Hari ini semua berjalan dengan lancar, hanya satu mata pelajaran dan itu pun sudah Meyra selesaikan. Jam baru saja menunjukkan pukul 1 siang, Meyra yakin jika Al masih berkutat dengan pekerjaannya di kantor. Sampai akhirnya ia memutuskan mendatangi kantornya saja.
Belum sempat ia memberhentikan sebuah taksi, seseorang menepuk bahunya kemudian di susul oleh sebuah mobil yang berhenti di samping kanan Meyra.
"Sesil, ada apa?" tanya Meyra ketika Sesil berdiri di hadapannya.
"Hai!" sapa seseorang dari dalam mobil.
"Karyn, kalian mau ke mana?" tanya Meyra.
Sesil langsung menarik lengan Meyra ke arah mobil. Meyra menahan langkahnya. "Kalian mau ke mana?"
"Ke Mall, ayo cepetan... Masih siang kok, baru juga jam 11." jawab Sesil.
Meyra terdiam. "Ikut aja kali yah, biar bisa makin akrab." pikir Meyra.
Meyra mengangguk sebagai jawaban. "Ya udah gue ikut,"
"Yeaaay! Lo duduk di depan, gue di belakang sama Rehan and Karyn yang menyebalkan..." ujar Sesil.
"Sialan." sahut Karyn dari dalam.
Meyra masuk dan langsung memakai seatbelt-nya. Kemudian melirik Malvin yang menyetir dan ia pun tersenyum ramah pada pria itu. Setelah semua siap, Malvin pun menjalankan mobilnya menuju sebuah pusat perbelanjaan.
Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka pun sampai. Kami berlima berjalan masuk dan melewati beberapa toko. Meyra mulai bingung dengan tujuan mereka datang ke mall tersebut.
"Kita mau ngapain ke sini?"
"Nonton, tapi filmnya jam 2 nanti. So, kita makan dulu aja, abis itu lanjut belanja, gimana?" Jawab sekaligus saran Karyn.
Aku hanya mengangguk setuju akan hal itu, begitupun dengan yang lainnya.
"Kita makan di sana!" Ucap Malvin menunjuk salah satu cafe yang tidak terlalu banyak pengunjung.
Meyra tersenyum melihat tempat itu. Cafe Sparkle itu terbilang sering ia datangi bersama dengan Al.
"Ya udah, ayo!" Seru Rehan yang kini berjalan terlebih dahulu.
Dan mereka pun duduk di salah satu meja.
"Gue pesen chicken salad satu, cheese cake satu, jus semangkanya satu, udah itu aja." Ucap Meyra yang berhasil membuat kelima teman barunya itu menatapnya tak percaya.
"Kenapa?" Tanya Meyra.
"Enggak, badan lo kecil tapi makannya banyak ya anjir!" Ucap Rehan dan mereka pun tertawa begitu saja.
"Kalau duit gue kurang kalian tambahin ya, okay?" Ucap Karyn.
"Ogah." Sahut Sesil.
"Iya," jawab Malvin. Meyra meliriknya dan ternyata Malvin tengah menatapnya, mata mereka saling bertemu dan itu membuat Meyra sedikit aneh.
Setelah berunding mengenai makanan yang akan di pesan masing-masing, Sesil pun memanggil salah satu pelayan dan memesankannya. Mereka pun kembali berbincang selama menunggu pesanan mereka jadi.
Sedangkan di sisi lain terlihat seorang pria dengan gagahnya keluar dari dalam ruangan VIP Cafe sparkle tersebut bersama dua orang lainnya, salah satunya sudah setengah baya.
"Baik Pak, semoga--"
"Ada apa nak Alfread?" Tanya seorang pria yang di kenal sebagai Tuan Malhotra, seorang investor yang sudah lama berkecimpung dengan dunia property.
Alfread lah pria tersebut. Ia baru saja menyelesaikan perbincangan bisnis bersama investor tersebut agar ikut dalam kerja sama pembuatan hunian yang futuristik.
"Ah tidak Pak, baik Pak terima kasih atas waktunya. Jika di perbolehkan saya permisi terlebih dahulu,"
"Tentu saja, silahkan..." Ucap Malhotra.
Dengan sopan Al pun berlalu dari hadapan calon investornya itu.
Ia terlihat berjalan mendekati salah satu meja dengan orang-orang yang tengah tertawa, dan ia mengenal salah satunya.
"Eh Mey, tadi tuh si Malvin yang minta gue buat ngajak lo." Ucap Sesil.
"Oh ya? Kenapa?" Tanya Meyra seraya menatap Malvin yang tiba-tiba saja jadi salah tingkah.
"Ya, kasihan aja..." Jawab Malvin yang langsung mendapatkan pukulan pelan dari Meyra.
"Maksud lo apaan? Ish." Kesal Meyra.
"Lo kan belum punya temen yang ak--"
Ekhem.
Semua terdiam. Kemudian memandang ke arah belakang Meyra. Begitupun dengan Meyra yang langsung melihat ke arah belakangnya.
"Al..." Mey langsung berdiri dari duduknya.
"Kamu--kamu di sini?"
Al menatap yang lainnya satu persatu. Tatapannya berhenti pada Malvin.
"Kita pulang?" Kini Al menatap Meyra.
Meyra menggelengkan kepalanya. "Aku gak mau, pesanan aku juga belum dateng. Nanti yah... Makan dulu,"
"Kita delivery, mau pulang?"
Meyra menatap Al dengan penuh permohonan. "Gak mau, aku--"
Tiba-tiba saja Al menarik lengan Meyra, melihat itu Malvin langsung berdiri dan menahan lengan Meyra yang lainnya.
Al menghentikan langkahnya dan berbalik. Jujur saja ia tidak suka ketika Meyra bercanda dan memukul manja pria tersebut, dan sekarang Malvin dengan niatnya memegang pergelangan tangan Meyra.
Wajah Meyra mulai terlihat panik ketika raut wajah Al perlahan berubah. Ia melepaskan lengan Malven dan memegangi Al.
"Ayo, kita pulang." Ucap Meyra.
"Berani kamu megang tangan--"
"Biarin Meyra di sini." Tekan Malvin.
Lengan Al mulai mengepal. Meyra semakin panik, Al tidak mau ia ajak pergi, di tambah dengan Malvin yang secara tidak sadar telah membuat Al kesal.
Al memanggil salah satu pelayan. "Usir dia!" Titah Al.
"Tapi Tuan, kami--"
"Saya yang akan ganti rugi." Potong Al.
Mendengar perintah itu, Meyra langsung menahan pelayan tersebut dan meminta untuk pergi dan mengerjakan yang lain saja.
"Kamu gak bisa ngusir orang kayak gitu." Ucap Meyra.
"Pria macam apa yang menarik lengan seorang gad--"
"No... Malvin stop, please..." Mohon Meyra yang tidak ingin jika Al semakin marah pada salah satu teman barunya.
Malvin menatap Meyra tak percaya. "Seriously? Dia udah kas--"
"Dia suami aku. Udah okay, gue--gue duluan." Meyra pun menarik lengan Al pergi dari cafe tersebut.
Malvin dan keempat lainnya terdiam. "Suami, suami woy! Dia bilang suami. Anjir, kirain masih segelan." Ucap Rehan.
"Harusnya gue nanyain hal itu sejak awal, jadi kaget sendiri kan gue." Ucap Karyn.
"Jadi gue punya niatan buat deketin bini orang ke Malvin gitu? Ck. Sorry Vin, gue mundur deh buat bantuin lo." Ucap Sesil.
Malvin tak kalah terkejutnya. Ia tidak menyangka bahkan ia masih tidak mempercayai kebenaran itu.
Sampai akhirnya pesanan mereka pun sampai bersamaan dengan sebuah pesan masuk pada Sesil.
"Dari Mey, dia minta no.rekening, mau transfer katanya buat bayar makanan, wait! Sekaligus sama makanan kita dong anjir." Ujar Sesil memekik senang.
"Wajarlah, lakinya keliatan tajir melintir..." Sahut Rehan.
Sedangkan di sisi lain terlihat Meyra dan Al yang baru saja masuk ke dalam mobil. Wajah Al masih sama saja, ia masih memasang ekspresi datar.
"Kamu harusnya kerja, kenapa ada di cafe coba." Ucap Meyra.
Al mulai memarkirkan mobilnya, kemudian melajukannya dengan kecepatan normal.
"Aku baru selesai meeting sama client." Jawab Al tanpa melirik Mey sama sekali.
"Aku cuma makan doang sama mereka, biar makin akrab aja..." Ucap Meyra berharap Al akan mau mendengarkan yang lebih jelasnya lagi.
"Ada kamu ngasih aku pesan? Minta izin misal."
Meyra menundukkan pandangannya. "Maaf, aku lupa. Tadinya aku kan mau ke kantor kamu,"
"Ya siapa sih yang bakalan nolak ajakan cowok kayak tadi."
"Gak gitu." Balas Meyra. Kemudian hening.