bc

BLOOD SWEAT AND TEARS (INDONESIA)

book_age16+
1.7K
IKUTI
9.6K
BACA
badboy
goodgirl
CEO
doctor
city
punishment
husband
like
intro-logo
Uraian

(SQUEL OF CHEMISTRY!)

Laki-laki itu menatapnya tajam, ia sesekali menghela napas panjang. "Lo harus gugurin bayi itu. Gue belum siap jadi ayah, cita-cita gue belum tercapai. Dan gue nggak yakin bayi itu murni darah daging gue. Pasti banyak kan yang main sama lo, nggak cuman gue. Gue nggak mau ketipu sama wajah melas lo, lo pikir gue nggak tau lo tuh jalang! Jangan minta tanggung jawab dari gue!"

Perempuan itu semakin terisak. "Lo pikir gue siap? Lo pikir cita-cita gue udah ke gapai? Sejahat-jahatnya gue, Sa, gue nggak bakal bunuh nyawa manusia tanpa dosa. Ini kesalahan kita, Sa. Asal lo tau gue bukan wanita rendahan seperti yang lo katakan! Gue masih punya harga diri, kalau lo nggak mau tanggung jawab nggak usah hina gue apalagi nyuruh buat gugurin bayi ini. Bayi ini nggak salah!"

Cowok itu tersenyum miring. "Pergi jauh dari kehidupan gue, jangan pernah rusak kebahagiaan gue! Ada cita-cita yang ingin gue wujudin. Dan satu lagi, gue bukan ayah dari anak yang lo kandung! Dan sampai kapan pun gue nggak akan nikahin lo! Camkan itu!"

"Semoga anak lo nggak minta tuntutan atas apa yang lo lakuin ke gue, Sa!"

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Awal pertemuan
“Gimana kabar lo, Lang?” Kedua laki-laki itu melakukan high five, lalu berpelukkan. “Gue baik dong, lo gimana sebulan di Inggris? Nemu bule nggak?” “Buat apa gue cari bule kalau cewek Indonesia aja cantik-cantik? Lo aneh banget, Lang, selera gue masih gadis manis berkulit sawo matang.” Laki-laki berjaket hitam itu terkekeh pelan. “Bisa ae lo moncong kuda nil.” “Lo bawa barang gue ke mobil dulu, gue mau ke toilet bentar ya. Jangan tinggalin gue.” Laki-laki itu mendorong barang-barang bosnya sesuai dengan perintah. Angkasa Bramantyo Dewa Giovano atau biasa di sapa Kasa, laki-laki tampan, mapan, banyak di kagumi wanita, yang selalu berhasil membuat siapa saja terjerat pesonanya. Ia putra mahkota dari pemilik BRAMANTYO’S CORP, pemegang tahta saat ini. Angkasa berjalan santai dari toilet, panggilan alam tak bisa ia cegah dari turun pesawat tadi. Langkahnya terhenti, ada sesuatu yang mengusik di indra penciumannya, sesuatu yang selalu berhasil membuat ia merindukan kedatangannya kembali. “Dia kembali?” Angkasa mengamati sekitarnya bibirnya menyunggingkan senyuman, tinggal segelintir orang yang masih di sana, ada yang menunggu jemputan atau sekedar istirahat. Tapi wanita dengan jaket merah muda itu berhasil membuatnya penasaran, ia yakin aroma mawar ini berasal dari perempuan tersebut. Mata Angkasa tak lepas menatapnya, wanita berjaket merah muda yang menggandeng anak kecil laki-laki di sampingnya. Kilasan memori beberapa tahun yang lalu terputar jelas di ingatannya, nama hingga senyuman tak pernah ternoda sedikit pun dari kepalanya. “Apa bener dia kembali?” Kaki Angkasa berjalan mendekati perempuan itu, ia ingin memastikan semua rasa penasarannya. Semakin mendekat, aroma mawar tersebut semakin pekat. Ada satu harapan yang ia semogakan dalam batinannya, wanita jaket merah muda itu adalah wanita yang selama ini ia tunggu. “Kasa!” Bahunya ditepuk oleh Langit, sahabat dan sekaligus asisten pribadinya, yang ia tugaskan untuk menjemput di bandara. Laki-laki itu menariknya menjauhi perempuan itu, hingga rasa penasaran dan semua doanya terkubur dalam. Jika itu kamu, aku harap kita dapat bertemu kembali suatu saat nanti. “Ada apa sih, Lang?” “Lo tau nggak sih, Sa, bentar lagi banyak wartawan datang buat meliput lo. Dan gue nggak bawa satupun bodyguard lo, jadi kita harus pulang sebelum mereka datang.” jelas Langit dengan memaksa Angkasa masuk dalam mobil. Angkasa berdecak kesal, ia memutar matanya malas. “Lang, gue pengen liat perempuan tadi.” “Perempuan siapa lagi sih, Sa? Lo bawa perempuan bule, atau itu mbak crush lo yang baru?” “Aroma mawar dan hembusan angin,” lirih Angkasa yang membuat Langit terdiam lalu menjalankan mobil tersebut. Mereka terhanyut dalam pikiran masing-masing, bahkan Langit enggan membuka suara ketika menatap wajah sendu Angkasa. Langit malah khawatir dengan Angkasa, laki-laki itu pasti akan terus saja memikirkan perempuan aroma mawar itu hingga melupakan semuanya. Wangi mawar yang empat tahun kebelakang ini tak pernah lagi tercium aromanya, berhasil membuat hidup Angkasa balik jungkir berantakan. Perempuan ayu darah Jawa berhasil membuat Angkasa menjadi takut jatuh cinta ke lain perempuan. Baru dua tahun ini Angkasa mampu bangkit dan menata hidupnya kembali, peran Ibu dan teman-teman terdekatnya yang berhasil memotivasi Angkasa berdiri kembali. “Lo mau makan nggak, Sa? Ada restoran baru buka nih deket sama apartemen lo,” ucap Langit memecah keheningan tersebut. Angkasa hanya memberi anggukan kepala sebagai jawaban. “Restoran makanan Jawa katanya, Sa. Lo kan suka banget tuh sama masakan Jawa, ini rekomendasi banget deh buat lo.” Angkasa kembali mengangguk. Langit menoleh sebentar, Angkasa memandang pemandangan yang terus menghilang ketika mereka lewati. “Lo kok diem aja sih, Sa? Lo kepikiran sama mbak-mbak aroma mawar?” “Gue penasaran sama dia, Lang. Perasaan gue nggak mungkin salah, wangi itu gue masih inget banget wangi dia. Dia suka mawar, gue yang beliin parfum itu. Parfumnya racikan, Lang, gue yakin itu dia.” “Tapi kalau nggak salah lihat tadi mbak-mbaknya udah punya anak, Sa, lo yakin itu dia? Masa dia udah nikah? Atau jangan-jangan itu tadi mbak-mbaknya nunggu suaminya jemput, atau malah itu bukan masa lalu lo si aroma mawar. Bisa aja sekarang parfum itu dijual masal, jadi bukan hanya orang-orang tertentu aja yang bias pakai, tapi semua orang bisa.” Angkasa menggelengkan kepalanya, ia mengusap wajahnya kasar. “Kalau dia kembali, gue yakin pasti ada maksud tertentu. Lo nggak kepikiran anak mbak-mbak tadi itu anak lo?” lanjut Langit. Lidah Angkasa kelu untuk menjawab pertanyaan Langit, hatinya sedikit tertohok mendengar kata-kata itu. Sama sekali tak pernah ia pikirkan apa perempuan itu masih menjaga buah hatinya hingga sekarang? Jika ia maka dirinya dalam masalah besar. ### “Lo nggak pengen ke rumah? Nyokap lo kangen sama lo, Sa, dari minggu kemarin selalu tanya kabar lo ke gue. Mending malem ini lo nginep di sana, sekuat apapun rasa benci lo buat kesana tapi masih ada ibu lo yang selalu berdoa buat kesehatan dan keselamatan lo. Please, Sa! Gue anter kesana ya?” bujuk Langit. Angkasa menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tak ada minat untuk pulang ke istana mewah tujuh belas Milyar itu. Ia masih lemah menghadapi kenyataan, tatapan ayahnya masih membuat dirinya merasa terintimidasi. Dan ada yang tak kalah penting adanya Aksa, saudara kembarannya yang selalu dapat membuat hatinya terbakar. “Kita makan aja ya, Sa, lo pasti kangen banget sama masakan Indonesia. Di Inggris makanan lo apaan? Pasti junk food ya kan? Sudah kuduga, Sa, lo kan pemalas banget kalau di suruh ribet.” ledek Langit, membuka sabuk pengaman. Mereka berjalan bersama masuk ke area restoran tersebut. “Gila! Baru buka aja udah rame gini,” ujar Langit, beerdecak kagum, ia duduk di samping Angkasa yang enggan membuka suara. Angkasa mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, sangat kental dengan budaya Jawa. Banyak pajangan ukiran di dinding, lukisan-lukisan pemadangan desa pun turut serta melengkapi pesona restoran tersebut. “Ini sih bagus banget, niat banget yang punya restoran. Sampai nanam bambu segala lagi, lo merinding nggak?” “Kenapa merinding? Gue malah ngerasain Jogja, berasa rumah nenek di boyong kesini semua. Yang punya restoran bener-bener niat banget ini mah,” puji Angkasa. “Lang, besok gue masih mau cuti lo kosongin jadwal gue ya?” Langit mengerutkan dahinya, ia menopang dagu lalu menatap Angkasa menyelidik. “Lo kenapa cuti segala? Sebulan belum puas? Atau jangan-jangan lo males ketemu Om Raka ya? Besok itu harusnya lo presentasi, Sa, apa yang lo dapat di Inggris semuanya harus lo ceritainn besok terutama ke Om Raka.” “Gue butuh waktu istirahat sehari aja besok, capek kali habis dari Inggris. Lo pikir perjalanan Inggris ke Indonesia sama kek dari Jakarta ke Bandung? Nanti gue siapin semua berkasnya, lusa gue presentasi. Atau lo yang mau presentasi?” usul Angkasa, terkekeh pelan. “Gue besok juga cuti kali, Sa, mau jalan-jalan sama pacar. Biar nggak keliatan jomblo gue tuh, gara-gara lo pergi ke Inggris gue sebulan penuh ngurusin ini itu. Nggak mau tau gue minta naik gaji,” ujar Langit. “Naik gaji minta sama bos besar, jangan ke gue.” Langit berdecih pelan dengan berkata, “Minggu depan lo udah resmi jadi pewaris tunggal semua aset kekayaan bokap lo. Jadi gue nggak salah minta naik gaji sama lo, karena apa? Karena sebentar lagi lo naik jabatan, jadi pemilik Bramantyo’s Corp. Hebat juga lo, Sa.” “Terus si Aksa dapat apaan dari bokap lo? Masa sama sekali nggak dapat dia?” Angkasa menggelengkan kepalanya perlahan. “Anak emas kek dia pasti udah dapet bagian yang lebih besar dari gue, Lang. Lagi pula dia udah jadi dokter, mengabulkan keinginan Papa. Yang katanya pengen banget jadi dokter terus yang ngabulin si Aksa, gue apa coba? Kebagihan sisa gue mah,” jawab Angkasa, tersenyum kecil, menyatukan kedua tangannya sebagai penopang dagu. Langit menatap Angkasa dengan tersenyum tipis, sahabatnya itu selalu saja terus mengalah. Dibalik kesuksesan perusahaan saat ini, ada impian dan cita-cita Angkasa yang harus rela ia kubur dalam. Papanya yang selalu mengingkan anak-anaknya menjadi orang sukses tanpa mendengarkan keinginan mereka, seharusnya saat ini ia tak berada di balik layar laptop dan tumpukan kertas yang membosankan itu. Tempat Angkasa harusnya berada di balik kemudi burung besi, memakai seragam dan topi yang selalu ia idamkan. Angkasa harusnya berada di angkasa, berteman awan dan langit. “Lo udah hidup enak, Sa, nanti lo bisa terbang ke mana pun yang lo mau. Dengan kekayaan lo yang sekarang, harusnya lo udah bisa beli pesawat pribadi atau paling enggak helikopter lah. Masa calon CEO nggak mampu beli pesawat sendiri sih? Isin atuh, Akang!” Angkasa terkekeh pelan, Langit selalu saja dapat mencairkan suasana hati Angkasa. “Eh, Sa, makanan kita kok belum datang ya?” tanya Langit. Angkasa mengerutkan dahinya perlahan, lalu menepuk dahinya pelan. “Emang kita udah pesen makanan?” “Anjir gue lupa, pantes aja dari tadi nggak di kasih makanan. Mbak-mbaknya kenapa nggak ke meja coba, pasti malu ada dua cowok ganteng di sini.” ucap Langit. Mobil mahal keluaran terbaru itu berhenti di sebuah apartemen mewah, anak laki-laki berjaket bulu hitam keluar dengan tertawa riang. Dia ditemani perempuan berambut hitam legam, khas perempuan Indonesia. “Nda, ini rumah kita?” “Iya, Bara nanti tinggal di sini. Suka?” Anak itu mengangguk semangat, tangannya digandeng perempuan itu erat. Apartemen elit yang hanya bisa menjadi kediaman orang-orang kaya, barang-barang mereka diantar oleh staf apartemen tersebut. “Bunda, nanti aku boleh ya main di taman tadi?” Perempuan itu sempat menggeleng namun akhirnya tersenyum lalu mengangguk. “Tapi, nunggu pengasuh Bara datang ya. Bara nggak boleh nakal pas Bunda kerja, nanti Om Adhit nemenin kamu juga.” “Siap, Bunda cantik!” Bara kamu itu fotokopi ayah kamu, semoga saja kamu dapat segera bertemu dia. 

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Crazy Maid ( INDONESIA )

read
208.1K
bc

The crazy handsome

read
466.3K
bc

Because Alana ( 21+)

read
362.2K
bc

Sexy game with the boss

read
1.1M
bc

OLIVIA

read
29.4K
bc

Papah Mertua

read
533.3K
bc

PEPPERMINT

read
372.2K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook