Kehidupan Kedua Istri Yang Tertindas (16)

1118 Kata
Beberapa hari kemudian, di mana kedua orang dari Aril sudah pulang dan di rumah juga Mely telah kembali lagi. Peristiwa-peristiwa yang sempat terjadi, membuat Aril semakin yakin jika Namera memiliki rencana lain. Hingga meminta Mely untuk mengawasinya, agar ia tahu seberapa iblisnya wanita tersebut, dengan menggunakan kepolosannya sampai semua orang luluh padanya. “Kamu mau pergi ke mana lagi?” tanya Mely ketika Namera sudah bersiap untuk keluar, tetapi Mely justru menyulitkannya . “Apa aku harus laporan padamu, aku rasa tidak.” Jawab Namera dengan sinis “Aril menyuruh aku untuk itu.” Mely pun menyerang balik kata-kata Namera. “Aku, siapa kau yang bisa bersikap seperti ini, huh! Kita tidak ada urusan dan jika kau ingin aku meninggalkan Aril sekarang juga, aku pun bersedia, apa kau puas.” Dengan cepat Namera menyela ucapan Mely, merasa jika dirinya harus diawasi. Membuatnya sangat tidak nyaman. “Awas saja, aku akan melaporkanmu pada Aril, sepertinya apa yang dia katakan memang benar. Kalau kau memiliki rencana licik untuk keluarganya.” “Tutup mulut kotormu itu!” bentak Namera yang tak terima dengan tuduhan tersebut. Seolah-olah bahwa dirinya adalah orang ter-jahat. “Aku tidak habis pikir, kenapa bisa mertuaku dan mertuamu, lebih berpihak padamu. Kenyataannya aku lah yang jauh lebih baik daripada kau.” Dengan tatapan sinis, Mely berkata dan semua itu adalah fakta, di mana seorang Namera yang culun dan bodoh, bisa mendapatkan keberuntungan. “Itu berarti kau tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan aku, bukan begitu. Jadi, semua jelas berbeda.” Jawab Namera dengan senyuman jahat, setelah itu ia pergi meninggalkan Mely yang sangat terlihat begitu kesal. “Awas saja kau, aku akan terus membuatmu di rumah ini tidak betah dan memilih untuk pergi tanpa diminta.” Dalam hati Mely bersumpah akan mengutuk Namera, karena wanita itu juga sehingga dirinya kalah. Di lain tempat. Namera kini tengah berjalan menyusuri sepanjang jalan dan tidak tahu harus ke mana, tempat yang begitu terasa asing hingga sulit untuk mengingat akan masa lalu. “Aku harus bagaimana untuk mencari kebenarannya? Aku pun tidak tahu harus apa,” ucap Namera di tengah kebingungannya saat ini. Lelah, hingga membuatnya berhenti di taman, menikmati udara yang entah kapan ia rasakan bahkan Namera lupa untuk itu. “Tuhan, kenapa kau membuat hidupku rumit.” Dalam hati, Namera berkata, dengan ditemani helaan napas berat. Ingin menyerah, tetapi jika tugasnya di dunia belum selesai, bisa dikatakan jika dirinya tidak akan menemukan jalan untuk pulang. Huuuf. Suara hembusan napas sedikit berat, tetapi ada seberkas semangat untuknya menyelesaikan semuanya saat ini. “Baiklah Namera, jika aku ingin membantumu, maka tolong bantu aku juga.” Suara lirih Namera, menarik angin dan melewatinya dengan sekelebat bayangan. “Namera, aku tahu jika kamu mendengarkan, maka sekarang munculah dan beritahu aku untuk semuanya.” Ucapan Namera untuk kedua kalinya. Seakan alam tengah ikut serta mendengarnya hingga angin berhembus cukup kencang, sehingga membuatnya menutup mata agar tidak terkena sapuan debu. “Tolong bantu aku, bantu aku untuk semuanya. Aku sudah mati dan yang melakukannya adalah orang terdekatku sendiri,” ucap seseorang yang hanya bisa didengar tanpa bisa dilihat. “Apa maksud kamu?” tanya Namera tampak bingung dengan suara tersebut. “Pejamkan matamu, mungkin inilah saatnya kamu mengetahui kenapa kamu berada di dalam tubuhku.” Namera pun seperti terhipnotis dan menuruti suara tersebut dan mulai memejamkan matanya, entah berapa lama mata itu terpejam. Hingga suara seorang lelaki membuatnya tersadar. “Namera, Namera, bangun!” Suara yang begitu familiar, membuatnya dengan perlahan membuka mata. Perasaan bingung dengan apa yang terjadi kepadanya dan hal itu juga menjadikan seorang lelaki khawatir. “Namera ... di mana dia? Namera, kamu pergi ke mana!” teriaknya yang mana membuat lelaki tersebut bingung dengannya. “Nam, ini kamu. Kenapa kamu memanggil nama kamu sendiri, apa ada sesuatu yang terjadi?” tanya pria tersebut dengan sangat Khawatir. Huh. Namera celingukan, berusaha sadar karena ia tidak mau dikatakan gila dan tidak masuk akal lagi oleh lelaki tersebut. “Tidak, aku tidak apa-apa.” Jawab Namera dengan gugup. “Namera, jika kamu tidak apa-apa, lantas kenapa bisa tertidur dengan sangat pulas. Lantas bagaimana jika ada orang usil untuk mengganggumu,” ucap orang itu lagi. “Mungkin aku hanya lelah.” Jawab Namera yang tak ingin memperpanjang masalah. “Lantas, kenapa kau ada di sini juga?” tanya Namera lagi yang baru ingat akan adanya dokter Sky. “Aku harap ingatanmu tidak separah kelakuanmu.” Namera mendelikkan matanya, tidak mengerti dengan kalimat tersebut. “Apa maksud kamu?” tanya Namera lagi. “Buka mata kamu lebar-lebar,” ucap Sky dengan menggunakan isyarat kedua matanya. “Astaga ... apa yang aku lakukan di sini,” gumam Namera di dalam hatinya, merutuki kebodohannya dan pantas saja jika Sky ada bersamanya. “Sudah tahu, alasan kenapa aku ada di sini.” Kata Sky dengan wajah sulit ditebak. “Yang aku ingat kalau sedang duduk di sana,” ujar Namera sambil menunjukkan tempat yang ia singgahi sebelumnya. “Apa kamu dipindahkan oleh makhluk halus? Aku rasa kamu terlalu banyak melamun makanya sampai lupa dengan semua itu,” ujar Sky lagi. “Bahkan aku sudah memberitahumu tentang siapa aku, jadi tidak ada alasan lagi untuk menjelaskannya, bukan.” Namera dengan wajah sedihnya, mengungkapkan akan kekecewaannya, yang mana tidak ada percaya dengan semuanya. “Apa aku coba untuk mendengarkannya, tidak ada salahnya juga.” Suara batin Sky, memberitahunya untuk sedikit saja percaya dengan Namera. “Katakanlah, siapa tahu semua itu bisa mengurangi beban yang ada di hati kamu.” Seulas senyuman dipersembahkan, tetapi semua itu tidak membuat Namera senang. “Pada akhirnya kamu tetap tidak percaya,” ujar Namera. “Aku berusaha untuk memahamimu, jadi katakan dan mungkin juga aku bisa membantumu.” “Apa aku bisa percaya padamu? Seharusnya kau tidak masuk ke dalam kehidupanku,” ujar Namera dengan mata berkaca-kaca. “Jangan sedih, aku ada di sini dan tidak akan pernah meninggalkan kamu.” Sesaat kemudian, setelah Namera menangkap kalimat tersebut dari bibir Sky. “Nam, kamu kenapa?” Sky pun panik ketika Namera mendadak memegang kepalanya dan menahan rasa sakit tersebut. “Sakit ... kepalaku sangat sakit,” ucap Namera dengan suara beratnya. Arrrrgh. Apa yang terjadi? Kenapa semua semakin rumit ketika mulai mengenal wanita ini? Seperti itulah yang ada di dalam pikiran Sky, ada banyak hal tidak diketahuinya. Lantas, Sky memutuskan untuk mencari tahu. “Nam, tenang.” Sky berusaha menenangkan Namera dan membawanya ke dalam pelukannya. “Sky ... sakit,” ucap Namera lagi. “Aku akan membawa kamu ke rumah sakit.” “Tidak!” sahut Namera. “Kamu kesakitan, apa aku harus setega itu.” “Aku bilang tidak!” bentak Namera. “Aku ingat, ingat semuanya meski tidak sepenuhnya.” Namera mengingat kepalanya, dengan wajah pucat ia berkata. “Apa maksud kamu?” tanya Sky.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN