Bab 9

1376 Kata
Revan sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Kalila. Perempuan itu awalnya baik-baik saja tapi secara tiba-tiba dia meminta diantarkan pulang. Keadaan Kalila juga berubah secara drastis. Revan melihat dengan jelas jika Kalila tampak kesulitan bernapas. Lalu sekarang, ketika Revan mengantarkan perempuan itu pulang, Revan langsung ditinggalkan begitu saja. Sebenarnya Revan bisa saja langsung pulang tanpa perlu repot-repot masuk ke dalam rumah mewah milik keluarga Kalila, tapi Revan rasa akan sangat tidak sopan jika dia langsung meninggalkan Kalila yang keadaannya tampak sangat tidak baik itu. Tadi, begitu masuk ke dalam rumah ini, Revan langsung disambut oleh Ilora, kakak ipar Kalila. Sementara Kalila langsung naik ke lantai dua dan sepertinya berdiam diri di kamarnya. “Ada apa dengan Kalila, Kak? Sepertinya dia tidak sehat. Apakah perlu memanggilkan dia dokter?” Tanya Revan kepada Ilora yang duduk di depannya. Ilora sekarang sedang duduk di depan Revan setelah wanita itu mengurus Kalila selama beberapa menit. Iya, Revan sebenarnya sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Kalila, tapi tentu saja Revan tidak akan naik ke lantai dua tanpa persetujuan pemilik rumah. Satu-satunya hal yang bisa Revan lakukan hanyalah duduk di ruang tamu sambil menunggu Ilora turun dan mengatakan bagaimana keadaan Kalila. “Dia mungkin sesak napas, Revan. Kalila memang biasa seperti itu. Oh iya, Kakak tidak punya waktu untuk berbicara kepadamu.. tapi tolong bantu Kalila ketika dia di sekolah. Tolong temani dia karena dia bukan anak yang mudah bergaul. Kalila masih baru di sini jadi dia tidak punya siapapun selain kami..” Kata Ilora. Kemarin Revan menyelamatkan Kalila yang hampir bunuh diri, lalu hari ini dia melihat Kalila yang tampak sangat aneh. Apa yang sebenarnya terjadi pada perempuan itu? Apakah Revan memang harus mengatakan segalanya kepada Ilora? Percobaan bunuh diri bukanlah hal yang wajar untuk dilakukan. Kalila mungkin sedang dalam masalah jika perempuan itu sampai nekat hampir menghabisi nyawanya sendiri. Pasti ada sesuatu yang salah dengan Kalila. “Kak, aku sebenarnya tidak tahu harus mengatakan ini atau tidak, tapi kurasa Kakak memang harus tahu sesuatu mengenai Kalila” Kata Revan dengan pelan. “Ada apa, Revan?” Melihat Ilora yang tampak khawatir, Revan pikir tidak masalah jika dia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. “Kemarin aku sudah bertemu dengan Kalila” Kata Revan dengan pelan. “Apa? Bagaimana bisa?” Tanya Ilora. Raka juga melakukan percobaan bunuh diri. Jika Raka tidak ditemukan dengan cepat, maka bisa saja nyawa temannya itu melayang. Di hari yang sama, Revan harus bertemu dengan seorang perempuan yang juga hampir melakukan bunuh diri. Tentu saja Revan menghalangi niat buruk Kalila, tapi tetap saja.. Kalila masih bisa melakukannya lain kali. Perempuan itu harus mendapatkan penanganan yang tepat. Dari keadaan Raka, Revan belajar jika suasana di rumah menjadi pengaruh yang paling penting di dalam kesehatan mental seseorang. Kalila katanya tinggal di rumah ini bersama dengan kakak dan kakak iparnya. Apa mungkin jika selama ini Kalila mendapatkan perlakuan buruk dari mereka?]] Tapi Ilora terlihat sangat menyayangi Kalila. Rasanya tidak mungkin jika wanita hamil itu melakukan hal yang buruk kepada Kalila. “Apakah Kakak tahu jika Kalila memiliki masalah atau semacamnya? Mungkin trauma?” Tanya Revan. Ilora tampak mengernyitkan dahinya ketika dia mendengarkan pertanyaan Revan. Revan melihat sendiri bagaimana perbedaan antara Kalila yang kemarin di temui dengan Kalila yang hari ini dia temui. Apakah memang ada masalah pada Kalila? “Revan, Kakak tidak suka berbelit-belit. Katakan, ada apa?” Tanya Ilora. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. “Kemarin aku baru saja menyelamatkan Kalila yang akan melakukan bunuh diri” Kata Revan dengan tenang. “Apa? Kalila? Bagaimana bisa?” Benar, Ilora memang tampak sangat khawatir dengan keadaan Kalila. Siapapun pasti akan terkejut jika mendengar keluarganya sendiri baru saja melakukan percobaan bunuh diri. “Kakak tenang saja. Aku akan menjelaskan semuanya, tapi kurasa akan lebih baik jika Kalila tidak mendengarkan semua ini” Kata Revan. “Kalila tidak akan mendengarkan semua ini. Revan, cepat katakan semuanya kepada Kakak. Kakak harus tahu apa yang terjadi pada Kalila!” Kata Ilora. Wanita itu tampak histeris. Revan bahkan bisa melihat jika matanya memerah seakan sedang menahan tangis. Benar, Ilora memang terlihat sangat menyayangi Kalila. Kemungkinan besar masalah yang dihadapi Kalila bukan berasal dari keluarganya. Lalu apa? Apa yang membuat Kalila ingin mengakhiri hidupnya? Apakah karena teman? Tidak, Kalila tidak memiliki teman di kota ini. Kalila sendiri yang mengatakan jika dia tidak memiliki satupun teman. Lalu apa? Apakah ini adalah masalah yang berhubungan dengan masa lalunya? “Revan!” “Aku tidak terlalu tahu apa yang sebenarnya terjadi, Kak. Tapi kemarin aku sedang ada di rumah sakit karena temanku juga baru saja melakukan percobaan bunuh diri. Saat itu aku berjalan di luar rumah sakit, di dekat jembatan aku melihat Kalila sedang mencoba untuk naik ke pembatas jalan. Jika aku terlambat, aku tidak tahu apa yang akan terjadi..” Kata Revan dengan pelan. Ilora menutup mulutnya sendiri. “Hari ini aku cukup terkejut karena bertemu dengannya. Aku merasa jika Kalila sangat berbeda. Kak, mungkin dia memiliki masalah yang dia rahasiakan. Aku sarankan agar kakak menemui psikiater.. masalah seperti ini bisa saja terulang jika Kalila—” “Revan? Bisakah kamu pulang sekarang?” Tanya Ilora. Revan mengernyitkan dahinya. Revan cukup terkejut ketika dia mendengar kalimat Ilora. “Oh, tentu saja, Kak” Kata Revan sambil bangkit berdiri. Sekalipun Revan merasa kebingungan, Revan tentu tidak akan menolak permintaan yang diberikan oleh Ilora. “Revan?” Revan menolehkan kepalanya ketika Ilora kembali memanggil dirinya. “Ya, kak?” Ilora tampak ingin mengatakan sesuatu tapi dia kebingungan karena tidak tahu bagaimana cara mengatakannya. “Bisakah kamu tetap berteman dengan Kalila? Bukan hanya bertema, tapi menjaga dia. Apakah kamu mau?” Tanya Ilora. Revan langsung tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Setelah melihat apa yang terjadi pada Raka, Revan selalu berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu membantu menyelamatkan orang yang mencoba melakukan percobaan bunuh diri. Iya, sebagai seorang teman, Revan merasa gagal karena dia tidak menyadari jika temannya sedang dalam masalah. Lalu sekarang Revan mengenal Kalila, seorang perempuan lemah lembut yang sepertinya juga memiliki masalah di dalam hidupnya sehingga dia melakukan percobaan bunuh diri. Ya, tanpa diminta sekalipun, Revan akan tetap menjaga Kalila. Ketika melihat sorot mata Kalila, Revan merasa jika wanita itu sangat rapuh. Dia seperti ketakutan dan tidak berdaya. Revan baru kali ini bertemu dengan perempuan seperti Kalila. Ada perasaan aneh di dalam hati Revan yang sampai sekarang masih membuat Revan merasa penasaran. “Tentu saja, Kak. Aku pasti akan menjaga Kalila.. dia adalah temanku mulai sekarang” Kata Revan dengan pelan. “Revan, bisakah hal ini kamu rahasiakan?” Tanya Ilora. Revan tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Tanpa diberi tahu sekalipun, Revan juga akan merahasiakan hal ini. Revan bahkan tidak mengatakan apapun kepada Kalila ketika mereka bertemu lagi. Kalila mungkin berusaha melupakan kejadian dimana dia hampir menghabisi nyawanya sendiri, sebagai seorang teman, Revan akan mendukung apa yang Kalila lakukan. Atau mungkin Kalila memang tidak benar-benar memperhatikan wajah Revan kemarin malam. Lampu di jembatan pasti tidak terlalu terang sehingga membuat Kalila tidak bisa melihat wajah Revan dengan jelas. Lagipula saat itu keadaan sedang sangat kacau, pikiran Kalila pasti lebih kacau lagi. Kalila baru saja menghadapi hal yang cukup mengerikan, perempuan itu pasti tidak bisa berpikir dengan jernih, apalagi mengingat wajah Revan yang saat itu juga pasti tidak terlihat dengan jelas. “Tentu saja, Kak. Jangan khawatir. Kalau besok Kalila butuh teman untuk berangkat ke sekolah, kakak bisa menghubungi Kakakku saja. Aku rasa Kalila sangat sulit bergaul.. denganku saja dia masih terlihat canggung.” Kata Revan dengan santai. “Revan, terima kasih banyak. Kalau bisa, besok tolong jemput Kalila. Dia akan sendirian di kampus jika tidak bersamamu. Buatlah dia nyaman dengan suasana kampus, kalau bisa kenalkan juga dia dengan teman-temanmu. Kalila memang anak yang sangat pendiam dan pemalu” Kata Ilora. Revan menganggukkan kepalnya.] Sebenarnya Revan juga tidak tahu bantuan apa yang diperlukan oleh Kalila, tapi dengan memiliki beberapa teman, keadaan Kalila pasti akan segera membaik. “Tentu saja, Kak. Tolong jangan lupa pada saran yang aku berikan, keadaan ini sangat serius, Kak” Kata Revan. “Iya, Kakak mengenal seorang psikiater yang baik. Kakak akan membawa Kalila ke sana. Kalau bisa jangan singgung hal ini kepada Kalila. Berpura-puralah semuanya baik-baik saja, Revan” Revan menganggukkan kepalanya. “Aku tahu, Kak. Kalau begitu aku akan pulang. Ketika Kalila sudah baik, tolong sampaikan salamku kepadanya..” Kata Revan pada akhirnya.     
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN