Bab 8

1248 Kata
“Apakah aku mengganggumu, Revan?” Tanya Kalila setelah mereka berada di dalam mobil. Revan masih belum menjalankan mobil yang mereka tumpangi karena kelihatannya cowok itu sibuk dengan laptop yang ada di pangkuannya. Ya, Kalila juga tidak mengerti kenapa Revan memilih menggunakan laptop di dalam mobil seperti ini. “Ah, tidak, Kalila. Kamu sama sekali tidak mengganggu. Maafkan aku, aku harus memberikan kabar pada beberapa temanku saat ini. Ponselku hilang kemarin malam, jadi aku harus menggunakan laptop” Kata Revan dengan tenang. Astaga, pemuda itu sepertinya seseorang yang cukup sibuk. “Kalila?” Kalila menolehkan kepalanya lalu menatap Revan dengan pandangan bertanya. “Ya?” “Apakah kamu sibuk setelah ini? Maksudku, kamu adalah mahasiswa baru jadi mungkin punya banyak tugas yang menumpuk..” Kalila mengernyitkan dahinya. “Tidak, aku sama sekali tidak sibuk.” Kata Kalila. “Bisakah kamu menemaniku membeli ponsel baru? Aku rasa aku tidak perlu lagi mencari ponselku yang hilang karena itu sama sekali tidak berguna” Kata Revan. “Tentu, tentu saja. Kalau boleh tahu, apa yang terjadi pada ponselmu?” Tanya Kalila dengan pelan. Kali ini bukan Kalila yang memberikan pandangan kebingungan, tapi Revan. Pemuda itu menatap Kalila seakan dia ingin mengatakan sesuatu tapi dia tidak tahu bagaimana caranya. “Kamu sungguh tidak tahu?” Apa? Kenapa dia malah bertanya pada Kalila? Hei, bukankah mereka baru bertemu sore ini? Bagaimana mungkin Kalila tahu apa yang terjadi? Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Oh, maafkan aku Kalila. Sudahlah, lupakan saja ponsel itu. Aku akan membeli yang baru saja.” Kata Revan. Kalila hanya diam ketika mendengar kalimat yang dikatakan oleh Revan. Sungguh, Kalila sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Kalila mengeluarkan ponselnya untuk memberikan kabar kepada Ilora bahkan dia akan pulang sedikit terlambat. Ya, tadi Kalila berpamitan kepada Kakaknya dan mengatakan jika dia akan pulang pukul 7 malam. Jika Revan mengajak dirinya untuk membeli ponsel, maka kemungkinan Kalila baru akan sampai di rumah pada pukul 8 atau 9 malam. Sebelum ini Kalila sama sekali tidak pernah keluar sendirian. Kalila akan selalu pergi bersama Ilora dan Kenzo. Ya, begitulah.. Kalila memang belum lama tinggal di kota ini. Kalila tidak pernah memiliki teman yang akan mengajaknya pergi keluar rumah. Revan adalah teman pertamanya setelah sekian tahun Kalila menghabiskan waktunya sendirian tanpa satu orangpun teman. “Apakah kamu lapar? Kita belum makan malam tadi. Kamu ingin makan apa, Kalila?” Tanya Revan sambil menolehkan kepalanya sekilas ke arah Kalila. Cahaya lampu di jalan membuat wajah Revan jadi bersinar dan ketika pria itu menolehkan kepalanya, Kalila jadi bisa melihat dengan jelas bagaimana sorot mata Revan yang tajam dan fokus. Kalila sampai menahan napasnya beberapa detik lamanya ketika dia melihat mata Revan yang bercahaya. Ya Tuhan, apa yang terjadi pada dirinya? “Kalila?” Kalila langsung mengerjapkan matanya dengan cepat ketika Revan kembali menolehkan kepalanya dan menatap Kalila secara tiba-tiba. Kalila mengusap wajahnya yang terasa memanas. Apa yang sebenarnya terjadi? “Ah, iya, Revan?” “Apakah kamu mau makan sesuatu? Apakah kamu lapar?” Tanya Revan. Sejujurnya kalila belum makan apapun sejak tadi pagi. Kalila melewatkan makan siang karena dia tidak memiliki keberanian untuk datang ke kantin kampus sendirian. Kalila juga tidak sempat makan di rumah karena Ilora langsung mengajaknya menemui Revan. “Jika mau, kita bisa makan lebih dulu. Aku sangat lapar sekarang” Kata Revan lagi. Kalila menganggukkan kepalanya. “Tentu saja. Aku juga merasa lapar” Kata Kalila. Tadi ketika mereka sedang di rumah sakit, Revan memang sudah menawarkan makanan kepada Kalila, tapi tentu saja Kalila langsung menolak. Revan punya urusan yang cukup penting karena dia harus menemui dokter yang merawat temannya, mana mungkin Kalila merepotkan Revan dengan memintanya menemani Kalila makan di kantin? “Jadi, apa yang akan kita makan?” Tanya Revan. “Terserah saja..” Jawab Kalila dengan pelan. “Sejujurnya aku sudah menebak jika kamu akan memberikan jawaban itu kepadaku, tapi Kalila.. aku mohon, jangan membuatku kebingungan. Katakan saja, apa yang ingin kamu makan?” Tanya Revan sambil tertawa pelan. Kalila meringis ketika menyadari Revan sedang menyindir dirinya. Apa yang harus Kalila katakan? Kalila jarang makan di luar. Biasanya, Kalila akan makan di luar bersama dengan kedua kakaknya, mereka yang akan menentukan segalanya karena Kalila memang tidak tahu apapun. Kalila orang baru di kota ini. “Maafkan aku, tapi aku tidak tahu. Aku baru di kota ini..” Kata Kalila dengan pelan. Revan menolehkan kepalanya lalu menatap Kalila dengan pandangan terkejut. “Oh ya? Baiklah, aku yang akan memilih tempat makan. Apakah kamu punya alergi terhadap makanan tertentu?” Tanya Revan. “Tidak, aku tidak memiliki alergi” Kata Kalila. “Jadi, kita bisa pergi kemanapun? Maksudku, tidak ada makanan yang kamu hindari, bukan?” Kalila menganggukkan kepalanya. “Jadi, kamu berasal dari kota mana, Kalila?” Tanya Revan. Kalila menegakkan punggungnya ketika mendengarkan pertanyaan Revan. Seketika itu juga Kalila kembali mengingat bayangan kota kelam di masa lalunya. Kalila bahkan bisa merasakan jika sekarang jari-jarinya bergetar karena kembali mengingat banyaknya kenangan menyakitkan di dalam batinnya. Oh astaga, tidak ada yang perlu Kalila khawatirkan. Semuanya sudah selesai. Kenzo membawa Kalila datang ke kota ini, Kalila tidak perlu merasa ketakutan lagi. Kalila menarik napasnya dengan pelan. Tolong.. jangan sekarang.. “Revan, bisa tolong antarkan aku pulang sekarang?” Kata Kalila dengan cepat. Kalila mencoba menenangkan dirinya tapi dia tahu jika keadaan ini sudah di luar kendalinya. Kalila sama sekali tidak bisa mengendalikan napasnya yang memburu. Ada banyak sekali trauma yang Kalila pendam seorang diri. Kalila tidak ingin Revan melihat semuanya.. tidak, Kalila tidak ingin Revan mengetahui dirinya yang sebenarnya.. “Kalila? Ada apa?” Tanya Revan. Kalila menggelengkan kepalanya dengan kuat. “Tolong antarkan aku pulang, Revan. Aku mohon..” Kata Kalila sambil menahan tangisannya. Inilah yang membuat Kalila merasa takut untuk berteman dengan seseorang. Kalila takut kalau dirinya melakukan kesalahan seperti ini.. “Baiklah, kita akan pulang dengan cepat” Kata Revan pada akhirnya. Seakan tahu jika Kalila merasa tidak nyaman dan ingin pulang dengan segera, Revan sama sekali tidak menanyakan apapun. Pemuda itu hanya mengemudikan mobilnya menuju ke arah rumah Kalila setelah Kalila mengatakan alamat rumahnya. Kalila kembali menarik napasnya dengan pelan, tapi keadaannya sama sekali tidak membaik. Oh Tuhan, kenapa hal ini masih harus terjadi? Kalila pikir semuanya sudah lama selesai. “Ada air mineral di kursi belakang. Kamu bisa mengambilnya jika memang membutuhkannya..” Kata Revan dengan tenang. Kalila menatap pemuda itu lalu menganggukkan kepalanya dengan pelan. Mungkin Kalila memang membutuhkan minum untuk menenangkan dirinya. Sayangnya sama sekali tidak ada yang berubah. Napas Kalila masih terasa sesak padahal dia sudah menghabiskan sebotol air mineral. Kalila memejamkan matanya. Sungguh, Kalila sama sekali tidak menginginkan hal ini terjadi sekarang. “Kalila? Apakah semuanya baik-baik saja?” Tanya Revan. Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. Ya Tuhan, apa yang harus Kalila lakukan? “Aku harus pulang dengan cepat” Kata Kalila. “Tentu, kita akan sampai kurang dari sepuluh menit lagi” Kata Revan dengan tenang. Revan mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Kalila. “Kamu berkeringat. Apakah kamu sesak napas?” Tanya Revan. “Tolong bawa aku cepat ke rumahku, Revan..” Kata Kalila dengan pelan. Kalila sama sekali tidak tahu harus mengatakan apa. Kalila memang merasa sesak napas, tapi sebenarnya bukan itu yang membuat dirinya merasa kesakitan. Ada satu masalah lain yang tentu saja tidak akan bisa Kalila katakan kepada Revan. Kalila menahan napasnya ketika matanya tidak sengaja menatap pantulan cermin yang ada di dalam mobil. Sepasang tatapan mata asing dan juga senyuman sinis itu tercetak dengan jelas. Oh Tuhan, Kalila tahu jika hal buruk akan segera terjadi.     
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN