Kehidupan Kedua Istri Yang Tertindas (18)

1212 Kata
“Mely, Mely!” teriak Aril dengan sangat keras. Sepulang kerja yang ada di pikirannya hanya nama Namera, karena ia ingat bagaimana wanita itu mengancamnya untuk mengakhiri semuanya. Sedangkan Aril sendiri masih belum bisa melepaskan semuanya. Memangnya siapa yang bisa melepaskan begitu saja? Putra satu-satunya dan pewaris tunggal. Harus kalah begitu saja, jangan harap semua akan berakhir dengan mudah. Seperti itulah yang ada di dalam pikiran Aril. Sedangkan Mely sendiri yang mendengar suara teriakan tersebut, seketika turun untuk melihat keadaan di luar, karena suara Aril begitu sangat keras hingga Mely dapat mendengarkan. “Oh, Mel, di mana wanita itu?” tanya Aril ketika melihat Mely menuruni anak tangga dan pertanyaan sang suami sedikit membuatnya kesal. “Ril, bisakah kamu bertanya kabarku saja, tanpa harus bertanya nama wanita sialan itu.” Aril menghembuskan napas dengan sangat berat, sepertinya Mely belum mengerti juga dengan apa yang akan dilakukannya. “Aku tidak ingin berdebat denganmu, tetapi bisakah kamu menjawab di mana Namera?” kata Ariel. “Oh, aku tidak tahu. Sepertinya kamu mulai jatuh cinta padanya. Setelah terbangun dari koma, wanita bodoh itu banyak berubah, bukan.” Mely masih dengan perasaannya yang mengira jika Aril sudah jatuh cinta pada Namera. “Jangan mengalihkan pembicaraan, jawab saja di mana dia!” kata Ariel dengan mata tajamnya dan menekan kalimat tersebut. “Aku tidak tahu.” Jawab Mely dengan enteng. “Apa dia pergi meninggalkan rumah? Hal semacam ini, harusnya kamu bisa menjaganya, bukan.” Aril berujar dengan penuh selidik, seakan tidak rela jika wanita seperti Namera pergi dengan begitu saja “Sharen sudah besar, harusnya bisa menjaga diri.” “Diam! Kamu sadar apa yang terjadi nantinya? Apa kamu mengerti dengan apa yang aku lakukan, aku rasa tidak.” Aril begitu marah terhadap Mely karena jika Namera tidak kembali, maka semua akan berakhir sia-sia. “Maaf.” Hanya itu yang terdengar di mulut Mely, bagi Aril, kata maaf saja tidak cukup jika sampai Namera benar-benar meninggalkan rumah. Apa yang terjadi nantinya, semua yang diperoleh akan ikut menikmati? Berharap jika Aril benar-benar melakukannya. Seperti itulah yang ada dibenak Mely saat ini dan memutuskan untuk diam sementara waktu. Pukul lima sore, Aril terus saja mondar-mandir karena menunggu kepulangan Namera, hatinya gelisah dan tidak tenang. Harapan Aril saat ini kalau semua rencana akan berjalan dengan lancar, karena jika gagal. Separuh dari hartanya akan disumbangkan ke yayasan dan Aril pun tidak bisa menerima itu. Sejenak Aril mendengar suara deru mobil yang berhenti tepat di depan rumah, ia mencoba melihatnya dan benar saja, seperti pertama kali mengenali mobil tersebut hingga tahu siapa dari pemilik roda empat tersebut. “Apa-apaan wanita itu? Kenapa bisa pulang dengan si keparat.” Dengan hati yang dongkol. Aril mengumpat karena Namera dengan beraninya membawa pulang lelaki asing, sedangkan status antara Namera dan dirinya semua orang tahu. “Awas saja, sepertinya aku harus memberi pelajaran pada wanita itu.” Sembari berjalan, Aril berucap dengan kedua tangan terkepal sempurna. Sesampainya di depan rumah. Suara tepukan tangan, membuat Sky dan Namera menatap satu sama lain. Mereka tidak menyangka jika Aril sudah berada di rumah lebih awal dari biasanya. “Apa hari ini begitu menyenangkan untuk kalian?” pertanyaan Aril membuat Sky merasa bagaikan seorang penjahat hati yang mana berusaha menjadikan keadaan semakin rumit akan rumah tangga Namera. “Bukankah kamu melihatnya? Benar, hari ini sangat menyenangkan, apa kamu puas.” Jawab Namera dengan senyuman tipis. “Namun, haruskah kamu sadar posisimu saat ini apa.” Kata Aril dengan mata melirik ke arah Sky. “Sepertinya itu hanyalah status, jadi aku rasa tidak perlu dibicarakan lagi.” Jawab Namera dengan cepat. “Setidaknya bersikaplah sopan,” ucap Aril yang masih tidak terima akan perkataan Namera, meski semua itu tidak bisa disangkalnya. “Harusnya yang perlu belajar itu kamu bukan aku,” ujar Namera dengan menunjuk tepat di muka Aril. “Ikut aku!” Aril pun yang tak tahan akhirnya menarik paksa Namera. “Kamu penyakiti tanganku,” kata Namera yang tidak suka denagn perlakuan kasar dari Aril. “Apa aku harus diam ketika Namera diperlakukan seperti ini,” batin Sky yang di ujung dilema karena merasa kasihan dan menatap penuh iba, ketika tangan Namera ditarik paksa. “Bahkan aku tidak peduli dengan rengekkan itu,” sahut Aril dengan wajah penuh dengan kemarahan. “Jika kamu ingin aku menghormatimu, maka kamu butuh menebus semuanya padaku.” Dengan tatapan tajamnya, Namera berbicara, seolah ada yang mengendalikan tubuhnya. “Apa yang yang harus aku tebus padamu? Sebuah kesalahan besar atau kecil, apa mungkin aku bisa melakukannya, aku rasa tidak, karena yang seharusnya menebus adalah kamu!” Aril menunjuk wajah Namera dengan tatapan kebencian, seolah semua disebabkan oleh wanita itu. “Sayangnya, aku akan membuat kamu menebusnya segera mungkin.” “Apa ada yang salah dengan Namera, kenapa tidak seperti Sharen yang aku kenal, tatapannya sedikit asing?” dalam hati Aril dibuat bertanya-tanya karena banyak hal yang begitu mengganjal di hatinya. “Maka aku akan menunggunya.” Jawab Aril dan setelah itu, ia kembali keluar untuk memastikan jika Sky akan menghilang dari hidup Namera. Setelah cukup banyak memikirkan, akhirnya Aril pun kembali bersuara. Setelah berada di luar rumah. “Sepertinya peringatanku beberapa waktu lalu tidak pengaruh sama sekali,” ujar Aril yang mana tepat di belakang Sky dengan keadaan masih belum meninggalkan rumah tersebut. “Jika kau tidak lagi peduli dengannya, maka lepaskan.” Terdengar mengerikan, tetapi Sky harus mengatakannya, tidak ada alasan jika harus dimintai penjelasan. “Apa kau menyukai istri orang? Bahkan kau juga pantas disebut seorang ... pebinor,” ujar Aril dengan kalimat mengejek. “Sabar Sky, sabar.” Itulah yang saat ini harus dilakukan oleh Sky. “Emmh ... sepertinya aku sudah menemukan jawabannya dan kau, kau tengah menanti bekasku, bukan.” “Apa ada alasan lain karena aku memintamu meninggalkan Namera?” ujar Sky dan harusnya Arie l tahu apa yang ia maksud. “Kau terlalu ikut campur, ini bisnisku! Jika kau inginkan wanita bodoh itu, maka tunggu saatnya tiba dan saat itu juga barang bekas sampai kepadamu.” Pakh. Satu pukulan mendarat sempurna, bahkan Sky tidak bisa menahan emosi yang kian membuncah, akibat kalimat kotor dari mulut Aril. “Meski kau tidak peduli dengannya, tidak mencintainya, bahkan sekali pun kau membencinya. Pantaskah mulut kotormu itu mengatakan kalimat yang menyakitkan.” Sky tidak habis pikir, kenapa ada lelaki seperti Aril terlahir di dunia ini, jika saja dirinya orang biasa, tangannya sudah menjadikannya seorang mayat. “Apa pedulimu? Mulai sekarang. Jauhi Namera dan hari ini adalah peringatan keduamu,” ujar Aril dan setelah itu, ia meninggalkan Sky dengan sesekali mengusap bibirnya hasil karya dari Sky. “Akan ada tiba saatnya kau menerima karma itu,” ucap Sky dengan mata berapi-api. Setibanya Aril di dalam rumah, ia pun langsung melihat Namera di dalam kamarnya, sepertinya Aril juga akan memberikan pelajaran pada wanita tersebut. Braaaak. Suara pintu dibuka dengan sangat keras, hingga menimbulkan keterkejutan akan wanita tersebut. “Apa kamu sudah gila!” bentak Namera dengan mata tajamnya ia tidak berhenti menatap Aril. Bahkan Aril tidak peduli dengan kemarahan Namera, matanya yang berubah bias, dengan sudut bibir terangkat. Membuat Namera sedikit ketakutan, lalu kakinya melangkah demi langkah hingga sampai tepat di hadapan Namera. “Apa yang akan kamu lakukan padaku?” tanya Namera dengan wajah yang sudah pucat. “Apa yang akan aku lakukan? Sepertinya kamu tidak cukup pintar untuk menebaknya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN