Shaga sedang fokus pada mobil yang sedang dalam kendalinya. Membelah padatnya jalanan ibu kota demi membawa Noa pergi ke Bandung. Jadwal berangkat mereka sudah lebih pagi, nyatanya tetap saja terjebak macet dibeberapa titik. Tetapi beruntung, kendala ini tidak berlangsung lama. “Kamu belum sarapan. Mau berhenti dulu nggak?” tanya Shaga pada Noa yang sibuk dengan ponselnya. “Enggak, jalan terus saja,” jawabnya tanpa menoleh. “Tapi kita perjalanan jauh, kalau perut kamu kosong, yang ada sampai Bandung jadi sakit.” Noa menyimpan ponselnya, kemudian menoleh ke samping. Terdengar helaan napas panjang dari gadis itu. “Aku sudah biasa nggak sarapan. Kamu tahu sendiri, kalau sarapan, aku Cuma makan buah atau jus. Jadi sarapan atau enggak, sama-sama nggak ada pengaruhnya.” “Jangan dibiasakan.