Bab 55

2184 Kata
Revan mencoba untuk menghubungi Kalila berkali-kali, sayangnya Kalila tidak menjawab panggilan Revan. Revan bahkan tidak menemukan Kalila di rumahnya. Kemana Kalila? Revan tidak bia berhenti merasa khawatir karena kelakuan Kyra tadi pagi. Revan sama sekali tidak menyangka jika Kyra akan menghubungi Revan menggunakan ponsel Kalila. Astaga, apakah Kalila sedang dalam bahaya? Sejujurnya Revan sangat ingin menghubungi Ilora dan Kenzo untuk menceritakan apa yang sedang terjadi di sini, tapi Revan kembali mengurungkan niatnya. Kalila sudah melarang Revan untuk menghubungi Ilora dan Kenzo. Iya, Revan tahu jika Revan akan akan mengganggu kedua kakak Kalila tersebut, tapi mau bagaimana? Apakah Revan harus membiarkan Kalila terus menghilang tanpa kabar seperti ini? Revan sangat khawatir. Dia tidak tahu harus mencari Kalila kemana. Setahu Revan Kalila tidak memiliki teman yang cukup dekat dengannya selain Revan dan Dipta. Jadi Kalila ada di mana sekarang? “Van, temenin gue beli ponsel, yuk. Ponsel gue rusak, gue nggak tahu harus beli kemana. Lo temenin gue, ya?” Tanya Sania. Revan tidak mengerti kenapa Sania bisa ada di rumahnya, tapi sejak Revan pulang Sania memang sudah ada di sini. Revan sudah mengatakan pada Nessa agar tetap bersikap baik kepada Sania sekalipun kakaknya itu sudah tahu kebenarannya. Iya, kakaknya itu terlihat sangat kesal dengan kebenaran yang Revan katakan sehingga Revan khawatir jika Nessa akan berlaku buruk pada Sania. Entahlah, Revan masih tidak rela jika ada orang yang memperlakukan Sania dengan buruk. “San, minta temenin sepupu yang lain aja, ya? Gue lagi sibuk sama tugas kuliah” Kata Revan dengan pelan. Revan tidak mengerti kenapa Sania harus mengajak dirinya padahal perempuan itu tinggal bersama dengan Renata selama dia di Indonesia. Kenapa tidak meminta ditemani oleh Renata saja? Sepupu Revan yang lainnya juga banyak, kenapa harus meminta ditemani oleh Revan? “Kok gitu sih, Van? Gue ke sini karena gue mau lo yang nemenin gue” Kata Sania sambil tetap merengek. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Revan sedang khawatir karena memikirkan Kalila, kenapa Sania malah membuat keadaan hatinya jadi bertambah kesal? “Sama yang lain aja, San. Gue lagi sibuk..” Kata Revan sekali lagi. Revan tahu jika Sania sangat sulit untuk diatur, apapun yang Sania inginkan harus dia dapatkan. Masalahnya sekarang Revan memiliki kesibukan yang lain. Sania tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada Revan. Bagaimana caranya membuat Sania mengerti? “Lo masih marah sama gue gara-gara kejadian waktu itu? Kalila aja yang baper. Ya kali gue nggak boleh peluk sepupu gue sendiri?” Tanya Sania. Baiklah, Revan memang sudah tidak tahan lagi. Kenapa Sania sangat sulit diatur? Dia bisa pergi dengan orang lain. Jika seperti ini, maka Revan akan semakin kesal dengan perempuan ini. “San, Kalila tahu kalo dulu kita hampir pacaran. Lo jangan salahin dia kalo dia salah paham. Waktu itu emang kita yang salah.. Tolong ya, San.. jangan bikin gue jadi tambah kesel” Kata Revan. Revan tidak bisa terus membiarkan Sania berbuat sesuka hatinya. Iya, Revan tahu jika saat itu Sania juga tidak bermaksud untuk membuat Kalila marah atau tersinggung, saat itu Revan juga bersalah, jadi sudahlah.. Lagipula Kalila juga sudah mendengarkan penjelasan Revan. Kalila bukan perempuan yang akan membiarkan salah paham terus terjadi, Kalila mau mendengarkan penjelasan dan akhirnya semuanya selesai. Sungguh, Revan sama sekali tidak ingin membicarakan masalah itu. Sania adalah sepupunya sendiri, mereka pernah dekat dalam artinya yang lain di masa lalu, wajar jika Kalila salah paham dengan apa yang terjadi. Tapi Revan sama sekali tidak ingin mempermasalahkan pelukan Sania kemarin. “Ya terus kenapa? Kenapa nggak mau gue ajak beli ponsel? Gue butuh bantuan lo. Oke, lo emang punya hak buat nolak, tapi kenapa?” Tanya Sania. Revan mengusap wajahnya dengan kasar. Bagaimana caranya memberi tahu Sania jika Revan sedang merasa kesal dengannya? Revan tidak ingin ada masalah apapun dengan Sania. Saat ini Revan sedang memikirkan keberadaan Kalila yang menghilang entah kemana. Bagaimana jika sesuatu terjadi pada Kalila? Revan sama sekali tidak bisa menemukan Kalila di rumahnya, Revan juga tidak bisa menghubungi Kalila. Entahlah, semua ini membuat Revan merasa sangat kesal. Revan kebingungan dan dia sangat khawatir. “Lo lagi berantem sama Kalila?” Tanya Sania. Revan menghembuskan napasnya sekali lagi. “Bukan urusan lo, San” Jawab Revan. “Dia masih marah gara-gara kejadian waktu itu? Oke, lo temenin gue beli ponsel, gue bakal minta maaf sama Kalila dan jelasin semuanya ke dia.. Gue rela lakuin ini buat lo..” Kata Sania. Revan menolehkan kepalanya dan menatap Sania dengan seksama. Kenapa Sania berpikir seperti itu? Tidak, sekalipun sekarang Kalila bisa ditemui, Revan tidak akan membiarkan Sania bertemu dengan Kalila. Sania itu sangat suit untuk ditebak, biasa saja nanti dia malah mengatakan sesuatu yang tidak baik kepada Kalila. “Nggak perlu, Kalila nggak pernah marah. Tenang aja” Kata Revan dengan tenang. “Oke, artinya nggak ada masalah kalo lo nganter gue buat beli ponsel..” Tidak ada pilihan lain, Sania akan terus mengganggu Revan jika saat ini Revan tidak mengikuti apa yang dia inginkan. Baiklah, tidak masalah. Revan hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk mengantar Sania membeli ponsel. Revan akan terus terganggu jika Sania tetap ada di sini. *** Revan sedang berjalan dengan santai di samping Sania. Ya, Sania memang perempuan yang tidak terlalu rumit dalam memilih sesuatu untuk dibeli. Sania hanya memerlukan waktu sekitar sepuluh menit untuk memilih ponsel yang dia mau. Sekarang mereka sedang berjalan menyusuri kawasan pusat perbelanjaan karena Sania merengek ingin ditemani makan. Astaga, kenapa seharian ini Revan selalu mendengar perempuan yang meminta makan? Tadi Kyra, lalu sekarang Sania. Revan benar-benar tidak mengerti kenapa hidupnya jadi sangat rumit semenjak kedatangan Kyra dan Sania. Mereka berdua memiliki sifat yang hampir sama, pemaksa dan juga keras kepala. Tapi Sania bukan psikopat seperti Kyra yang dengan santainya melukai pergelangan tangan Revan beberapa hari yang lalu. Kyra memang sangat sulit untuk ditebak. Dia sangat menyebalkan tapi kadang Revan juga memikirkan Kyra. Bagaimana mungkin Kyra hidup seperti itu? “Revan, bukannya itu Kalila, ya?” Kata Sania sambil menunjuk seorang perempuan yang sedang berdiri di eskalator bersama dengan seorang pria yang menggenggam tangannya. Untuk sesaat Revan merasa jika jantungnya berdetak dengan cepat. Astaga, Revan hampir saja terkecoh. Untuk orang yang tidak tahu keadaan Kalila yang sebenarnya, perempuan tadi memang terlihat sama dengan Kalila, masalahnya Revan baru saja memikirkan kembaran Kalila lalu sekarang perempuan itu benar-benar ada di depan Revan. Ya, dia adalah Kyra. Revan tahu itu. Kalila tidak berpakaian seperti itu. Rok pendek berwarna hitam dan sepatu boot. Tidak, Kalila tidak pernah menggunakan pakaian itu. Astaga, bahkan rok itu tidak bisa menutupi separuh paha Kyra. Apa yang dia pikirkan ketika memutuskan menggunakan rok sependek itu di sore hari? Pusat perbelanjaan sedang sangat ramai, bagaimana mungkin Kyra berani... ah, sudahlah.. itu sama sekali bukan urusan Revan. “Gue bakal kasih pelajaran ke dia!” Kata Sania sambil berlari dan mengejar Kyra yang sepertinya sudah sampai di lantai atas. Revan langsung menarik tangan Sania agar perempuan itu tidak membuat keributan di tempat ini. “Bukan, itu bukan Kalila!” Kata Revan dengan santai. “Lo gila? Lo nggak lihat dia? Dia itu Kalila, gue yakin banget. Dia emang nggak lihat wajah kita, tapi gue lihat wajah dia!” Kata Sania dengan keras. Pada kenyataannya Kalila dan Kyra memang memiliki wajah yang tidak bisa dibedakan sama sekali. Tinggi mereka sepertinya juga sama. Tapi jika melihat dari penampilan mereka, dalam satu detik pertama Revan pasti akan bisa membedakannya. Lagipula tadi terlihat jelas jika perempuan itu menggandeng tangan seorang pria yang tampak sangat akrab dengannya, mereka juga terlihat berbincang dan bergurau. Kalila tidak akan melakukan hal seperti itu. Sekalipun masih baru mengenal Kalila, Revan tahu bagaimana sifat Kalila. Entahlah, Kalila memang tidak bisa dihubungi, tapi Revan percaya jika perempuan tadi bukan Kalila. Dia adalah Kyra.. “Dia Kyra, kembarannya Kalila” Kata Revan. “Hah? Nggak mungkin! Itu pasti Kalila, gue yakin kalo dia Kalila. Wajahnya sama, Revan. Nggak mungkin ada anak kembar yang wajahnya sama” Kata Sania. Revan tertawa pelan. Benar juga, wajah Kyra dan Kalila memang sama. “Itu Kyra, dia emang kembarannya Kalila. Wajah mereka emang sama, tapi kalo lo ngomong sama Kalila dan Kyra, lo pasti tahu perbedaannya. Gue udah biasa ketemu Kyra, dari penampilannya aja gue tahu kalo itu Kyra, bukan Kalila” Kata Revan sambil menatap Sania. Sania terlihat tidak percaya dengan apa yang Revan katakan, ya terserah saja jika dia tidak percaya. Kenyataannya perempuan yang lewat di depan mereka tadi bukanlah Kalila. Itu adalah Kyra. Kalila tidak mungkin menggunakan pakaian seperti itu. Revan sangat yakin. Sekarang, ada satu hal yang membuat Revan merasa tidak percaya. Kenapa Kyra berjalan dengan seorang pria? Mereka juga tampak sangat akrab itu artinya pria itu bukan orang asing untuk Kyra. Kyra sering mendatangi Revan dan meminta agar Revan mengikuti kemauannya, tapi lihatlah apa yang terjadi. Kyra berjalan dengan pria lain, mungkin saja pria itu adalah kekasih Kyra, lalu untuk apa Kyra terus datang dan mengganggu Revan? Apakah Kyra memang suka mengganggu hidup orang yang ada di sekitar Kalila? Ah, sungguh sulit untuk dipercaya. “Kalila nggak lagi nipu lo ‘kan, Van? Dia bisa aja pura-pura punya kembaran dan—” “Sania, please.. jangan mikir macem-macem tentang Kalila..” Kata Revan dengan pelan. Sania menganggukkan kepalanya. Sepertinya Sania mulai mengerti jika Revan sangat tidak suka bila ada orang yang meragukan Kalila. Oh ayolah, Kalila memang tidak pantas untuk diragukan, Kalila itu sangat baik. Revan sama sekali tidak pernah berpikir sejauh itu karena setiap kali Revan bertemu dengan Kyra, maka Revan akan langsung tahu perbedaan antara mereka berdua. Kyra dan Kalila sangat berbeda, Revan tahu akan hal itu. “Lo kenal sama cewek tadi? Namanya siapa? Kila?” Tanya Sania. “Kyra, namanya Kyra. Dia itu kembarannya Kalila. Sifat mereka beda banget, apalagi cara berpakaian. Kalila nggak akan pernah pakai rok pendek kayak gitu. Apalagi tadi ada temen cowoknya. Kalila nggak kayak gitu..” Kata Revan. “Lo nggak penasaran mereka pergi ke mana? Maksud gue, lo kenal sama Kyra ‘kan? Lo nggak mau tahu dia pergi kemana sama cowoknya?” Tanya Sania. Jujur saja Revan memang penasaran. Baru tadi pagi Kyra memaksa Revan untuk mengikuti kemauannya. Iya, cewek itu menggunakan ponsel Kalila untuk mengirimkan pesan kepada Revan. Entahlah, Revan tidak mengerti kenapa Kyra bisa melakukan itu. Kemungkinan besar ponsel Kalila memang diambil oleh Kyra. Ya, mungkin saja memang begitu. Kalila sama sekali tidak bisa dihubungi karena ponselnya sedang dibawa oleh Kyra. Revan sangat penasaran dengan apa yang terjadi. Mungkin nanti setelah Revan mengantarkan Sania pulang, Revan akan mendatangi rumah Kalila lagi. Ya, Revan memang merasa khawatir dengan keadaan Kalila. “Jangan deket-deket sama Kyra. Dia bisa bikin semuanya jadi berantakan. Gue nggak mau ngurusin kehidupan Kyra” Kata Revan dengan santai. “Gue rada penasaran sama Kyra. Kayaknya dia asik juga..” Kata Sania. “Jangan buat masalah, San. Kyra nggak kayak yang lo bayangin. Dia pernah bikin tangan gue hampir keseleo.. jangan buat masalah apapun..” Kata Revan dengan santai. Revan tahu jika Kyra memang sedikit psikopat, Kyra sangat sulit untuk dikendalikan. Mungkin nanti Revan akan mengusulkan agar Kyra menemui psikiater. Sifat Kyra yang seperti itu akan membuat orang lain berada dalam bahaya. Seperti sekarang, Kalila harus menerima kenyataan jika kembarannya sangat sering berbuat kasar kepadanya. Revan masih tidak habis pikir ketika dia mendengar cerita Kalila tentang perbuatan Kyra. Ya, Kyra pernah membuat Kalila pingsan semalaman karena mereka bertengkar di malam hari. Entahlah, Kyra sepertinya memang membutuhkan bantuan psikiater. “Wow, Kyra lebih menarik dibandingkan Kalila. Kenapa lo nggak pilih Kyra aja?” Tanya Sania dengan santai. Revan tertawa pelan. Kenapa harus memilih Kyra ketika Revan bisa mendapatkan Kalila? Perbandingkan antara Kyra dan Kalila sangat jauh, jadi sedikit tidak masuk akal jika Revan malah memilih Kyra. “Kenapa gue harus milih Kyra? Lo nggak jelas banget” Kata Revan. “Kalila itu terlalu pendiem. Kayaknya dia nggak cocok buat lo..” Kata Sania. Revan menaikkan sebelah alisnya. Apa yang sedang dikatakan oleh Sania? Revan memang menyukai Kalila. Jadi kenapa Revan harus memilih Kyra? “Itu bukan urusan lo, San. Udah, jangan ngurus hidup gue” Kata Revan sambil tertawa pelan. Sania menolehkan kepalanya ke arah Revan. Revan mengernyitkan dahinya, tidak mengerti kenapa Sania menatapnya dengan pandangan yang sedikit berbeda. “Rasanya bakal sepadan aja kalo gue perang sama Kyra. Dia kayaknya punya sifat yang sama kayak gue. Tapi kalo sama Kalila? Lo yakin dia bakal menang?” Tanya Sania. Sungguh, Revan sangat tidak menyukai pertanyaan ini. Kenapa Sania tidak mengerti juga jika hubungan mereka sudah selesai? Apa yang diinginkan oleh Sania? Bersaing dengan Kalila? Astaga, Revan tidak akan pernah membuat kedua perempuan itu bersaing karena sejak awal Revan telah memilih Kalila. Di masa lalu Revan sudah pernah memilih Sania dan Revan berakhir dengan kecewa. Sekarang Revan ingin mencoba hubungan baru dengan Kalila dan tentu saja Revan tidak akan pernah membiarkan seseorang yang berasal dari masa lalunya datang untuk mengganggu mereka. “Maksud lo apa, San?” Tanya Revan dengan tenang. “Lo pikir gue bakal lepasin lo gitu aja, Van? Gue dateng ke sini buat lo. Gue rasa lo tahu gimana sifat gue. Gue harus selalu dapet apapun yang gue mau” Kata Sania. “Sorry, San. Gue nggak akan biarin lo bersaing sama Kalila. Dari awal gue pilih Kalila..” Kata Revan dengan santai.   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN