10 : Zat Pendeteksi Teleios

1043 Kata
Hari yang dimaksud oleh Theodore akhirnya tiba juga, tiba-tiba saja di tengah malam lagi-lagi Patricio mengumpulkan mereka ke aula luas. Dalam gelapnya malam dan hanya mengandalkan obor sebagai alat bantu pernglihatan, para anggota bertanya-tanya mengenai alasan dirinya dibawa ke mari meskipun malam ini tak ada jadwal untuk berlatih. Bricana sudah bisa menebak hal ini, kala Patricio menerangkan bahwa tujuan dikumpulkannya ke sini bukan untuk berlatih, melainkan ada hal lain. Mantel tebal sudah dipakai oleh anggota, Bricana mengikat rambutnya tinggi-tinggi, ia sudah mempersiapkan diri jika ada pengujian untuk mendeteksi darah Teleios yang bersembunyi di sini. “Sebenarnya kita di sini untuk apa?” bisik Fonix yang berada tepat di belakang barisan Bricana, apa tidak cukup seharian tadi Patricio membuat betisnya kelelahan hingga lemas. “Pajangan toko,” balas Alexander, salah satu anggota juga yang satu kelompok di bawah naungan Patricio. Ia masih kesal karena dibuat kelelahan oleh pelatihnya itu. “Ck kau ini, aku serius.” “Aku juga serius, kalau bukan untuk latihan paling-paling mendapat nasehat atau teguran.” Fonix memutar bola matanya jengah, ia lebih baik diam daripada mendengar ucapan tak berfaedah dari Alexander. Matanya fokus ke arah depan, di depan sana ada orang-orang yang pernah berada di pemilihan klan. Fonix memang tak terlalu mengenal para petinggi klan, namun ia tahu tentang Adriana yang merupakan petinggi sekaligus pengurus dari klan Exypnos. Ia juga orang penting yang mewakili seluruh klan, jabatannya terlalu tinggi, hanya itu saja yang Fonix tahu, selebihnya tidak ada! Patricio mengundang beberapa pria bertubuh kekar, masing-masing dari mereka membawakan nampan yang berisi sebuah cairan berwarna putih jernih. Seperti s**u, namun terlihat lebih kental dari s**u. Di sana juga ada Theodore, hanya saja ia agak berjauhan dari yang lainnya. Patricio maju mendekat pada para anggota, sebelum berkata-kata ia lebih dulu mengembuskan napas dengan kasar. “Sesuai yang diberitahukan tadi, kalian berada di sini bukan untuk berlatih, melainkan sedikit menyegarkan tubuh. Kalian pasti sudah mengenal orang di sampingku, ia adalah Adriana. Kedatangannya ke sini untuk memperkuat kerjasama di antara dua klan, Adriana ke sini tidak dengan tangan kosong melainkan membawa oleh-oleh dari akademinya. Segelas s**u oatmeal bisa menambah daya tahan tubuh kalian, terlebih untuk anggota di bawah naunganku yang perlu banyak menjaga stamina.” Patricio berkata dengan nada yang agak lembut dari biasanya ia mengajar. Justru hal ini malah membuat curiga para anggotanya, tidak pernah terpikir sekalipun Patricio bertindak baik, jika bukan ada makna tersembunyi kan? Bricana melirik Theodore, hanya dengan tatapan mata maka sudah dapat menjawab semua pertanyaan yang ada dalam dirinya. “Berikan mereka oatmeal penambah stamina,” ujar Patricio pada para anak buahnya yang berbadan kekar nan tegap itu. “Coach, maaf jika saya bertanya hal ini. Kami tidak diracuni kan?” tanya Alexander dengan sedikit keberanian meski seujung kuku. “Hahaha.” Bukan Patricio yang tertawa, melainkan Adriana. Perempuan bergaun merah dan berlipstik tebal itu menutup bibirnya yang masih dipenuhi oleh tawa menggelegar. “Untuk apa Patricio membunuh kalian? Jika secara terang-terangan begini maka ia bisa dilaporkan oleh petinggi keamanan karena telah merampas hak hidup orang lain, oatmeal yang kuberikan merupakan hasil dari pengetahuan dan wawasan para anggota Exypnos. Tidak akan membahayakan nyawa, hanya sebagai penambah stamina dan penguatan pikiran.” Adriana menjawab keresahan para anggota. Namun, mereka juga tak begitu percaya pada perempuan tersebut. Pasalnya, untuk apa Adriana memberikan bahan ini, jangan-jangan sebagai bahan uji coba dan kambing percobaan. Adriana mengambil salah satu gelas dan menenggaknya dengan tandas, memperlihatkan pada mereka semua bahwa cairan itu tidak berbahaya sama sekali. “Lihat, aku masih bisa bernapas ‘kan?” tanyanya dengan nada santai sambil memperlihatkan diri bahwa ia baik-baik saja setelah meminum habis oatmeal cair tersebut. “Ya.” “Aku juga akan menenggaknya.” Patricio ikut andil menenggaknya, dan yah ia baik-baik saja, tidak ada yang aneh. “Sekarang giliran kalian.” Akhirnya para pengawal pun membagikan oatmeal tersebut. Sekali lagi Bricana melirik pada Theodore, yang mana pria itu juga sama, makan oatmeal cair itu. Bricana ikut memakannya, ia berusaha untuk berharap agar dirinya diberi keselamatan setelah mengkonsumsi hidangan ini. Mereka semua pun menegak oatmeal dalam sekali teguk, ada butiran gandum yang telah dimasak. Rasanya tidak buruk juga, cenderung hangat diperut ketika musim dingin seperti ini, dan yah mengenyangkan tentunya. “Exypnos tidak akan menjadikan kalian sebagai bahan uji coba. Sebelum diedarkan pada klan lain, kami sudah mengujinya terlebih dulu dan aman untuk dikonsumsi. Ke depannya Exypnos akan membuat terobosan pengetahuan baru mengenai makanan sehat, hal ini berguna demi kemajuan semua klan.” Beberapa orang memandang Adriana, entah percaya dengan omongannya atau malah justru ragu. “See, tidak terjadi apapun? Kalian masih hidup dan berdiri di sini.” Setelah memastikan bahwa tak ada satu pun anggota yang tak menenggak habis oatmeal, Jeff pun ikut bersuara. Ia adalah orang kepercayaan Exypnos, yang juga menjadi salah satu penguji di sini. Theodore memang bukan bagian dari mereka, ia juga tidak ingin ikut menjalin lebih dalam lagi karena identitas dan jati dirinya bisa terbongkar bila melakukan hal itu. Tiga orang itu harus ia jauhi sebisa mungkin, dan tentunya tanpa menimbulkan curiga atau mereka akan segera mengetahui kebenarannya. Theodore sudah pernah merasakan hal yang hampir serupa dengan pengujian oatmeal ini. Awalnya mereka juga menggunakan banyak alasan agar para anggota mau mengkonsumsi apa yang diberikan oleh tiga serangkai tersebut, namun di dalamnya ada sebuah zat yang bisa mendeteksi adanya darah seorang Teleios. Hal itu akan bekerja lima sampai enam jam setelah zat tersebut masuk ke lambung manusia, yang mana akan terdeteksi pagi hari nanti. Lihat saja, siapa Teleios murni yang dengan berani menyelinap di klan Machitis ini. Ketiganya akan bersiap untuk menghancurkannya hingga lebur. Selama ini Theodore bisa bersembunyi dengan baik karena ia pandai dalam beradaptasi dan agar tak terlihat mencurigakan, sampai saatnya nanti ia bisa menguasai kemampuan dari jati diri aslinya, ia tak boleh sampai ketahuan identitasnya. “Kalian bisa kembali untuk beristirahat, jangan memikirkan apapun.” Patricio mempersilahkan mereka untuk kembali. Agak janggal memang. Tapi pada kenyataannya mereka memang mengantuk dan keletihan, tak banyak bicara, semua anggota pun kembali ke tempat tidur masing-masing. Theodore memperhatikan punggung Bricana yang menjauh, ia ingin berbicara dan sekali lagi memastikan bahwa gadis itu jangan sampai membuat kesalahan esok pagi. Tiap zat yang diberikan pada anggota baru memang berbeda-beda reaksinya, entah bagaimana untuk tahun ini. Semoga saja Bricana baik-baik saja, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan gadis itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN