Bab 56

1958 Kata
Khansa menghembuskan napasnya dengan pelan ketika dia baru saja pulang dari acara makan malam dengan salah satu temannya. Iya, beginilah kehidupan Khansa yang membosankan. Sejak awal Khansa tidak pernah suka dengan kesendirian, oleh sebab itu ketika dia pulang, Khansa akan memilih untuk berbicara dengan Kyra. Setidaknya Khansa memiliki teman untuk mengobrol sekalipun sering kali Kyra melakukan sesuatu yang buruk. Iya, begitulah Kyra. Memangnya Kyra pernah berlaku lembut seperti Kalila? Ah, jangan mengharapkan hal itu. Mereka memang memiliki wajah yang sama, tapi sifat mereka sangat berbeda. “Lo ngapain di sini?” Tanya Kyra dengan sinis. Khansa kali ini tidak membawa g***a miliknya. Iya, biasanya Khansa akan menikmati g***a sambil mendengar suara Kyra yang akan selalu marah-marah pada segala hal. Kyra memang tidak menyukai ketenangan, oleh sebab itu dia selalu saja membuat masalah. Bukan Kyra namanya jika dia terlepas dari masalah. Kadang Khansa berpikir, apakah Kyra tidak lelah dengan semua ini? Mereka berdua sama, mereka adalah dua orang yang ditolak oleh dunia. Tidak akan ada yang menginginkan kehadiran Kyra dan Khansa. Begitulah, mau bagaimana lagi? Mereka tidak bisa memilih untuk mendapatkan kehidupan yang layak karena sejak awal mereka berdua sama sekali tidak memiliki apapun. Kyra dan Khansa.. siapa yang akan menangisi mereka ketika akhirnya takdir merenggut waktu mereka? Tidak ada, tidak akan ada orang yang menangis atau mengingat kehadiran mereka berdua. Khansa kadang akan terjaga dalam tidurnya dan memikirkan banyak hal yang cukup menyedihkan. Khansa tidak pernah mengira jika semuanya akan bertambah rumit saja seiring dengan berjalannya waktu. Tapi, dibanding marah-marah seperti Kyra atau terus berdiam diri seperti Kalila, Khansa lebih memilih menutupi semua lukanya dengan senyuman. Khansa akan pergi sesuka hatinya dan tetap tersenyum di dalam langkahnya. Khansa menyukai keramaian, Khansa akan berusaha untuk membuat orang-orang tetap tertawa bersamanya sekalipun Khansa tahu jika tidak selamanya Khansa memiliki semua ini. Akan ada saat dimana semuanya hilang tanpa sisa, baik Khansa maupun Kyra. “Lo lagi galau, ya?” Tanya Khansa dengan santai. Khansa menatap pantulan dirinya di cermin milik Kyra. Ah, Khansa memang sangat sempurna. Tubuh yang indah, wajah yang cantik.. apa yang Khansa butuhkan? Khansa bisa mendapatkan pria manapun yang dia inginkan. “Lo ngapain ke sini, b*****t? Dari mana aja lo?” Tanya Kyra dengan keras. Khansa tertawa pelan. Haruskah Khansa menceritakan semua kesenangan di dalam hidupnya? Ah, tidak.. Kyra pasti akan sangat marah jika Khansa bisa menikmati waktunya dengan santai sementara Kyra sedang menderita seperti sekarang. Memangnya apa yang membuat Kyra menderita? Apakah ini masih masalah Kalila atau berubah jadi masalah tentang Revan? Kyra memang tidak terduga. Bagaimana mungkin dia menyukai pria yang sama dengan Kalila. Ya, sejak dulu Kyra memang selalu menginginkan segala hal yang Kalila dapatkan. Begitulah Kyra, dia selalu merasa tidak suka jika Kalila mendapatkan kebahagiaan. Selama ini Khansa merasa wajar dengan semua itu karena Khansa juga sering merasa iri dengan orang lain. Tapi sekarang, saat tahu jika Kyra menyukai pria yang sama dengan Kalila, rasanya Khansa mulai tahu jika Kyra memang sangat senang membuat masalah. Benar, sejak dulu Kyra memang sangat suka membuat masalah, Kyra tidak akan bisa hidup jika dia tidak membuat masalah. Begitulah Kyra. “Lo kenapa? Sini cerita sama gue” Kata Khansa sambil tersenyum dengan manis. Khansa tahu jika Kyra akan selalu marah kepada siapapun. Iya, kepada siapapun yang dia temui. Kyra bahkan bisa menghajar orang tanpa alasan. Mungkin Kyra memang tidak menyukai suara nafas orang lain. Kyra sangat suka membuat masalah dan pasti akhirnya Kalila yang harus menanggung semuanya. “b*****t! Kalila emang b*****t!” Maki Kyra dengan keras. Kyra bahkan sudah membeli vas bunga yang baru tapi tampaknya vas itu juga harus bernasib sama dengan vas yang lalu. Begitulah Kyra, dia akan membeli barang-barang baru tapi dia juga akan menghancurkannya dengan cara yang sama. Kenapa Kyra sangat suka merusak barang-barang yang ada disekitarnya? Memangnya menyenangkan, ya? Melihat apartemennya berantakan dan sangat kotor seperti ini, apakah Kyra suka? “Kenapa lagi sama Kalila?”Tanya Khansa dengan santai. Kyra tidak akan pernah mau berdamai dengan Kalila. Mereka berdua adalah kepingan yang terpisah karena sebuah kesalahan. Ah, Khansa tidak mau menilai apa yang sebenarnya terjadi, hidup Khansa sendiri sangat berantakan. “Apa gue boleh bunuh Kalila?” Tanya Kyra. Khansa mengernyitkan dahinya. Apa lagi ini? Kenapa mereka harus membicarakan hal yang sensitif seperti ini? Dibunuh dan membunuh adalah dua hal yang berbeda, tapi Kyra membunuh Kalila.. entahlah, Khansa tidak tahu lagi apa yang akan terjadi. Semuanya akan selesai begitu saja.. “Kenapa? Lo mau ngapain, sih? Jangan bikin masalah kayak gitu. Bukannya sekarang lo lagi suka sama Revan? Kenapa lo nggak pengen kejar dia aja?” Tanya Khansa. Mengalihkan Kyra dari apa yang dia inginkan adalah hal yang sangat sulit. Selama ini Khansa selalu bertugas untuk menenangkan Kyra karena Kyra sama sekali tidak memiliki siapapun yang akan menenangkan dirinya. Iya, begitulah Kyra. Dia memang sangat menyedihkan, tapi kehidupan Khansa juga tidak kalah menyedihkan. “Revan? Dia nggak mau sama gue. Semua orang lebih milih Kalila. Emangnya apa hebatnya Kalila? Dia cantik? Gue lebih cantik!” Kata Kyra. Khansa tertawa pelan ketika mendengar keluhan Kyra. Selama ini Kyra tidak pernah menyukai kekalahan. Dia harus mendapatkan apapun yang dia inginkan. Mungkin kali ini Revan membuat Kyra merasa frustasi. Ah, cinta memang rumit sekali. Lebih rumit lagi jika Kalila dan Kyra menyukai orang yang sama seperti ini. Sayang sekali, Revan jelas lebih memilih Kalila yang baik dan pendiam. Memangnya ada yang mau berhubungan dengan perempuan pembuat onar seperti Kyra? Khansa tahu jika Kyra sering membuat masalah dengan Revan. Memangnya dengan membuat Revan kesal, Kyra akan disukai, begitu? Kyra memang membutuhkan pertolongan. “Revan pasti suka sama lo. Tapi, dia jelas nggak nyaman kalo harus jalan sama cewek yang gampang marah. Coba sehari aja lo jangan bikin Revan marah. Lo ajak dia baik-baik, jangan sama emosi.. emangnya lo pernah lihat Kalila teriak-teriak di depan Revan?” Tanya Khansa dengan pelan. “Kalila pasti bakal sok baik kalo di depan Revan. Dia itu munafik! Kalila emang nggak pantes buat hidup!” Kata Kyra dengan keras. Khansa memutar matanya dengan pelan. Apa-apaan Kyra ini? kenapa dia sangat sulit diajak berbicara? Khansa mengatakan semua ini karena Khansa ingin membantu Kyra. Ya, begitulah.. dibandingkan dengan Kyra, Khansa jelas lebih sering berhadapan dengan pria. Khansa sangat tahu apa saja yang disukai oleh pria. Untuk seorang pria seperti Revan, sepertinya dia suka dengan perempuan tenang dan lembut seperti Kalila. Revan tidak suka dengan keributan yang Kyra buat, Revan lebih suka dengan perempuan yang sopan. “Lo mau gue kasih tahu, nggak? Gini-gini gue jauh lebih berpengalaman dibanding lo berdua. Kalo lo emang mau gue kasih tahu, mending sekarang lo diem. Dengerin gue ngomong dulu..” Kata Khansa dengan kesal. Kyra terdiam dan memilih untuk menatap Khansa. Baiklah, sepertinya Kyra memang mau mendengarkan Khansa kali ini. “Apa?” Tanya Kyra dengan kesal. Apakah Kyra memang tidak bisa berbicara dengan baik? Astaga, Khansa sudah mengenal Kyra sejak lama tapi Kyra sama sekali tidak berubah sedikitpun. Kyra akan tetap menjadi perempuan keras kepala yang sangat kasar. “Lo mau tanya atau mau marah-marah sama gue?” Tanya Khansa sambil tertawa pelan. “Lo mau gue lempar pake vas bunga?” Tanya Kyra dengan cepat. Khansa menghembuskan napasnya dengan pelan. Kenapa Khansa harus berhadapan dengan perempuan kasar seperti Kyra? Astaga, sampai kapan Khansa akan bertahan? Masalahnya, setiap kali Khansa mendapatkan waktu, Khansa akan tetap berusaha berbicara dengan Kyra karena Khansa tahu jika Kyra akan sangat membutuhkan dirinya. Khansa memang tidak bisa memberikan bantuan apapun kepada Kyra, tapi setidaknya Khansa bisa menemani Kyra di saat terburuknya. “Cowok nggak akan suka sama cewek kasar, Kyra. Lo tahu apa yang bikin Revan suka sama Kalila? Kalila nggak akan pernah bikin masalah kayak lo. Pertama kali kalian ketemu aja udah kacau. Pandangan dia ke lo pasti jelek banget. Sikap lo juga kasar. Lo pikir Revan bakal suka sama cewek yang hampir bikin tangan di keseleo? Coba lo lebih lembut lagi, jangan kasar kayak gini” Kata Khansa dengan santai. “Gue harus jadi kayak Kalila, gitu? Jijik banget gue. Gue itu lebih cantik dari Kalila, harusnya Revan suka sama gue bukan sama Kalila. Apa yang Revan lihat dari Kalila?” Tanya Kyra dengan kesal. Khansa menghembuskan napasnya dengan pelan. Bukankah Khansa sudah mengatakan jika Revan melihat perempuan dari sifatnya bukan dari fisiknya? Secara fisik, Kyra da Kalila sama sekali tidak ada bedanya, tapi sifat mereka berdua sangat berbeda.  “Lo sama Kalila punya wajah yang sama. Ya, udah terserah kalo lo nggak mau dengerin gue” Kata Khansa dengan tenang. Kyra menatap Khansa dengan pandangan kesal. Astaga, apakah kali ini Khansa akan kembali mendapatkan lemparan vas bunga seperti sebelumnya? Sebenarnya apa yang Kyra inginkan, jika dia melukai Khansa, dia juga yang akan rugi. Kadang Kyra memang melakukan sesuatu tanpa berpikir lebih dulu. Sungguh, Kyra memang sangat sulit untuk dimengerti. Apa salahnya berbuat seperti yang Khansa katakan? Bukankah dia sangat ingin mendekati Revan?  Untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, kita harus mengorbankan sesuatu. Ya, setidaknya harus berusaha. Jika Kyra terus keras kepala seperti ini, apa yang bisa dia lakukan? Mana mungkin Revan tiba-tiba mau berdekatan dengan Kyra yang sangat arogan? Sepanjang pengalaman Khansa, pria memang suka wanita yang sedikit agresif, tapi bukan yang pemarah seperti Kyra. Jika pada pertemuan pertama saja Kyra telah mengacaukan segalanya, bagaimana mungkin Revan akan menyukainya? Begini, kesan pertama itu sangat penting. Bagi Revan, Kyra meninggalkan kesan negatif sejak pertama mereka bertemu. Akan sangat sulit untuk mengubah kesan itu. “Gue harus apa?” Tanya Kyra dengan kesal. Khansa menaikkan alisnya. Apakah Kyra memang benar-benar sedang bertanya kepadanya? Kali ini, haruskan Khansa melakukan sesuatu untuk membuat Kyra merasa kesal? Ya, sedikit bermain-main saja.. “Kalila suka pakai baju warna pink. Gimana kalo kita coba pakai baju pink dan bandana yang lucu? Pasti Revan bakal suka sama penampilan baru lo..” Kata Khansa dengan santai. “Lo gila? Anjing! Jijik banget gue. Gue nggak pernah mau pakai baju selain warna hitam. Harusnya lo tahu hal itu..” Kata Kyra dengan kesal. Well, Khansa sangat tahu akan fakta itu. Kadang Khansa bertanya-tanya sendiri, kenapa harus warna hitam? Bukankah ada banyak warna lain yang bisa membuat Kyra tampak lebih bersemangat? Ah, setiap orang memang memiliki ciri khas mereka masing-masing. Kalila suka menggunakan pakaian dengan warna cerah, Kyra suka menggunakan pakaian hitam seperti orang berkabung, lalu Khansa suka menggunakan pakaian yang sedikit unik dengan berbagai aksesoris berbentuk rantai yang sangat Khansa sukai. Begitulah, Khansa memang tidak bisa meminta orang lain untuk menggunakan pakaian yang Khansa sukai, begitu juga sebaliknya. Tapi kali ini Khansa memang ingin sedikit bermain-main dengan Kyra. Apakah Kyra akan menuruti saran Khansa untuk bisa menarik perhatian Revan? Ah, lihat saja nanti. Kadang Kyra suka melakukan sesuatu yang sedikit tidak terduga. Khansa berharap kali ini dia bisa mendapatkan hiburan dengan melihat Kyra yang sedang jatuh cinta. “Ya, itu terserah lo. Tapi kayaknya tipe cewek Revan emang yang kayak gitu. Yang imut dan sopan. Coba besok kalo lo ketemu Revan, jangan ngomong kasar. Jangan paksa-paksa Revan. Santai aja.. jangan emosi juga..” Kata Khansa sambil menatap Kyra yang sekarang tatapan sedang kesal. Apa-apaan Kyra ini? Kenapa dia bisa sangat menggelikan dengan jatuh cinta kepada pria yang menyukai Kalila? Sepertinya mereka memang tidak akan bisa dipisahkan satu sama lain. Kyra dan Kalila akan selalu terhubung karena memang begitulah takdir mereka di buat. Kadang Khansa bertanya-tanya dengan keadaan yang ada. Kenapa harus serumit ini? Kehidupan ini telah terlalu banyak bermain dengan takdir seseorang. Jika nanti waktu yang Khansa miliki habis, akankah dia menghilang begitu saja? Lalu bagaimana dengan Kyra? Atau bagaimana dengan Kalila? Takdir sudah keterlaluan dalam mempermainkan mereka. Kapan semua ini berakhir? “Kalo gue lakuin itu semua, dia bakal suka sama gue?” Tanya Kyra. Khansa mengendikkan bahunya. “Gue nggak tahu, tapi kita coba dulu. Mungkin aja ini bisa jadi jalan yang bagus buat hubungan kalian..” Kata Khansa sambil tersenyum.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN