“Li Shuai??”
“Dia ada di sini?”
Shi Hui menghela napas panjang, hmm... pantas saja sulit sekali untuk mendapatkan berita, sekarang aku sudah tak heran. batin Shi Hui dalam hati.
Siapa yang tak tahu Li Shuai? nyaris semua wartawan yang ada satu circle dengan Shi Hui pasti mengenal satu nama itu. Li Shuai seorang kapten polisi di divisi unit kriminal Kepolisian Beishan, nama polisi itu sudah sangat terkenal di kalangan wartawan Beishan, sebagai ‘polisi iblis’.
Julukan polisi iblis ini muncul bukan tanpa alasan, sejak awal nama Li SHuai telah sering terdengar, jika suatu kasus dipegang olehnya maka para wartawan harus bersiap-siap untuk bekerja seribu kali lebih keras dari biasanya untuk mendapatkan berita. Entah ada dendam apa tapi ia jelas-jelas sangat anti dengan para wartawan,nyaris sama sekali tak membiarkan para wartawan pencari berita mendekati TKP barang seincipun. sikapnya yang dianggap sangat dingin dan sangat tak bersahabat dengan para wartawan. Puncaknya adalah beberapa tahun lalu tersebar berita bahwa polisi itu terlibat saling baku hantam dengan salah satu wartawan pencari berita. Shi Hui tak tahu persis apa yang terjadi namun berita yang bereda Wartawan itu memaksa masuk untuk mendapat berita kendati tak diijinkan, sang wartawan berseru soal kebebasan pers sementara Li Shuai masih dengan keras kepalanya melarang wartawan untuk mendekat ke TKP. Keributan itu berubah menjadi baku hantam, wartawan yang tak terima itu akhirnya berkoar-koar di media yang notabene berisi kawan-kawan sejawatnya. sejak saat itu julukan polisi iblis sudah melekat pada sosok Li Shuai.
Terbukti sekarang, tak peduli seberapa besar usaha wartawan-wartawan yang sekarang nampak ramai berkerumun di depan pintu gerbang kediaman rumah Alex Shen, sedari tadi tak ada satupun informasi yang keluar dari pihak kepolisian, mereka benar-benar menutup mulut rapat-rapat. Siapa lagi dalangnya kalau bukan Li Shuai? sekali sebuah kasus berada di bawah komandonya nyaris mustahil bagi para wartawan pencari berita untuk masuk mendekati TKP untuk mencari berita, dan otomatis polisi yang berada di sekitar lokasi pun kompak untuk tutup mulut.
Selama hampir lima tahun menjadi wartawan kasus kriminal di Beishan Shi Hui tak pernah melihat sosok petugas polisi itu, seperti apa rupanya, berapa usianya, tak banyak informasi, selain informasi yang simpang siur, meskipun julukannya sudah sangat tersohor polisi itu benar-benar sangat pintar melindungi identitasnya dari sorot kamera, Jika semua polisi itu mengenakan seragam kepolisian mungkin Shi Hui akan dengan mudah mengenali yang mana seorang Li Shuai dari nama dan lencana di baju seragamnya, tapi petugas-petugas polisi itu sebagian besar memakai pakaian biasa yang biasa digunakan oleh orang orang pada umumnya.
Ada yang berkata Li Shuai adalah sosok polisi tua berjenggot dengan umur paruh baya, beberapa berkata kalau tampangnya sangat menyeramkan dengan alis dan kumis tebalnya, dan ada juga ada juga yang berkata kalau dia seorang polisi muda dan tampan, entah mana yang benar, Shi Hui tak pernah melihat langsung, yang jelas jika polisi itu ada di sana, maka sudah nyaris mustahil rasanya bagi wartawan untuk mendekat ke TKP.
Shi Hui akhirnya mengurungkan niatnya untuk bergabung berdesak-desakan dengan kerumunan wartawan dan warga di depan gerbang itu, percuma. mereka tak akan pernah masuk apalagi mendapatkan informasi.
Shi Hui memutar otak untuk mencari cara lain untuk mendapatkan informasi malam ini, tepat saat ia membalikkan badan, nampak An Huan memanggil-manggil namanya sembari melambaikan tangan dari kejauhan.
“Jie !!!!...Shi Hui Jie !!!!” teriak An Huan dari kejauhan jarak beberapa ratus meter dari posisinya berada saat ini.
“Kenapa?” Shi Hui mengangkat kedua tangannya memberikan isyarat bertanya.
An Huan menunjuk ponselnya, Shi Hui mengerti, ia buru buru membuka, di sana telah ada sebuah pesan yang baru saja dikirimkan oleh An Huan.
“Jie kau kesinilah diam-diam, aku menemukan jalan rahasia untuk masuk kedalam rumah itu”
Shi Hui mengangguk mengerti dan buru-buru berlari ke arah An Huan. ***
“Shi Hui, kau tahu apa yang baru saja kutemukan?” tanya pemuda itu dengan wajah sumringah membuat Shi Hui semakin penasaran.
“Apa? cepat katakan.”tanyanya semakin tak sabar.
“Aku tahu cara untuk masuk kedalam rumah itu.”
“Serius? bagaimana caranya” Kali ini Shi Hui ikut bersemangat juga.
“Ayo ikuti aku.” An Huan mengajaknya menuju ke bagian belakang bangunan itu, Rumah Alex Shen Berada di ujung jalan dengan halaman yang memutar, An Huan berada di ujung jalan yang berseberangan dengan bagian paling belakang rumah Alex Shen yang terhalangi oleh tembok tinggi dengan duri-duri di bagian atasnya dan rerumputan hijau yang tumbuh menjalar dengan lebat di bawahnya.Jadi nampaknya selain melewati pintu gerbang yang dijaga ketat polisi nampaknya tak ada jalan lain.
Lihatlah apa yang kutemukan!” An Huan menunjuk ke arah bawah dengan rasa bangga seperti baru saja menemukan harta karun.
Shi Hui melihat ke arah yang ditunjukkan An Huan, bukan rumput menjalar itu melainkan celah yang ada di balik rerumputan itu.
Shi Hui benar-benar terkejut dengan apa yang ditunjukkan oleh An Huan matanya langsung berbinar-binar,di balik rerumputan itu nyatanya ada sebuah lubang seukuran lubang tak beraturan, tak besar namun cukup untuk di masuki satu orang dengan posisi tiarap tentunya.
“Jie, kita tak akan bisa mendekati TKP dengan berdiri menunggu di depan gerbang masuk, ayo kita masuk melalui lubang ini, kau menunggu di gerbang itu sampai pagi pun percuma selama ada Li Shuai di sana.”
Shi Hui sempat ragu sesaat, khawatir kalau-kalau badanya akan tersangkut di lubang itu.
An Huan segera paham kekhawatiran Shi Hui “Jie Aku masuk duluan deh, nanti kau mengikuti di belakang.” An Huan menitipkan kameranya kepada Shi Hui ia lantas berjongkok, kemudian meluruskan badannya, seperti seorang tentara yang sedang tiarap bersiap untuk berperang dengan musuh dengan perlahan namun pasti ia merangkak perlahan melewati lubang itu, tak sampai semenit An Huan sudah berada di balik gerbang tinggi itu
“Shi Hui jie, sekarang giliranmu.” bisik pemuda dari seberang, Shi Hui mengangguk segera.
Shi Hui mengulurkan kamera kembali kepada Shi Hui ia kemudian segera berjongkok, melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan An Huan barusan, tekstur tanah agak lembab, sisa-sisa hujan kemarin malam. Lubang itu dikelilingi oleh rerumputan yang menjalar membuat beberapa kali rambutnya tersangkut belum lagi rumput-rumput di tanah yang serasa menusuk-nusuk badannya, ia mempercepat geraknya agar bisa buru-buru lolos dari lubang ini dalam sekejap ia sudah beralih ke seberang tembok bangunan itu, ia menghela napas lega, andaikan badannya lebih besar mungkin saja ia akan ia akan tersangkut dilubang itu.
Dari sisi lain Shi Hui bisa melihat kalau Lubang berukuran diameter kurang dari setengah meter itu jika itu ditutupi oleh semak belukar yang merambat di sisi dalam, sehingga sama-sama tak nampak jika tidak di perhatikan dengan teliti, Shi Hui melihat sebuah jejak kaki dan membatin kalau dirinya dan An Huan bukanlah satu-satunya orang yang melewati lubang itu.
“Wah An Huan aku salut padamu, matamu jeli sekali, bisa-bisanya kau menemukan lubang ini.” Kata Shi Hui sambil mengibas-ngibaskan tanah dan rumput yang menempel di bajunya, sayangnya hari ini ia memakai baju berwarna biru muda, membuat sisa-sisa tanah itu nampak sangat kentara, belum lagi rambut panjangnya yang berantakan karena tadi tersangkut di rerumputan menjalar, sekarang Shi Hui yakin kalau tampilannya sudah sangat mirip dengan seorang gelandangan.
“Ha ha ha, tentu saja doang, kau lupa kalau mataku ini seperti mata elang.”
“Hei kudengar TKP berada di kamar yang terletak di sisi sana.” kata An Huan sambil menunjuk ke salah satu sudut di rumah megah itu.
“Kalau begitu ayo kita mengitari dan mencari kamar itu.” Ajak Shi Hui dengan semangat berkobar.
Mereka berjalan mengendap-ngendap seperti seorang pencuri, kalau sampai ketahuan polisi usaha mereka menerobos melalui lubang anj*ing itu bisa sia sia. Shi Hui dan An Huan mengamati sekeliling, saat ini mereka berada di bagian belakang bangunan. Rumah dengan gaya arsitektur ‘Mid Century’ itu sangat megah dengan halaman yang sangat luas, rumah ini terdiri dari satu lantai namun ukurannya yang sangat luas di satu sisi terdapat sebuah kolam renang lengkap dengan meja dan kursi untuk bersantai, di sisi lain terdapat taman bunga yang tersusun dengan sangat apik mengingatkan SHi Hui pada taman bunga di sekeliling Chenghuang.
Rumah dengan gaya arsitektur ini memiliki karakteristik jendela kaca besar dan banyak ruang terbuka, Shi Hui dan An Huan mengintip tiap-tiap ruangan, sembari menebak-nebak dimana lokasi kamar sang selebriti, di luar dugaan suasana halaman belakang rumah itu terasa sangat sunyi dan senyap, tapi mereka harus tetap berhati-hati salah-salah mereka berpapasan dengan petugas polisi, sia-sialah usaha mereka barusan.
Sekitar tiga puluh menit mereka mengelilingi rumah itu, berjalan beriringan sambil awas memperhatikan sekeliling, sampai akhirnya mereka tiba di depan jendela sebuah kamar, samar-samar terlihat bahwa di kamar itu terdapat beberapa orang, berbeda dengan ruangan-ruangan yang tadi mereka lihat..
Deg! d**a Shi Hui berdebar seketika
jangan-jangan Ini adalah kamar selebriti itu, ia mulai menebak-nebak.
Jantung Shi Hui berdegup kencang ia mulai merasa panik, sudah bertahun-tahun ia menjadi wartawan apalagi wartawan khusus kasus kriminal, tentunya ia sudah berkali-kali ia melihat lokasi kejadian perkara bahkan tak jarang melihat korban secara langsung, mulai dari korban pembunuhan, perampokan, tapi nyatanya tak peduli seberapa sering ia melihat tubuh-tubuh terbujur kaku seperti ini ia tak pernah bisa merasa terbiasa, jantungnya selalu berdegup tak beraturan, membuat keningnya berkeringat dingin. Dulu saat Shi Hui pertama kali melihat scene itu efeknya jauh lebih parah, selama berhari-hari ia tak bisa tidur dan makan karena ia terus-terusan terbayang oleh scene itu.
Kasus kriminal pertama yang ia temui ketika bergabung dengan Zhenxiang adalah sebuah kasus pembunuhan karena perampokan, itu adalah liputan pertamanya sekaligus pengalaman pertamanya terjun langsung ke TKP, gadis malang yang tinggal sendirian di apartemennya di temukan tewas bersimbah darah dengan luka tusukan menganga, saat itu perasaan Shi Hui benar-benar tak bisa dilukiskan, ingin rasanya ia berhenti bekerja saat itu juga,namun kembali lagi ia teringat akan mimpi-mimpinya dan tujuan lain ia bekerjadi tempat itu.
Shi Hui blank untuk sesaat hingga suara An Huan membuyarkan lamunannya, berbeda dengan dirinya yang berdiri membatu seperti patung, An Huan nampak sangat tenang dan sudah sibuk mengutak-atik lensa kamera yang tergantung di lehernya siap untuk mengambil jepretan-jepretan dengan tangan terampilnya.
“Shi Hui jie, tolong ambilkan aku kursi di sana, aku perlu mengambil posisi dari angel yang lebih tinggi.”
“Oke!” Shi Hui berlari mengambil sebuah kursi berbahan alumunium ringan yang berada tak jauh dari kolam renang.
An Huan segera memanjat kursi itu, tangannya terampil mengambil foto demi foto dari gambaran yang ada di depannya.
“Siapa Kalian?” Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari belakang.
Aish sial kita ketahuan!!