BAB 23 – Terluka

1313 Kata

Seperti biasa, aku terbangun jam 4 dini hari. Aku mulai sibuk di dapur dengan masakanku. Hari ini aku ingin membuat nasi goreng spesial. Malam tadi aku tidur dengan sangat nyenyak dan mendapatkan mimpi indah. Walau hanya dalam mimpi, tapi cukup mampu membuatku bersemangat. “Windy, aroma masakanmu wangi sekali. Apa dirimu selalu memasak di jam segini?” Mbak Nurul pun kulihat memang terbiasa bangun jam segini. Beliau terdengar selalu melantunkan ayat-ayat suci di kamarnya. Suaranya begitu merdu dan sangat indah. “Iya mbak, Windy memang sudah terbiasa seperti ini. nasi goreng ini nanti sebelum sarapan akan Windy panaskan lagi sebentar.” Aku tersenyum memandangi wajah mbak Nurul. “Ndy, maaf, bolehkah mbak bertanya sesuatu?” “Apa mbak?” Tanganku masih asyik mengaduk masakanku. “Mengapa Win

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN