Bab 7

1362 Kata
Kalila tidak tahu apakah keputusannya untuk ikut dengan Revan benar atau salah. Mau bagaimana lagi? Kalila sama sekali tidak memiliki pilihan. Kalimat terakhir yang Revan katakan benar-benar membuat Kalila merasa terpojok. Sekalipun tidak mengatakannya secara terang-terangan, tapi Kalila tahu jika kedatangannya membuat Revan jadi harus menunda pertemuannya dengan teman-temannya. Saat ini Kalila sedang ada di lorong rumah sakit dengan Revan yang menggenggam tangannya. Jujur saja ini adalah kali pertama seorang laki-laki asing menggandeng tangannya. Kalila sudah berulang kali menghembuskan napasnya dengan pelan untuk bisa menenangkan dirinya. Kalila merasa sangat gugup karena selama hidupnya, dia juga tidak pernah memiliki teman. Kalila hidup di dalam sebuah penjara yang mengerikan... benar, itu hanya masa lalu, sekarang Kalila tidak perlu lagi memikirkan semua itu karena setelah bertemu dengan Kenzo dan Ilora, hidup Kalila berubah jadi amat sangat baik. Kalila tidak perlu lagi merasa cemas ataupun khawatir. Sekarang Kalila bahkan sudah memiliki teman dan pastinya sebentar lagi kehidupan Kalila akan berjalan sangat normal selayaknya anak muda pada umumnya. Iya, itulah yang selama ini Kalila harapkan. Satu lagi, Kalila berharap jika hidupnya akan selalu menjadi miliknya. “gila! Kenapa lama banget, lo? Van, lo tahu nggak gimana rasanya ada di ruangan Raka sama Aira. gila! Gue nggak tahu harus ngapain!” Kalimat itu terdengar ketika Revan dan Kalila masuk ke dalam sebuah ruangan perawatan yang berisi seorang pemuda yang tampak tidak sadarkan diri. Pemuda itu teman Revan, bukan? Apa yang terjadi padanya? Apakah dia kecelakaan? “Udah, diem! Mana Aira?” Tanya Revan. Kalila masih sibuk menundukkan kepalanya sambil sesekali melayangkan tatapan ke arah pemuda yang berbaring di ranjang. Kalila merasa penasaran akan apa yang terjadi pada pemuda itu. “Lagi ambil baju sama keperluannya. Katanya malam ini dia yang mau tungguin Raka di sini” “Mana bisa? Jangan boleh, Dip. Wah, bikin kacau kalau nanti orang tuanya Raka tahu” Kata Revan. “Terus gue harus gimana? Kayaknya mereka nggak di rumah” Kalila masih diam di posisinya karena dia memang tidak tahu harus melakukan apa. Sejak beberapa menit yang lalu Kalila masih berdiri di balik tubuh Revan yang jauh lebih besar dibandingkan dengna tubuhnya. Tangan Revan juga masih menggenggam tangannya seakan pemuda itu takut jika Kalila akan kabur begitu saja. “Kalila, ya ampun aku sampai lupa padamu. Duduk saja di sana.. kamu mau minum? Atau membeli makanan?” Tanya Revan sambil membalikkan tubuhnya. Kalila terkejut dengan apa yang Revan lakukan sehingga dia refleks memundurkan langkahnya. Sungguh, Kalila memiliki kenangan buruk dengan seseorang sehingga ketika terkejut, ada sebuah peringatan di kepalanya yang akan memerintah dirinya untuk segera menjauh. Kalila mengerjapkan matanya lalu tersenyum. “Em.. tidak, Revan. Aku sama sekali tidak haus” Kata Kalila dengan pelan. “Sungguh? Baiklah, kalau begitu kamu duduk saja di sana. Aku masih ada sedikit urusan saat ini. Jangan khawatir, aku tidak akan lama” Kata Revan sambil tersenyum. Kalila menganggukkan kepalanya sambil tersenyum juga. “Siapa, Van? Cewek lo?” Tanya teman Revan sambil memperhatikan Kalila dari atas hingga bawah seakan cowok itu sedang berusaha menilai penampilan Kalila. Sebenarnya Kalilia merasa tidak nyaman dengan tatapan teman pria Revan. Tapi mau bagaimana lagi? Kalila tidak pernah berani memprotes sesuatu yang tidak dia sukai. “Oh, ini teman gue. Namanya Kalila” Kata Revan. Kalila kembali menundukkan kepalanya. “Kalila, kenalkan, dia adalah temanku. Dia namanya Dipta..” Kata Revan sambil menarik Kalila yang awalnya bersembunyi di balik tubuh cowok itu. “Aku Kalila..” Kata Kalila dengan pelan. “Oh, gue Dipta” Cowok itu membalas uluran tangan Kalila. “Kamu tunggu di sini sebentar ya, Kalila? Tolong jaga teman aku yang masih tidak sadar itu. Aku akan segera menemui dokter supaya kita bisa segera pulang” Kata Revan. Kalila menganggukkan kepalanya dengan pelan. Sebenarnya Kalila sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan di ruangan ini, tapi Kalila tidak mungkin menangis dan merengek meminta pulang, bukan? Revan sudah sangat baik karena pria itu mau menjadi teman Kalila. Entahlah, jika saja Revan tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Kalila, apakah pria itu masih mau berhubungan dengannya? Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Sudahlah, lagipula Kalila juga tidak akan setiap hari bertemu dengan Revan. Tidak akan ada masalah apapun karena mereka hanya akan menjadi teman di kampus. Ya, hanya itu saja. *** “Maaf, lo siapa?” Ketika Kalila sedang sibuk menatap ponsel miliknya, seorang wanita cantik tampak masuk ke dalam ruangan rawat teman Revan. Wanita itu terlihat terkejut dengan keberadaan Kalila sehingga Kalila juga jadi ikut terkejut. Astaga, dia siapa? Apa yang harus Kalila lakukan? Kalila mengerjapkan matanya sambil mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh perempuan yang sedang berdiri di depannya. Apakah dia Aira? Perempuan yang sempat dibicarakan oleh Revan dan Dipta. “Ak—aku Kalila. Aku datang ke sini dengan Revan. Katanya dia sedang bertemu dengan dokter” Kata Kalila dengan pelan. “Kalila? Lo siapa? Ceweknya Revan?” Tanya perempuan itu. Astaga, kenapa setiap orang menanyakan hal itu? Memangnya jika dia datang ke sini bersama dengan Revan, artinya dia adalah kekasih Revan? “Tidak. Bukan begitu..” Kata Kalila dengan pelan. “Oh, lo udah udah dateng, Aira. Sorry, tadi gue ketemu sama dokter dulu” Kalila langsung menghembuskan napasnya dengan pelan ketika dia mendengar suara Revan. Akhirnya pemuda itu datang dan menyelamatkan Kalila dari situasi yang sangat tidak menyenangkan ini. “Dia siapa, Van?” Tanya Aira sambil menunjukkan ke arah Kalila. Kalila benar-benar merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan oleh Aira. Perempuan itu bertanya sambil menatap Kalila dengan pandangan merendahkan. “Dia temen gue. Kenapa?” Tanya Revan sambil berjalan ke arah Kalila. “Kenapa dia di sini? Ini ruangannya Raka, dia kenal Raka?” Tanya Aira. Ya, sejak awal Kalila juga tahu jika Aira terlihat tidak menyukainya. Oh sungguh, Kalila bahkan tidak akan datang ke sini jika bukan karena Revan yang mengajak dirinya. Mungkin seharusnya tadi Kalila tidak perlu ikut dengan Revan. “Dia dateng sama gue. Udah ya, jangan bikin masalah..” Kata Revan sambil menggenggam tangan Kalila. Kalila menahan napasnya. Kenapa Revan selalu menggenggam tangannya? Mungkin bagi Revan hal semacam ini adalah hal yang sangat biasa, tapi tidak demikian dengan Kalila. “Lo pikir gue yang mau bikin masalah? Gue tanya sama lo karena gue punya hak. Ini ruangannya Raka, dia pacar gue. Gue nggak mungkin diem aja setelah lihat ada cewek asing yang duduk di ruangan pacar gue” Kata Aira. Kalila semakin menundukkan kepalanya. “Gue mau pulang ya, Dip. Tolong lo urus Aira di sini.. gue mau anter Kalila pulang dulu” Kata Revan sambil menarik tangan Kalila dengan pelan. “Van, jangan gitu, anjing!” Kata Dipta ketika mereka bertiga telah keluar dari ruangan Raka. Astaga, Kalila jadi merasa bersalah karena dia telah membuat keadaan di tempat ini jadi rumit. “Aira suruh pulang aja. Dia cuma bikin rusuh nanti” Kata Revan. Kalila masih tetap diam saja. Sebenarnya dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi. Pemuda yang sedang ada di dalam ruangan perawatan itu adalah teman Revan, lalu perempuan tadi adalah kekasihnya. Masalahnya, ketika dia tidak sadarkan diri seperti itu, kenapa tidak ada satupun keluarganya yang ada di sini? Apakah Dipta adalah keluarganya? “Gimana caranya, b**o? Dia nggak bakal mau dengerin gue” Kata Dipta. “Ya udah terserah. Gue nggak nginep di sini kalo ada Aira.. itu cewek suka ngeselin” Kata Revan. “Lah, terus gue gimana?” Tanya Dipta. “Lo katanya suka sama dia. Ya udah, lo tungguin aja di sini” “gila lo?” Kalila hanya memperhatikan perdebatan dua pemuda itu dalam diam. Kalila sungguh tidak tahu harus melakukan apa karena dia masih terkejut dengan respon yang diberikan oleh perempuan yang ada di dalam ruangan tadi. Sepertinya dia merasa tidak nyaman dengan kehadiran Kalila. “Lo oke ‘kan? Tolong lo urus Aira dulu, Gue nggak mungkin bisa ngurus cewek itu, Ta. Nanti pas Aira udah pulang, gue ke sini lagi” “gila banget sih ini. Raka emang nyusahin gue..” Kalila menatap ke arah Dipta yang sepertinya sangat keberatan karena dia harus berurusan dengan perempuan yang bermana Aira. “Ayo, Kalila kita pulang..” Kata Revan sambil tersenyum. Kalila akhirnya menganggukkan kepalanya dengan pelan lalu mulai melangkahkan kakinya setelah dia berpamitan dengan Dipta.   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN