Crime Scene

1289 Kata
Kamar besar dengan dinding bercat putih gading itu nampak sangat megah, setiap pemilihan furniture yang ada di sana jelas memperlihatkan kalau sang pemilik kamar adalah sosok yang sangat detail dan memiliki jiwa seni yang tinggi, di atas tergantung sebuah lampu kristal berwarna agak kekuningan yang memberikan efek hangat dan menenangkan, di bagian tembok di belakang tempat tidur terdapat sebuah foto besar yang ukurannya nyaris sama seperti baliho yang ada di pinggir-pinggir jalan, di sana terdapat foto close up seorang pria tampan berpakaian kemeja putih dengan tatapan dan senyuman dingin namun mempesona. itu adalah foto sang pemilik kamar, Alex Shen. Rasanya tak heran jika sosok ini memiliki fans yang jumlahnya sangat banyak, ia berangkat dari kalangan biasa dan akhirnya setelah berjuang bertahun-tahun dengan bakat yang ia miliki ia bisa dikatakan sedang berada di puncak karirnya. Namun segala keestetikan yang ada di dalam kamar itu sayangnya telah sirna begitu saja, yang terasa adalah suasana pilu dan suram,. Alex Shen yang biasanya berada di atas panggung menjadi pusat sorotan kini terbujur kaku di di lantai di sampingnya terdapat sebuah tungku bekas pembakaran briket, sekeliling kamar itu sudah dipasangi dengan garis polisi kuning bertuliskan Police Line, sudah berapa menit pintu kamar itu di buka tapi aroma-aroma sisa pembakaran briket masih tercium pekat di dalam ruangan. dua orang orang petugas forensik menggunakan pakaian berwarna putih-putih dengan hati-hati memeriksa tubuh Alex Shen, seorang petugas forensik lainnya sibuk mengambil foto untuk dijadikan bukti pembanding sementara seorang yang lain mengumpulkan jejak-jejak yang tertinggal di sekitar TKP. tak jauh dari ruangan itu nampak beberapa orang polisi sedang mewawancarai beberapa orang saksi mata. sebelum ambulan datang dan membawa tubuh pemuda itu ke rumah sakit untuk autopsi lebih lanjut. Seorang pemuda dengan pakaian kemeja biru dongker sedang berdiri di dekat lorong menuju dapur matanya awas mengamati segala sesuatu yang ada di ruangan itu, seakan- akan tak mau melewatkan setitik petunjuk pun sedari tadi ia sibuk dalam penyelidikannya nampak memikirkan sesuatu. Tubuhnya tinggi dan tegap, wajahnya tampan dengan alis tebal, mata tajam dengan guratan wajah yang sempurna, dialah Li Shuai, polisi yang memimpin penyidikan kasus ini. di dalam kamar ini sama sekali tak ada tanda -tanda kekerasan, semuanya nampak sangat normal, begitu juga dengan di tubuh pemuda itu, tapi…..rasanya ada sesuatu yang mengganjal bagi kapten muda itu Beberapa saat kemudian seorang polisi yang nampak lebih muda dari Li Shuai berjalan cepat ke arahnya. “Kapten, kau memanggilku?”tanya pemuda itu “Luo Yi, kumpulkan semua rekaman CCTV di rumah ini dan sekitarnya, jangan sampai kau melewatkan satupun, kita harus memeriksa apa yang terjadi dalam rentang jam itu.” Perintah Li SHuai. “Siap kapten!” petugas polisi yang di panggil Luo Yi itu hendak berbalik pergi, namun ia ragu sesaat. “Ada yang ingin kau katakan?” “Kapten di depan wartawan semakin ramai, mereka menunggu wawancara dari kepolisian.” “Abaikan saja hal itu, kau fokuslah pada tugasmu.” Jawabnya dengan tegas. “tapi….” Wartawan di luar makin banyak saja, dan semakin tak sabar, hmm bagaimana kalau kita memberikan sedikit informasi agar mereka bisa lebih tenang. alih-alih mengucapkannya, Luo Yi hanya mengucapkan kalimat terakhir di dalam hati. “tapi apa?” bertanya singkat sembari hanya menatap tajam ke arah Luo yi, ia segera mengerti dan berbalik pergi, tak berani tawar menawar lagi. Wang Hao kepala tim forensik yang tadi ikut memeriksa kondisi tubuh Alex Shen berjalan mendekat ke arah sang kapten polisi sembari tersenyum, ia melepas masker yang sedari tadi ia kenakan. “Li Shuai...Li Shuai kau masih saja ya strict dengan wartawan-wartawan itu, mereka pasti sudah sangat penasaran dengan perkembangan kasus ini tapi kau tak mau memberikan bocoran walau sedikitpun maupun membiarkan mereka mendekat seincipun.” “Kasus ini masih belum di simpulkan, aku tak ingin ada rumor berseliweran tak jelas, lagipula....” Li Shuai terdiam sesaat kemudian mencoba berganti topik, “Lao Wang bagaimana hasil penyelidikan sementara? bagaimana dengan perkiraan waktu kematian? Tanya Li Shuai. Wang hao menarik napas panjang sebelum akhirnya menjawab “berdasarkan kondisi mayat ia sudah meninggal sekitar tiga jam yang lalu.” “Bagaimana dengan penyebab kematiannya?” “Berdasarkan penyelidikan sementara penyebab kematian adalah karena terlalu banyak Karbon monoksida dari hasil pembakaran arang briket, sedangkan untuk indikasi apakah ini murni bunuh diri atau bukan kami harus melakukan otopsi lebih lanjut, pemeriksaan di tempat kurasa sudah cukup kita bisa membawa tubuhnya ke rumah sakit untuk otopsi.” Li Shuai mengangguk setuju. .” Seorang polisi berlari masuk kedalam, “Kapten Li, ada dua orang yang menerobos masuk di halaman, mereka tertangkap sedang menjepret lokasi TKP melalui jendela luar.” Li Shuai mengerutkan alisnya, “Menerobos? bagaimana bisa, katakan pada petugas di luar untuk meningkatkan penjagaan.” “Baik kapten!” Polisi itu diam sesaat kemudian bertanya, Uhmmmm...Lalu bagaimana dengan dua wartawan itu?” suruh mereka pergi dengan segera, katakan kita tak akan segan-segan menangkap mereka kalau mereka mencoba melakukannya lagi dan satu lagi foto-foto yang berkaitan dengan TKP didalam minta mereka untuk menghapusnya.” “Siap kapten! jawab polisi itu dengan segera. ***** Sejak polisi itu menangkap basah dirinya, beberapa menit yang lalu ia masih dengan bersemangat mengambil jepretan-demi jepretan gambar di sekitar TKP sebelum tau-tahu seorang polisi berdiri di belakangnya, An Huan seketika merasa panik, entah apa konsekuensi yang akan diterimanya, apalagi saat ia teringat kalau di dalam ada si Polisi iblis itu. An Huan dan Shi Hui dibawa masuk ke salah satu ruangan sementara polisi yang tadi menangkapnya pergi untuk melapor ke atasannya. “Jie, menurutmu apakah kita akan di penjara?” Tanya An Huan, nampak jelas kekhawatiran tergambar di wajahnya, seumur-umur menjadi fotografer baru kali ini ia berada dalam posisi seperti sekarang ini. Di sisi lain SHi Hui nampak jauh lebih tenang ini bukan kali pertamanya terciduk karena menerobos tempat investivigasi, “ tenang saja An Huan, mereka tak sekejam itu kok.” katanya sambil tersenyum lebar berusaha mencairkan suasana.” Mendengar itu An Huan sedikit bernapas lega, tapi kemudian Shi Hui melanjutkan perkataanya,” Seburuk-buruknya paling kameramu akan disita.” Jieeee!!! kau jangan bercanda.” Mendengar kalimat terakhir itu perasaanya semakin tak karuan. “Kamera ini...kamera ini adalah separuh hidupku, lebih baik aku di penjara daripada harus menyerahkan kamera ini.” “Sungguh? kau yakin lebih memilih ditangkap” Tanya Shi Hui sambil menoleh ke atas, pemuda di sampingnya ini jauh lebih muda enam tahun daripada dirinya tapi tubuhnya sangat tinggi seperti seorang atlet basket, jadi Shi Hui harus menoleh ke atas seperti sedang melongok tiap kali berbicara dengannya. “Tentu saja tidak...aku tidak memilih keduanya…pei pei pei!” “Haole...haole huan huan jangan berpikir macam-macam, kita tunggu saja.” Tak lama berselang, polisi yang barusan menangkap mereka kembali, beruntung Shi Hui dan An Huan hanya mendapat beberapa teguran dan setelah itu mereka dipersilahkan untuk segera meninggalkan tempat itu. Begitu disuruh, An Huan buru-buru meninggalkan tempat itu, tapi baru saja ia berbalik dan berjalan beberapa langkah, tiba-tiba polisi itu meminta mereka berhenti, “tunggu dulu!” Deg! “apa jangan-jangan dia berubah pikiran?” bisik An Huan kepada Shi Hui yang berjalan di sampingnya. keduanya berbalik serempak. “Kau!” katanya sambil menunjuk ke arah An Huan, “Kau bawa kemari kameramu.” “Ka….Ka..Kamera?” Perasaan An Huan benar-benar sudah tak karuan,” Dengan tak rela ia melepas kamera yang tergantung di lehernya. Polisi itu mengutak-atik kamera itu selama beberapa saat, kemudian menyerahkan kembali kepada pemuda yang berdiri dengan wajah pucat pasi di depannya. “Sekarang kalian bisa pergi.”Lanjut petugas polisi itu. Kali ini mereka benar-benar bisa meninggalkan tempat itu, untuk kesekian kalinya mereka menarik napas lega, Petugas polisi itu tak menyita kamera berharga milik An Huan melainkan hanya menghapus foto-foto yang ia jepret di dekat dekat kamar Alex Shen. Mereka kehilangan foto berharga malam ini, tapi setidaknya kamera kesayangannya masih ada di tangannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN