Di saat yang bersamaan, Grivin Rudolf telah mengirimkan anak buahnya untuk menelusuri keberadaan dua penjahat yang telah menghancurkan klan. Di sisi lain Bricana dan Theodore segera mencari tempat persembunyian lain untuk mereka agar tidak ketahuan oleh jajaran agung petinggi klan tersebut, masalahnya adalah keduanya yang secara diam-diam pergi sendiri ke sini untuk mencari keberadaan si buron.
Jika sampai Mr. Rudolf tahu maka hal ini pasti akan dianggap sebagai pembangkangan dan rasa tidak percaya kepada hukum-hukum yang sudah ditetapkan. Seharusnya yang boleh mencari barang bukti hingga penangkapan pelaku hanya lah dari petinggi yang sudah sah secara hukum.
Semua anggota Exypnos tentu saja terkejut dengan aksi blokade ini, mereka yang tidak tahu apa-apa pun dikepung ditengah-tengah, sementara belasan pria berkacamata hitam mulai menelusuri akademi Exypnos yang terkenal sebagai pemilik laboratorium teknologi paling canggih.
“Ada apa ini?” tanya salah satu anggota Exypnos yang berani bertanya alasan mereka dikepung seperti penjahat.
“Mr. Grivin Rudolf meminta untuk mensterilkan akademi Exypnos, karena Adriana beserta Patricio telah membuat para anggota Machitis dalam kendali dan menghancurkan pemukiman Oudeteros.”
“Itu masalah Adriana dan Machitis, lalu apa hubungannya dengan akademi ini? Kami hanya belajar di sini, untuk apa kalian membuat keributan.” Orang yang sama masih berusaha menyangkal.
“Karena terdapat hubungan antara klan ini dan kalian, mohon untuk tetap di sini dan mengikuti prosedur pemeriksaan dengan baik.”
Setelah berkata demikian, pria yang menjadi pentolan petugas pun langsung melenggang pergi untuk memeriksa setiap sudut akademi yang besarnya mampu menampung seribu orang dalam satu ruangan. Namun, akhir-akhir ini Exypnos hanya diisi beberapa anggota saja yang mana berjumlah tak lebih dari limapuluh orang, mereka terdiri dari anggota-anggota baru klan ini yang baru saja melakukan pemilihan beberapa waktu silam.
“Lho bagaimana ini, kalian tidak bisa seenaknya keluar masuk akademi kami. Meskipun kalian petugas tapi tetap saja melanggar peraturan privasi.”
“Iya, ini tidak adil.”
Karena lelah mendengar mereka yang terus menerus seolah memojokkan para petugas yang bekerja. Salah seorang yang ada di sana pun menunjukkan surat resmi, surat yang berisi tentang pemeriksaan sah dibubuhi oleh tanda tangan Grivin Rudolf. Seketika mereka langsung diam dengan wajah pucat pasi, siapa yang tidak mengenal petinggi dari jajaran agung itu?
Grivin Rudolf terkenal sebagai sosok yang tenang, disiplin dan tegas. Tak peduli dari klan mana atau dari keluarga apa seseorang berasal, selagi mereka salah maka akan mendapat hukuman sepadan dengan kesalahannya. Untuk itu mereka pun langsung terdiam setelah ditunjukkan surat pemeriksaan sah.
Jeremy—orang yang bertanggung jawab sebagai kepala pemeriksaan, pria itu menaiki tangga menuju ke lantai dua yang mana terdapat laboratorium super canggih nan lengkap. Di sana dinding-dinding terbuat dari kaca transparan yang langsung memperlihatkan bagian dalamnya, ia mengendap-endap untuk mencari keberadaan Adriana jikalau berada di sini, biasanya seorang petinggi klan tidak akan mampu berjauhan dari klannya. Apalagi Adriana terkenal sebagai sosok yang mencintai dunia laboratorium, pasti ia takkan jauh-jauh dari sini.
Kaki itu mengendap-endap dengan perlahan, matanya selalu awas ke sana dan ke mari untuk memerhatikan sekitar. Hingga perlahan-lahan ia membuka sebuah pintu kaca, terpampang lah secara jelas laboratorium tersebut.
Ia melihat sebuah tabung besar yang di dalamnya menyimpan sebuah cairan entah apa itu. Hingga tiba-tiba telinganya mendengar sebuah pergerakan yang membuatnya langsung awas seketika.
“Permisi, siapa dan apa yang Anda lakukan di sini?” Suara seorang pemuda berusia sekitar duapuluh tahun mengenakan jas putih dan kacamata khas medis.
Jeremy tentu saja terkejut dengan kedatangan pria itu, dipikirnya anggota Exypnos sudah berkumpul di sana semua, ternyata ada satu sosok yang kecolongan berada di dalam sini.
“Kau kenapa bisa ada di sini?”
“Seharusnya saya yang bertanya untuk apa Anda berada di laboratorium akademi Exypnos? Setahu saya, Anda bukanlah anggota apalagi pengurus laborat.” Austin, pemuda itu lah yang memergoki Jeremy masuk ke wilayah kekuasaannya. Ya, laboratorium sudah dipertanggung jawabkan padanya, untuk itu lah Austin sangat menjaga tempat ini dengan baik, ia takkan membiarkan seorang pun mengacaukannya.
Jeremy tampak mengerutkan keningnya hingga berlipat-lipat, pria usia tigapuluh tahun itu agak terkejut mendengar penuturan Austin yang terkesan berani.
“Aku adalah utusan dari Mr. Grivin Rudolf, kau tentu tak asing dengan nama itu kan? Petinggi klan Exypnos dan Machitis telah berbuat kekecauan hingga menimbulkan kerugian di klan Oudeteros, sekarang keberadaan mereka berstatus pencarian pelaku.” Jeremy masih berusaha untuk menjelaskannya secara perlahan tanpa ada nada menyinggung sedikit pun.
“Lantas untuk apa Anda ke sini? Adriana tak ada di sini, ia sudah meninggalkan klan sejak tiga hari yang lalu.” Jawab Austin dengan santai, tak ada raut takut atau segan pada wajahnya.
Jeremy merasakan aura intimidasi yang mendalam, meskipun begitu ia tetap bersikap profesional.
“Kau bisa turun ke bawah bersama rekan-rekanmu yang lain. Di sini kami sebagai pengawas akan memeriksa tiap sudut akademi, ahh ya kita memiliki wewenang atas hal ini.”
Austin menarik sebelah alisnya hingga menukik. “Hmm baiklah.”
Ia pun pergi dari sana meninggalkan Jeremy di ruang laboratorium sendirian, sebelum pergi ia sempat melirik tabung yang berisi cairan. Pemuda itu tersenyum kecil lalu mengendikkan bahu pergi dari sana, tidak masalah menunggu di bawah untuk beberapa saat saja sebelum berita besar terdengar.
Kaki Austin melangkah menapaki anak tangga dengan tenang.
Sementara itu ditempat persembunyian Theodore dan Bricana, dua orang itu terlihat saling menatap satu sama lain seolah berkomunikasi melalui kontak mata.
Mereka bersembunyi di luar ruang laborat, tepatnya salah satu lemari yang menyimpan peralatan kebersihan. Theodore menaikkan sebelah alisnya seakan curiga dengan suasana tenang ini, berikutnya juga Bricana seperti merasakan keanehan, semoga saja adiknya tidak melakukan apapun yang berbahaya.
“Menurutmu apakah yang akan dilakukan Austin?” tanya Theodore pada Bricana selaku kakak dari pemuda itu. Bricana menggeleng tidak mengerti, sejak beberapa bulan ini keduanya sudah terpisah, entah baik buruknya Austin selama tidak tinggal serumah dengannya tak bisa ia ketahui.
Bukan tidak mungkin otaknya diracuni oleh Adriana, kan?
Sempat keduanya saling bertukar pikiran, hingga sebuah suara ledakan sangat keras terdengar ke penjuru tempat.
“Astaga!” Bricana memekik kaget.
Tak terkecuali orang-orang yang tengah berkumpul di lantai satu. Mereka mendengar ledakan keras dari laboratorium, yang mana tengah menjadi tempat Jeremy melakukan investigasinya!
“Tidak mungkin.” Bricana menutup bibirnya dengan getir, sepintas bayangan buruk melintas di otaknya.