entah Bang Dwika ini bodoh atau terkejut, atau memang dia lebih berat pada gadis kecil yang ada di gendongannya, bukannya segera menghampiri Dika, dia justru berdiri seperti orang t***l, gagu tidak bisa berkata-kata dan hanya bisa memandang Dika yang penuh dengan luka. "MAMA! LIHAT PAPA, MA! PAPA NAKAL KE DIKA! PAPA JAHATIN DIKA! PAPA NGGAK SAYANG LAGI SAMA DIKA!" "Dika, dengarkan Mama!" Aku berusaha menenangkan Dika, tapi putraku adalah seorang yang tidak bisa menahan emosinya, Dika bukan seorang yang pemarah tapi saat ada yang menyentil emosinya, apalagi seharian ini emosinya benar-benar tidak stab