46. Penyemangat

1212 Kata

Ruangan serba putih itu senyap sejak kedatangan Raka, tak ada sepatah kata yang terucap dari kedua insan tersebut. Angkasa hanya diam dengan memegang tangan mamanya. “Kasa, papa pengen ngomong sama mama.” “Mama belum sadar, percuma juga kan ngomong apa pun mama nggak denger. Mending papa pulang, urus kantor.” Raka meremas rambutnya perlahan, ia mencoba perlahan mendekati Angkasa. “Pa, mending pergi. Mama udah terlanjur sakit hati, Pa, selama ini mama cuma pura-pura nggak tau. Asal papa tau, mama nyewa suruhan buat nyelidiki papa. Sebelum aku tau, mama udah tau duluan. Udah, Pa, Kasa capek sama papa.” “Sa, sebentar aja ya?” Angkasa menggeleng kuat, tangannya menggenggam tangan Genta perlahan ikut menguat. Terdengar suara gaduh dari luar, Angkasa menatap pintu yang terbuka lebar. Raka me

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN