Reval berjalan ke arah pintu. Sejenak dia memandang langit kamar, kemudian menghela napas panjang. Dia tarik tuas pintunya, lalu terlihat jelas di matanya, ayahnya sedang duduk di kursi meja makan dengan beberapa makanan di atasnya. Rangga pun berdiri. “Kamu ingin ke mana? Kenapa bawa tas besar?” Reval tidak menjawab, dia menutup pintu. Kemudian dia berjalan ke arah meja makan. Reval berniat memberikan kartu akses yang Rangga berikan. Namun, tatapannya teralihkan dengan semua makanan di atas meja. Dia ingin itu, dia lapar, tetapi dia sadar kalau Reval tidak layak duduk di dekat ayahnya apalagi untuk makan dari uang yang bukan hasil jerih payahnya. “Tadi beli banyak makanan.” Rangga canggung untuk berbicara dengan anaknya. “Mau makan bersama? Kamu sudah makan belum?” Reval menyunggingkan