Bab 54

2068 Kata
Raka sedang menatap kosong ke arah pintu ruangannya. Hari-hari yang Raka jalani memang sedikit membosankan, tapi Raka merasa lebih baik saat ada di sini. Raka memiliki banyak teman seumuran dengan dirinya yang juga mengalami masalah yang hampir sama. Ada yang datang ke sini karena masalah dengan keluarga, dengan lingkungan, atau dengan dirinya sendiri. Raka merasa jika di dunia ini memang ada banyak orang yang tidak beruntung seperti dirinya sendiri. Orang tua Raka sudah bercerai. Mereka berdua tidak ada yang peduli dengan kehidupan Raka. Ayahnya pergi dengan para pelacurnya, ibunya pun tidak berbeda jauh. Mereka sibuk dengan luka mereka sendiri tanpa tahu jika Raka ada di sini, membutuhkan mereka dengan sangat. Raka sendirian, tidak tahu arah dan kadang juga tersesat. Saat bertemu dengan Aira, Raka merasa jika dunianya akan membaik. Raka sangat menyayangi perempuan itu, tapi kenapa semua kembali berubah menjadi mimpi buruk? Aira juga mencintai Raka. Iya, Raka tahu akan hal itu. Tapi hubungan mereka tidak berjalan dengan baik. Ada banyak sekali masalah yang datang. Kadang Aira sering membuat Raka merasa down. Raka kembali kehilangan arahnya padahal awalnya dia mengira jika Aira akan menjadi rumahnya, tempatnya berpulang ketika dunia menolak dirinya. Raka tidak akan pernah menyalahkan Aira atas apa yang terjadi karena Raka juga mengambil bagian dalam semua ini. Raka tidak bisa lepas dari Aira. Raka takut dia kembali sendirian seperti dulu. Tapi bersama Aira juga tidak membuat keadaan Raka jadi baik-baik saja. Raka kehilangan dirinya sendiri. Hari ini genap dua minggu Raka tinggal di sini. Memang belum banyak perubahan, Raka juga sempat mengalami masalah karena dia hampir saja melakukan bunuh diri. Iya, Raka kembali tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Raka sedang bertengkar dengan Aira karena saat itu Raka menghubungi Aira dan mengatakan semua yang terjadi. Sebagai seorang perempuan yang terpandang, Aira pasti merasa malu jika ada yang mengetahui keadaan Raka saat ini. Aira sedang membangun karirnya sebagai seorang model sehingga Aira membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, tapi yang Raka lakukan malah membuat perempuan itu tersandung masalah. Pihak agensi Aira mengetahui jika Aira memiliki kekasih yang sedang dirawat di rumah sakit kejiwaan. Ya, tentu saja agensi itu meminta agar Aira memutuskan hubungannya dengan Raka. Tidak ada yang mau berhubungan dengan orang gila seperti Raka. Aira marah saat itu, Aira bahkan mengatakan kata-k********r yang membuat Raka kembali kehilangan kendali atas tubuhnya. Apakah memang lebih baik jika Raka mati? Apakah saran yang diberikan oleh Aira akan menyelesaikan masalah hidup Raka? Tapi seperti sebuah lingkaran yang tidak berujung, akhirnya Raka dan Aira kembali lagi di titik yang sama. Raka tidak bisa kehilangan Aira, begitu juga sebaliknya. Mereka berdua akan kembali lagi dan saling menyakiti dengan cara yang sama, tapi seakan tidak merasa menyesal, mereka akan tetap kembali lagi dan terus berulang seperti itu. Bahkan sekarang Aira sedang duduk di depannya. Perempuan itu tampak sibuk dengan ponselnya sejak beberapa menit yang lalu. Benar, Raka tidak pernah bisa kehilangan Aira. “Bagaimana dengan hari-harimu, Aira? Apakah masih sangat sibuk?” Tanya Aka sambil tersenyum. Raka tidak pernah mencintai seseorang seperti dia mencintai Aira. Aira sangat berarti bagi Raka. Raka tidak sanggup jika dia harus keluar dari hubungan ini. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Tapi sampai kapan Raka bertahan? Mereka tetap bersama hanya karena tidak sanggup hidup sendirian, mereka sebenarnya kehilanga rasa cinta yang dulu. Mereka masih muda dan mereka jatuh cinta dengan cara yang salah. Sayangnya baik Aira maupun Raka sama sekali tidak bisa berpisah satu sama lain. “Tentu saja. Sekarang aku banyak melakukan pemotretan, aku selalu lelah ketika pulang. Raka, aku rasa sebaiknya aku keluar saja dari kampus. Pendidikan sangat tidak berguna untukku..” Kata Aira tanpa melepaskan pandangannya dari ponsel miliknya. Raka menghembuskan napasnya dengan pelan. Apa yang ada di dalam ponsel Aira sehingga perempuan itu sama sekali tidak mau menatap wajah Raka? Memangnya untuk apa Aira datang ke sini jika dia masih menatap ponselnya saja? Apakah Aira memang sesibuk itu? “Aira, jangan keluar dari kampus. Pendidikan itu sangat penting..” Kata Raka dengan pelan. “Oh ya? Lalu kenapa kamu tetap duduk di sini sejak dua minggu yang lalu? Bukankah pendidikan sangat penting? Seharusnya kamu berada di kampus bersama dengan Dipta dan Revan” Kata Aira dengan santai. Raka menghembuskan napasnya dengan pelan. Kenapa Aira jadi berubah sangat jauh sekarang? Dulu saat pertama mengenal Aira, perempuan itu tidak pernah berkata kasar pada Raka. Aira akan selalu memberikan dukungan untuk Raka. Apa sekarang Aira berubah ketika tahu keadaan Raka? Raka sudah tidak berguna untuknya? Ah, sungguh menyedihkan. Kalaupun Aira sudah tidak mencintai Raka, Raka akan tetap memohon pada Aira agar dia tetap di sini. Raka tidak sanggup jika dia harus hidup sendirian. “Aira, apa yang kamu lakukan dengan ponselmu? Kamu mengirim pesan pada siapa?” Tanya Raka dengan pelan. Jujur saja Raka sudah tidak sanggup dengan semua ini. Aira duduk di depannya tapi sejak tadi dia terus menatap ponselnya sambil tersenyum. Ada apa sebenarnya? “Raka, bisakah kamu diam? Aku sama sekali tidak mengerti kenapa kamu mengatur hidupku seperti ini. Ini ponselku, aku bisa berkirim pesan dengan siapapun yang aku mau..” Kata Aira dengan kesal. Raka mengusap wajahnya dengan kasar. Apakah salah jika Raka bertanya dengan siapa Aira berkirim pesan? Apakah Aira sedang menyembunyikan sesuatu dari Raka? “Berikan ponselmu, aku ingin melihat siapa yang sedang menghubungimu..” Kata Raka sambil mengulurkan tangannya. “Memangnya siapa dirimu? Kamu pikir aku bisa hidup seperti ini? Memiliki pacar yang sama sekali tidak berguna. Kamu memang pacarku, tapi selama dua minggu ini kamu sama sekali tidak pernah menghubungi aku. Kamu tidak mengirimkan pesan ataupun menelepon diriku. Kamu pikir aku sanggup hidup seperti ini? Kamu menghancurkan segalanya, Raka!” Kata Aira sambil bangkit berdiri. Raka menghembuskan napasnya dengan pelan, mencoba untuk tidak terpengaruh dengan Aira yang marah kepada dirinya. Semua ini tidak akan baik untuk hubungan mereka. “Aku tidak boleh menggunakan ponsel di sini. Aku sedang berusaha agar bisa cepat sembuh, Aira. Aku juga tidak menyukai keadaan ini. Kamu pikir aku menikmatinya? Hidup di sini sendirian, melakukan konsultasi dan terapi. Memangnya aku suka dengan semua itu? Aku ingin sembuh agar kita kembali hidup bahagia!” Kata Raka sambil bangkit berdiri. Aira menatap Raka dengan pandangan marah. Baiklah, setiap mereka bertemu, semuanya akan semakin kacau. Raka tidak tahu sampai kapan dia bisa bertahan dengan hubungan yang sekacau ini. “Lalu bagaimana dengan aku? Aku harus hidup sendirian, tidak ada kekasih yang akan mengirimkan pesan ataupun meneleponku. Memangnya aku sanggup seperti ini? Apakah salah jika temanku menghubungiku? Raka, jangan membuatmu marah!” Kata Aira. Raka kembali duduk di posisinya. Sampai kapan mereka akan bertengkar seperti ini? Hubungan apa yang sedang mereka jalani? “Ada banyak orang di luar sana yang berusaha menggodaku. Kamu tidak pernah ada di sampingku, wajar saja jika mereka mengira aku sendirian. Kamu tidak ada ketika aku sedang ke club, kamu tidak ada saat aku berkumpul dengan teman-temanku. Aku ini sebenarnya memiliki kekasih atau tidak? Selama ini aku mencoba bertahan karena aku tidak suka memulai hubungan dengan orang asing. Aku mencoba bertahan dengan hubungan kita yang terlalu kacau ini.. tapi kamu kembali membuat kesalahan..” Kata Aira dengan kesal. “Aira, aku hanya ingin tahu dengan siapa kamu berhubungan. Hanya itu saja!” Kata Raka. “Kenapa? Kamu takut aku berselingkuh? Kamu takut aku pergi dengan mereka dan meninggalkanmu sendirian? Jujurlah Raka, kita tidak berhasil dengan hubungan ini. Tapi kita juga tidak ingin saling kehilangan satu sama lain. Jangan ikut campur dalam hidupku, aku akan tetap di sini.. tidak khawatir akan hal apapun. Asalkan kamu tetap berada di wilayahmu, aku tidak akan macam-macam dengan siapapun. Tapi kamu juga harus tahu jika aku sangat kesepian dan aku membenci hal itu!” *** “Masalah pacar lo lagi?” Tanya Khansa. Raka sama sekali tidak mengerti kenapa Khansa selalu datang di saat yang tepat. Kedatangan Khansa memang tidak memperbaiki apapun, tapi setidaknya Raka tidak merasa kesepian setiap kali Aira pergi meninggalkan dirinya setelah mereka bertengkar seperti biasanya. Raka dan Aira memang tidak pernah menyelesaikan masalah mereka. Setiap kali ada masalah, mereka hanya akan bertengkar dengan suara keras lalu pergi begitu saja seakan tidak ingin mencari jalan keluar. Biasanya Raka akan sendirian dan merenung tanpa teman, tapi belakangan ini Khansa selalu datang ketika Raka membutuhkannya. Iya, Raka butuh teman saat ini. Revan dan Dipta tidak akan bisa sering datang ke sini karena mereka memiliki kesibukan masing-masing. Raka tidak akan mengganggu kehidupan mereka lebih dari ini. Raka sudah banyak merepotkan teman-temannya itu. Tapi Khansa ada di sini. Dia dengan santainya datang sambil membawa box es krim dan mengajak Raka untuk menghabiskannya. “Emangnya pacar lo cantik ya?” Tanya Khansa dengan santai. Raka tertawa pelan lalu menganggukkan kepalanya. Aira sangat cantik. Iya, Raka masih mengingat dengan jelas jika dulu saat sedang mendekati Aira, Raka memiliki banyak sekali saingan. Saat itu Raka sudah pesimis, Raka pikir Aira akan memilih orang lain tapi akhirnya Raka yang mendapatkan Aira. Awal hubungan mereka sangat menyenangkan. Raka akan selalu datang ke rumah Aira untuk mengantarkan Aira kuliah, Raka juga akan mengantarkan Aira ke lokasi pemotretan. Saat itu Aira masih belum terlalu terkenal. Ya, hingga akhirnya semuanya mulai berubah. Hubungan mereka jadi sedikit kacau belakangan ini. Aira semakin sibuk dan Raka yang kembali mendapatkan masalah dari orangtuanya. “Cantik banget..” Kata Raka dengan pelan. “Secantik apa? Pasti masih cantikan gue” Kata Khansa sambil tertawa. Raka ikut tertawa ketika mendengar lelucon yang Khansa katakan. Sebenarnya itu bukan lelucon, Khansa memang cantik. Raka tidak akan berbohong, Khansa memang sangat cantik. “Iya, masih cantikan lo” Kata Raka sambil terkekeh pelan. “Umur berapa dia?” Tanya Khansa. “23, sama kayak gue..” Jawab Raka dengan pelan. Aira dan Raka memang tidak satu kampus. Mereka dulu saling mengenal karena Dipta adalah teman dekat sepupunya Aira. Iya, benar, Dipta yang lebih dulu mengenal Aira. Tapi tampaknya Dipta memiliki hubungan yang tidak baik dengan Aira. Bukan hanya Dipta sebenarnya, Revan juga demikian. Jika berada di satu ruangan yang sama, Aira dan Revan akan selalu beradu mulut. Entahlah, kedua temannya itu tidak pernah cocok dengan Aira. Sekalipun sering berselisih dengan Aira, baik Revan maupun Dipta tidak pernah mau ikut campur dalam hubungan Raka dan Aira. “Tua banget, lo!” Kata Khansa sambil tertawa. Apa katanya? Sepertinya usia Raka dan Khansa tidak terlalu berbeda jauh. Khansa terlihat dua atau tiga tahun lebih muda dari Raka. “Emang lo umur berapa?” Tanya Raka. “Gue umur 5 tahun, tapi kalo tubuh gue umur 21” Kata Khansa. Raka tertawa pelan. Apa-apaan Khansa ini? Siapa yang berusia 5 tahun? “Jadi umur lo 26?” Tanya Raka sambil menatap Khansa dengan tatapan mengejek. Raka tahu jika Khansa tidak setua itu. Entahlah, Raka suka mengatakan gurauan dengan Khansa. Rasanya Raka sangat rindu tertawa seperti ini. “b*****t! Lo tua, gue enggak!” Kata Khansa sambil kembali tertawa. Raka dulu sering bergurau juga dengan Aira, tapi entah kenapa Aira jadi berubah belakangan ini. Aira sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga dia sering mengabaikan Raka. Setiap kali Raka memulai pembicaraan, Aira akan selalu mengabaikannya atau yang paling buruk mereka akan kembali bertengkar seperti tadi. Entahlah, Raka jadi bingung harus melakukan apa. “Lo kapan sembuh? Gue mau jalan-jalan sama lo. Kayaknya lo asik juga..” Kata Khansa. Raka mengendikkan bahunya. Entah kapan Raka akan sembuh, Raka sendiri mengharapkan hari itu agar segera tiba. Raka tidak suka terus berada di tempat ini. Setidaknya Raka ingin kembali kuliah dan bertemu dengan teman-temannya. “Gue nggak tahu. Gue nggak yakin gue bakal sembuh” Kata Raka dengan pelan. “Gue kasih tahu sama lo, gimana kalo cewek lo selingkuh?” Tanya Khansa. Raka menatap Khansa dengan bingung. Apa yang Khansa katakan? Jujur saja, seburuk apapun hubungannya dengan Aira, Raka tidak pernah berpikir jika Aira akan berselingkuh dari dirinya. Entahlah, jika hal itu sampai terjadi, Raka akan benar-benar kehilangan segalanya. “Lo ngomong apa?” Tanya Raka. “Ya, bisa aja gitu. Makanya lo cepet sembuh. Selain buat pacar lo. Buat gue juga.. biar kita bisa party barengan nanti” Kata Khansa sambil tersenyum. Entahlah, Raka tidak pernah mendapatkan kalimat semangat yang seperti ini. Sembuh untuk party bersama dengan Khansa? Ah, rasanya cukup menyenangkan. Sepertinya Raka memang harus segera sembuh karena di kuar sana ada banyak sekali hal yang patut untuk dicoba. “Lo bakal party sama gue kalo gue sembuh?” Tanya Raka. Khansa menganggukkan kepalanya dengan cepat. “Lo suka party ‘kan?” “Oke, tunggu aja dua minggu lagi. Kita party bareng-bareng” Kata Raka. “Gue tunggu..” Jawab Khansa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN