SHi Hui meregangkan tangannya, saat bekerja waktu benar-benar tak terasa, sedari tadi ia sibuk menulis laporan-laporan yang akan di sampaikannya di rapat mingguan tanpa tersadar Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, karyawan di kantor Zhenxiang sebagian besar sudah pulang. Shi Hui melirik ke arah Qin Qin gadis itu juga masing tak kalah seriusnya menatap layar komputer, di depannya terdapat sebuah mi instan yang tinggal wadahnya saja, makan malam mereka malam ini.
“Shi Hui, pekerjaanmu masih banyak?”
“Sedikiiit lagi, lima menit.”
“Ah baiklah aku tunggu, ayo pulang bersama.”
Shi Hui dan Qin Qin tinggal dalam satu komplek tempat tinggal, mungkin hanya berjarak lima menit saja, bedanya jika SHi Hui tak berasal dari Beishan dan tinggal di dorm, Qin Qin merupakan penduduk asli Beishan dan tinggal di kota ini bersama dengan keluarganya. Saat sedang kesepian sesekali Shi Hui akan berkunjung ke rumah QIn Qin, hampir semua orang di keluarga gadis itu sudah mengenalnya, Shi Hui bisa merasakan kahangatan keluarga dari keluarga QIn Qin.
“Yeay akhirnya selesai juga.”
Shi Hui dan Qin Qin sudah mematikan layar monitor komputer mereka dan bersiap untuk pulang, ia baru saja menyelesaikan editorial untuk berita-berita terbaru yang akan dimuat esok pagi di halaman Zhenxiang, tiba-tiba nada pesan wechat di ponselnya berdenting berkali-kali, Shi Hui dan Qin Qin saling bertatapan mereka agaknya mereka berdua sudah menebak pesan apa dibalik suara pesan masuk yang berkali-kali itu.
Sebuah pop up pesan wechat terpampang di beranda depan ponselnya,
‘Shi Hui, ada seorang penyanyi bunuh diri’, SHi Hui memeperlihatkan ponselnya kepada Qin QIn.
Shi Hui baru akan membaca pesan-pesan itu, saat tiba-tiba ponselnya berdering, Bos Ji menelepon.
“Shi Hui, kau dan Qin Qin masih di kantor?” Suara Jiao Chen terdengar nyaring dari seberang.
“Iya bos, kami baru saja akan pulang.” Shi Hui dengan segera menyalakan mode speaker di ponselnya, agar Qin Qin juga bisa mendengar percakapan ini.
“Shi Hui, Qin Qin dengar Ini adalah sebuah berita besar yang masih sangat fresh, seorang penyanyi terkenal di temukan bunuh diri di rumahnya, aku baru saja mendapatkan bocoran dari kenalanku, kau pergilah ke TKP bersama An Huan, aku sudah memintanya untuk menjemputmu dia sedang perjalanan menuju ke kantor sebentar lagi dia datang.
“Qin Qin, kau bertugas untuk menulis berita yang diperoleh Shi Hui, ini kita harus yang paling cepat memberitakannya.” Suara di seberang terdengar sangat bersemangat, tak diragukan lagi bosnya itu memang benar-benar orang yang sangat kompetitif.
Yang disebut Shi Hui sebagai ‘Fresh News’ memang benar-benar adalah hot news, soal urusan jaringan, kemampuan Bos Jiao Chen tak perlu diragukan, entah darimana ia menemukan narasumber-narasumber yang bisa memberikannya bocoran mengenai berita-berita terupdate Shi Hui dan yang lain tak terlalu paham, bosnya yang satu itu adalah salah satu tonggak Zhenxiang sehingga bisa mengabarkan berita-berita online dengan sangat update, tak kalah dengan media-media berita lain yang sudah memiliki nama besar.
“Oke Siap bos.” tanpa banyak komentar Shi Hui segera mengiyakan tugas itu,
“Qin Qin sepertinya malam ini kita harus berjibaku lagi.”
“Yuhu…. Shi Hui Jia you! , dapatkan berita terbaik untung Zhenxiang ya !” Seru Qin Qin sambil mengepalkan kedua tangannya.
“Jia you!!!” Shi Hui mengangguk sembari bergegas berlari keluar.
Salah satu risiko yang harus dihadapi oleh seorang wartawan seperti dirinya adalah jam kerja yang tidak teratur, walau memiliki shift kerja yang jelas, tapi sering kali ada liputan mendadak yang nyaris tak mengenal waktu, karena kejadian-kejadian yang akan mereka liput pun terjadi tanpa mengenal waktu, bertahun-tahun menjadi wartawan tentunya membuat Shi Hui sudah sangat terbiasa dengan kondisi ini. dimana ada berita hangat di situlah mereka berada, apalagi jika beritanya ‘fresh’ seperti yang dikatakan oleh Boss Ji. Tak jauh berbeda seperti seorang dokter yang harus sedia setiap saat jika pasien yang ditanganinya sedang dalam kondisi kritis, atau seperti seorang pemadam kebakaran yang harus segera tiba saat terjadi kebakaran. Pekerjaan sebagai seorang wartawan pun kurang lebih juga sama mereka harus siap kapanpun dan dimanapun. Tapi Shi Hui tak pernah mengeluh, alasannya sederhana, karena ia benar-benar mencintai bidang ini
****
Di depan sebuah mobil sedan model kuno berwarna hitam metalik sudah terparkir di depan. Di kursi kemudi An Huan sudah siap sedia menunggu sejak beberapa menit yang lalu. An Huan seorang mahasiswa jurusan Fotografi yang sudah beberapa bulan ini menjalani internship di Zhenxiang , pemuda itu adalah spesialis di bidang fotografi, satu dari dua fotografer yang dimiliki oleh Zhenxiang. usianya masih muda, 19 tahun, tapi soal kemampuan tentunya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, foto-foto yang terpampang di situs berita Zhenxiang belakangan ini beberapa merupakan hasil jepretan tangannya yang lihai.
“An Huan, kau sudah menunggu lama?” tanya Shi Hui begitu jendela kaca mobil itu dibuka.
“Tidak, aku baru saja datang jie.”
Begitu Shi Hui masuk ke dalam mobil ia teringat satu pertanyaan. Saking buru-burunya Shi hui sampai tak sempat menanyakan satu pertanyaan paling penting kepada Bosnya “An Huan, artis siapa yang meninggal.”
“Seorang Penyanyi terkenal, Alex Shen, kau tahu?”
Mata Shi Hui spontan terbelalak, “Alex Shen?? Alex Shen selebriti terkenal itu kan??”
“Yup!”
Shi Hui bukanlah tipikal orang yang mengikuti update mengenai berita-berita selebriti, tapi artis ini, Alex Shen siapa yang tidak mengenalnya? Dia adalah salah satu penyanyi pria yang sedang naik daun, lagu-lagu yang ia nyanyikan di putar berulang-ulang kali dimana-mana, di cafe, di dalam kereta, di berbagai radio dan stasiun televisi. meski Shi Hui hidup di dalam goa batu sekalipun kemungkinan besar ia akan setidaknya pernah mendengar mengenai penyanyi yang satu ini.
Berita-ini bisa dibilang masih sangatlah baru, bahkan kau tak akan bisa menemukan info di halaman berita manapun, perkataan Boss Ji tadi nampaknya bukan omong kosong belaka, sepanjang perjalanan menuju lokasi Shi Hui terus mengutak-ngatik ponselnya mencari tahu mengenai berita kematian Alex Shen, dan seperti dugaanya belum ada satupun berita yang mengabarkan tentang kasus tersebut, akhirnya ia beralih ke keyword lain, melahap informasi mengenai kehidupan Alex melalui halaman demi halaman berita yang ada di dalam ponselnya, matanya menyapu cepat, memproses informasi-demi informasi mengenai sang aktor. Shen Yu Qi atau yang sering di panggil dengan stage name Alex Shen adalah seorang penyanyi yang sedang naik daun dalam setahun terakhir ini, lagu-lagunya nyaris terdengar di hampir setiap sudut tempat, wajahnya sering wara-wiri di layar kaca, media sosial, maupun baliho-baliho raksasa di kanan kiri jalan. Wajah tampan, suara yang bagus, karir yang gemilang, dan fans yang pastinya membludak, sejauh yang Shi Hui baca selama beberapa menit ini sekilas tampak kehidupannya sudah sangat sempurna dan sekarang tiba-tiba ia dikabarkan bunuh diri. Shi Hui menghela napas panjang, sejenak menghentikan kesibukannya, matanya menatap ke arah gemerlap lampu malam di sepanjang jalan, ia tercebur dalam dunia lamunanya.
“Ada apa Shi Hui jie?” Tanya An Huan penasaran melihat ekspresi blank di wajah gadis itu. “Jie?”
Shi Hui mendadak menoleh, “Ah ..iya..tak apa-apa he he he, apa lokasinya masih jauh.”
“Tidak sudah dekat kok, lima menit lagi kita sampai.” Sahut An Huan sambil mengemudikan mobilnya.
Setelah melaju selama kurang lebih tiga puluh menit mobil yang dikendarai An Huan berhenti di depan sebuah rumah mewah dengan model klasik, sebuah ambulan dan beberapa mobil polisi sudah terparkir di depan, begitu keluar di depan sudah ada beberapa wartawan yang nampaknya juga baru datang, Shi Hui dan An Huan segera keluar dari dalam mobil, Sebuah ID card pengenal tergantung di lehernya sementara ditangannya ada sebuah perekam suara dan notebook yang menjadi senjata perangnya begitu juga dengan An Huan sebuah kamera tergantung di lehernya, mereka segera berpencar untuk mencari informasi sesegera mungkin. police line sudah terpasang, warga dan wartawan satu persatu berdatangan. mata Shi Hui langsung awas melihat kesana kemari melihat mencari orang yang bisa menjadi narasumber.
Shi Hui segera melompat kesana kemari mencari informasi dari narasumber yang, mulai dari kepolisian, medis, maupun orang-orang yang berada di sekitar bangunan itu yang lama kelamaan semakin ramai saja.
Shi Hui melihat ke arah seorang wanita paruh baya yang sedang berapi-api bercerita kepada warga yang lainnya, Shi Hui mendekat, “Shu Shu, perkenalkan namaku Shi Hui, aku dari kantor berita Zhenxiang, bolehkah aku mewawancaraimu sebentar?” Tanya Shi hui sembari memperkenalkan dirinya.
Pria bernama Wang Xiang itu sangat bersemangat untuk bercerita, Shi hui baru tahu bahwa paman itu ternyata juga adalah salah satu saksi mata yang menemukan tubuh Alex Shen yang sudah tak bernyawa.
Menurut paman itu, Huan Mei, manager pribadi Alex adalah orang yang pertama kali merasakan keanehan karena Alex tak bisa dihubungi, padahal pemuda itu memiliki acara malam ini namun sedari tadi sore ia sama sekali tak bisa dihubungi, akhirnya menjelang malam sang manager, datang ke kediaman Alex. Alex tinggal seorang diri di kediaman mewah dan megah itu, karena tak ada jawaban dari luar pintu masuk akhirnya Huan Mei meminta bantuan kepada warga sekitar, salah satunya adalah pria yang saat ini sedang bercerita kepadanya.
“Lalu aku dan tiga orang temanku pergi bersama manager itu, ke arah rumah Alex Shen, karena tak ada sahutan akhirnya kami mencongkel paksa pintu rumah itu, dan kau tahu apa yang terjadi setelahnya? Pria itu berhenti sejenak, membuat Shi Hui semakin penasaran. “Saat kami mengetuk dan mendobrak pintu kamarnya pemuda itu sudah terbujur kaku.”
“Lalu, Apa kau tahu apa yang menyebabkan kematiannya?”
Tentu saja, saat kami pertama masuk ke dalam kamar aroma pembakaran briket langsung menyeruak, aku yang baru saja masuk rasanya sudah mual dan ingin muntah apalagi dia yang berada di dalam ruangan tertutup dengan briket yang menyala di sampingnya. Setelah itu, managernya langsung pingsan seketika karena shock, salah seorang warga segera menghubungi ambulan dan polisi. Dan dalam sekejap, seperti yang kau lihat...tempat ini sudah ramai dengan petugas.
“Lihatlah dia sudah sadar.” kata pria itu sambil menuju ke arah seorang gadis yang duduk didalam mobil ambulan yang terbuka, tubuhnya di selubungi dengan selimut, wanita itu adalah Huan Mei, manager Alex yang tadi diceritakan oleh narasumbernya.
Setelah menanyakan beberapa pertanyaan, Shi Hui mengucapkan terima kasih dan kemudian berbalik pergi, ia mengirimkan rekaman wawancara yang baru saja ia terima kepada Qin Qin lengkap dengan pesan-pesan suara, dengan kerjasama seperti ini Zhenxiang bisa merilis berita dengan cepat dan akurat.
Shi Hui memandang ke arah manager Alex Shen yang dimaksud oleh pria tadi yang menjadi narasumbernya, huan Mei, gadis yang nampak seumuran dengan dirinya itu sudah dikelilingi oleh beberapa orang reporter yang menghujaninya dengan berbagai macam pertanyaan, satu orang polisi berada di sampingnya sembari menenangkan gadis itu. namun gadis itu tak berbicara apapun , ia hanya menangis dan terisak-isak, matanya nampak sudah sangat sembab, ada sekelebat perasaan yang menghampiri perasaanya membuatnya menjadi terbayang sesuatu, Shi Hui dengan segera tersadar, ini adalah waktunya untuk mengesampingkan sentimen yang mulai menghampiri hatinya.
Sebuah police line panjang sudah terbentang di sekitaran gerbang rumah, gerbang rumah itu sudah dipenuhi segerombolan orang berdesakan mencoba untuk masuk kedalam namun di halangi oleh sekelompok polisi yang sudah siap berjaga di depan. beberapa diantara mereka adalah jurnalis-jurnalis yang sedang berlomba untuk mendapatkan berita seakurat dan secepat mungkin sementara yang lainnya adalah warga yang penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa saat kemudian Sebuah mobil van berwarna putih tiba di lokasi, Dari mobil turun petugas dengan pakaian berbeda dari polisi yang berjaga. Mereka mengenakan pakaian berwarna putih-putih.
Empat orang yang baru datang itu bergegas masuk kedalam menuju tempat ditemukannya jasad Alex Shen, mereka adalah petugas forensik yang akan melakukan penyidikan, tepat saat pintu gerbang dibuka untuk memberikan jalan kepada rombongan itu gerombolan orang yang berada di depan gerbang tak mau melewatkan kesempatan berharga itu, mereka berusaha untuk ikut masuk ke dalam, tiga orang wartawan pria berhasil menerobos barikade itu, namen apesnya beberapa menit kemudian mereka sudah dipaksa keluar oleh polisi-polisi yang berjaga di dalam. kejadian itu terjadi berulang, setiap ada petugas berwenang datang gerbang itu akan di buka, para wartawan berusaha mencuri-curi kesempatan dan kalaupun berakhir mereka akan berakhir di bawa keluar, namun para pejuang berita itu memang tak kenal menyerah.
Shi Hui berniat hendak bergabung dengan kerumunan berharap siapa tahu ia bisa masuk kedalam, saat itu seorang perempuan keluar dari kerumunan itu sambil mendengus kesal, Shu mengenali sosok gadis itu, Yulan, seorang wartawan berita kriminal seperti dirinya. Dunia wartawan sangat luas namun bisa juga dibilang sangat sempit, Setiap kali Shi Hui berburu mencari berita ia akan selalu bertemu dengan wajah-wajah yang kurang lebih sama, An Rui dari kantor berita A, yulan dari kantor berita B, Wen Wen dari kantor berita C, dua tahun menjadi wartawan di Beishan bukanlah waktu yang lama tapi setidaknya cukup bagi Shi Hui untuk mengenali orang-orang yang berada satu circle dengannya, jadi tak heran jika saat berada di sekitar TKP seperti malam ini mereka sudah saling mengenal satu sama lain.
“Yulan!” Teriak Shi Hui memanggil nama gadis itu.
“Shi Hui oh Shi Hui Mustahil bisa mendapatkan berita dari pihak kepolisian malam ini.” Yulan memuntahkan kekesalannya sambil menghentak-hentakkan kakinya kakinya.
“Yulan, kenapa?” Tanya Shi Hui “sudah sedari tadi aku di situ tak ada satupun pihak kepolisian yang bersedia untuk diwawancarai, para polisi itu juga diam seribu bahasa menanggapi pertanyaan-pertanyaan, hanya sesekali mereka akan berkata ‘Tunggu jumpa pers, tunggu saja jumpa pers’.” Kata Yulan menirukan ucapan polisi-polisi itu.
“How come?”
“Of course, kau tahu siapa polisi yang memimpin penyelidikan di dalam?”
Shi Hui menggeleng.
“LI - SHUAI!”