Kehidupan Kedua Istri Yang Tertindas (17)

1130 Kata
“Aku ingat, jika aku masih mempunyai rumah, kenangan dan beberapa hal lainnya yang sedikit aku melupakannya.” Jawab Namera dengan senyuman tipis di bibirnya. Sedangkan Sky masih bingung dengan sosok wanita yang ada di sampingnya. “Nam, jangan membuatku semakin takut.” Sky pun dibuat merinding karena Namera bertingkah seolah bukan dirinya, melainkan orang lain. “Jiwa ini sudah mati, bukankah kamu orang yang merawatnya ketika di rumah sakit.” Ucapan Namera membuat Sky semakin tidak mengerti dan benar, jika Namera beberapa kali masuk ke rumah sakit, Sky sendiri juga yang menanganinya. Akan tetapi, hal yang di luar nalar membuatnya sedikit terasa aneh. “Apa kamu ingat berapa kali kamu masuk rumah sakit?” tanya Sky dengan tatapan sendunya. "Emmmh ... kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu padaku,” ujar Namera tampak gugup. “Jawab saja, berapa kali kamu masuk ke rumah sakit!” ucap Sky sedikit bernada tinggi. “A-aku lupa,” jawab Namera. “Tidak! Harusnya kamu ingat semua itu, bukan.” Namera pun diam, tidak tahu harus menjawab apa. Pada kenyataannya ia sama sekali tidak ingat dengan hal itu, satu-satunya yang diingat ketika dirinya bangun dengan menggunakan baju khas rumah sakit. “Wajah kamu menunjukkan jika itu adalah jawaban yang aku terima,” ujar Sky. “Apa yang kamu mau?” tanya Namera, menatap tajam ke arah Sky. "Tidak banyak. Hanya sebuah jawaban yang masuk akal," ujar Sky. “Apa itu?” tanya Namera lagi, ketika Sky mengambil dan mengangkat sebuah ponsel. “Jangan pura-pura bodoh, atau bahkan tidak tahu.” Kata Sky sedikit menggoyangkan benda pipih tersebut. “Aku harus bagaimana, bahkan cara menggunakannya saja aku tidak bisa.” Dalam hati Sharen pun benar-benar gelisah, karena tidak tahu benda yang dipegang oleh Sky. “Baiklah, aku semakin yakin jika ada rahasia dibalik nama Namera.” Jawab Sky di dalam hatinya. “Apa kamu benar tidak tahu ini namanya apa? Lantas bagaimana kamu memberi kabar tentang keluargamu? Lantas kamu lahir pada jaman apa sampai tidak mengenal benda ini,” ujar Sky yang semakin serius untuk mengungkap siapa Sharen. “Aku lahir di jaman sekarang, lihatlah, aku masih muda dan cantik, harusnya kau tidak bertanya soal usia.” Jawab Namera, yang tadinya berniat untuk memberitahu Sky, tetapi sekarang sepertinya pikirannya berubah. “Tadinya aku sempat tidak percaya, tetapi makin ke sini kamu makin aneh. Terlihat dari sikap kamu ketika melihat sesuatu yang sepertinya belum pernah kamu ketahui,” ujar Sky karena tidak ingin Namera salah paham. Namera yang mendengar seketika terdiam, yang ia ingat jika dirinya akan mengadakan acara ulang tahunnya pada usia yang ke 25 tahun. Jika dihitung berarti harusnya sudah berusia 50 tahun dari sekarang, karena Namera lahir pada 1975 dan sekarang sudah 2025. “Yang aku ingat jika keluargaku mengadakan acara ulang tahunku, tetapi sebelum acara dimulai aku merasa sesak napas, d**a terasa nyeri hingga napas terakhirku.” Jawab Namera. “Lantas ke mana Namera asli? Jika benar tubuh ini kamu ambil, itu artinya—.” “Iya, Namera asli sudah meninggal ketika kamu memasukkan di ruang ICU, sebuah magnet seperti menarikku dan sekarang berada di tubuh ini untuk menuntut balas akan kematian Namera. “Maksud kamu ... kalau kematian Namera karena ulah suaminya dan juga istri keduanya,” ujar Sky memastikan jika ucapan Namera adalah benar. “Iya, karena dari ceritanya seperti itu, tetapi untuk sebab lainnya aku tidak tahu.” Jawab Namera. “Lalu, siapa kamu sebenarnya?” kali ini Namera dibuat bingung, karena ingatannya cukup minim untuk mengetahui masa lalunya seperti apa. “Aku tidak tahu siapa aku, yang aku tahu jika aku sudah tergeletak di lantai karena penyakitku sebelum perayaan ulang tahun dan selama ini aku tinggal disebuah makam yang mana tidak ada satu orang pun mengunjungiku.” Jawab Namera tampak tidak ada yang ia sembunyikan dan wajah sedihnya sangat kentara oleh Sky. “Lantas bagaimana kita mengetahui siapa kamu sebenarnya,” ucap Sky yang tak tahu harus membantu dengan cara apa. “Apakah seorang Dokter sepertimu bisa percaya dengan kehidupan kedua?” Sejenak, Sky terdiam. Biar bagaimanapun di dunia medis tidak ada kata demikian. Akan tetapi, penjelasan Namera cukup membuatnya percaya jika kehidupan kedua itu benar adanya, nyatanya dalam agama yang ia anut, bahwa orang mati akan terlahir dan berankarnasi. “Dunia medis tidak percaya yang namanya reinkarnasi, atau pertukaran jiwa, tetapi penjelasanmu membuat aku percaya jika takdir Tuhan itu ada.” Jawab Sky dengan senyuman tipisnya, karena ia tidak “Bahkan aku tidak mengerti kenapa semua harus terjadi padaku,” sahut Namera yang merasa lelah dengan hidupnya sekarang. “Tuhan memiliki rencana lain, kita tidak tahu kapan kebahagiaan akan menjemput kita nantinya.” Jawab Sky berusaha menyakinkan Namera bahwa semua akan baik-baik saja. “Tunggu!”Ketika Namera hendak bicara, tiba-tiba saja Sky memberi isyarat karena suara dering ponselnya. Beberapa menit kemudian. “Emmmmh ... Namera, nenekku ingin aku datang, apa kamu mau ikut?” Sky pun bertanya dan meminta izin untuk membawanya. “Baguslah, karena di rumah ada manusia jadi-jadian, aku perlu ikut denganmu untuk menyegarkan hati dan pikiranku.” Jawab Namera tampak senang dengan ajakan Sky dan sama sekali tidak menolak. “Kalau kamu tidak keberatan dan setuju, mari kita berangkat.” Sky pun lantas mengajak Namera untuk segera berangkat, agar tidak sampai ditujuan dengan waktu yang sudah gelap. Di mobil, keduanya saling diam dan Namera beberapa menguap karena memang semalaman ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. “Nam, jika kamu ingin tidur, maka tidurlah karena perjalanan masih cukup lama.” Kata Sky karena ia merasa kasihan dengan Namera. “Baiklah kalau begitu, aku ingin tidur karena dari semalam aku tidak bisa tidur dengan nyenyak dan semua itu disebabkan oleh Sharen. “Apa pemilik tubuh itu sering mengganggu?” tanya Sky dengan penasaran, karena pada dasarnya orang yang sudah meninggal tidak akan bisa mengganggu karena alam mereka sudah berbeda. Akan tetapi, sebutan bagi Namera sendiri, Sky tidak bisa menyebutnya seperti apa. “Hanya sesekali dan itu pun bisa terhitung dari semenjak aku terbangun dengan tubuh ini,” ujar Namera. Apa Namera bisa percaya karena bisa hidup di dua kehidupan, lantas jika benar. Apa orang seperti ini bisa meminta kehidupan kedua, dengan takdir yang berbeda? Seputar gambaran yang ada di kepala Sky ,terus saja terngiang-ngiang tentang sebuah takdir dan penglihatan sebelumnya tak pernah ada di hidupnya. Sudah tiga jam perjalanan menuju sebuah rumah yang terletak cukup jauh dari kota, tetapi semua itu membuat keduanya tampak bahagia. Tidak terasa perjalanan yang memakan waktu tiga jam, akhirnya sampai juga dan Namera pun diam membisu, tidak mengatakan satu patah sedikitpun. Menatap bangunan yang ada di depan matanya, seolah tidak asing dengan rumah tersebut. Jika Namera masih dengan diamnya karena harus berperang dengan perasaan sendiri, lain halnya dengan Aril yang sedari tadi berteriak memanggil nama Namera. Sayangnya meski dirinya sudah mencari ke semua ruangan. Akan tetapi, tetap saja hasilnya nihil
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN