19. Sekap

1021 Kata
Malam menyapa lagi. Enfire sedang berbaring di ranjang King size dikamar Argiwel sambil membaca buku komik, ia punya hobi baru sekarang yakni membaca buku komik bergenre Sentai yang menitik beratkan pada peperangan dan militer. Padahal awalnya ia tak pernah menyukai dengan hal yang berbau bacaan atau sejenisnya, namun sejak ia pindah ke Sthradikven semuanya begitu saja terjadi, apalagi sejak ia mengenal gadis cantik yang bernama Enersent. Siang tadi setelah setelah kejadian darah busuk itu, Enersent datang menemuinya di Lab, mereka berbincang-bincang hal yang menimpa Enfire. Senyuman gadis manis penyuka novel itu membuat luluh semua perasaan jengkel yang ada dalam hatinya. Kenapa kamu, bengong lagi? tanya Argiwel memasuki kamar, lalu duduk di kursi yang menghadap meja komputer didekat ranjang. “Nggak kok, siapa yang bengong? Aku cuma senang aja baca komik ini. Jawab Enfire enteng. Heleh. Mereka berdua menjadi sahabat akrab sekarang, kemana dan dimana mereka selalu bersama, apalagi Enfire sering menginap dirumah Argiwel yang kadang sepi ditinggal orang tuanya bekerja di luar kota. Apalagi Argiwel adalah anak tunggal dari pengusaha kain yang sukses, namun biar pun begitu tak membuatnya mudah mendaptkan teman. En, lihat deh ini! kata Enfire tiba-tiba memecahkan bacaan Enfire, dengan lekas Enfire mendekatinya. Ada apa? Lihat deh koment-koment di twitter ini, ucap Argiwel lagi, sedang Enfire hanya melihat rentetang tulisan yang berada di monitor komputer. Tulisan-tulisan itu membicarakan tentangnya, yang terkena cairan darah busuk itu. Foto dengan berbagai gaya di aploud sedemikian rupa, ada yang memberinya semangat tapi, malah banyak yang menghujatnya, bahkan hal itu menjadi trending topic. Eh temen-temen gimana gayanya, si anak konglomerat kalau sedang dikerjain, bagus gak? Lucu ya dia, sampai malu gitu. Ada julukan baru nih, ganteng-ganteng si bau Derita hati si konglomerat. Dan koment-koment lain yang membuat Argiwel semakin geram untuk membacanya. Kamu terkenal, En, celetuk Argiwel. Iya terkenal karena hal segila ini. Siapa dalang dari pencemaran nama baik ku, berani banget dia mencari masalah. Kata Enfire geram sambil menggerutu sendiri. Eh kira-kira apa ya motif dari pelaku itu? Apa kamu punya musuh? “Musuh. Kayak nya gak ada sih, “Hmm berarti ia punya motif lain. Musuh. Mendengar kata itu Enfire berpikir keras, siapa sebenarnya yang telah melakukan ini pada? Ia sadari sejak SMP ia memang sering mencari masalah dengan teman-temannya, tapi tak satupun mereka ada yang pindah ke sekolahnya sekarang. “Eh cupu, kira-kira siapa saja yang tahu kunci loker? “Kunci loker? Kayaknya cuma si pemilik loker dan guru BK, karena cuma guru itu yang sering mengoperasi loker semua murid, kenapa memangnya? “Apa kamu gak mikir? Kalau si pelaku juga tahu kunci loker ku, berarti dia juga ada hubungan dengan guru BK. “Hmm bisa jadi, besok kita tanya. Argiwel dan Enfire saling berfikir satu sama lain, mereka segera ingin mengetahui si pelaku. * * * Enersent duduk di sebuah bangku yang berada dibawah pohon rindang ditaman sekolah, matanya jeli menatap setiap tulisan yang ada didalam novel yang sedang dia baca saat ini. Novel best seller dari penulis Dan Brown menyuguhkan intrik penuh misteri untuk Umat Kristiani, menguak siapa Yesus, sejak kelahirannya hingga Ia wafat, dan tentang pernikahan-Nya dengan Maria Magdalena, novel yang menguras pikiran untuk ikut larut dan menebak. Dan novel-novel seperti itu yang selalu ia gandrungi sejak SMP, bukan tanpa sebab ia menyukainya, karena dulu ayah yang di cintainya selain sebagai seorang pengusaha ia juga seorang penulis novel thrailler. Novel tulisan ayah Enersent selalu meledak dipasaran, booming, dan banyak dibicarakan orang, ia bahkan mendapat pernghargaan untuk novel-novelnya, tapi setelah kecelaan yang terjadi tak ada lagi penulis yang disegani banyak orang. Sejak kematian sang ayah, Enersent bertekad untuk menulis sebuah novel, menciptakan karangan yang dapat dinikmati banyak orang, dan mengubah sigma tentang novel itu melelahkan. Semangat itu yang selalu hadir dihatinya, kini ia sedang menulis satu naskah novel bergenre yang sama, dan niatannya ingin ia tawarkan ke salah satu penerbit di Jepang. Hei, sibuk banget kayaknya, sampai aku gak digubris, kata Virgosa mendekatinya, dengan wajah yang sedikit cemberut Virgosa membuat Enersent memalingkan wajah padanya. Ya habisnya kamu juga sibuk sih, sama band mu. Jadi aku cari kesibukan sendiri. Iya deh maaf. Kata Virgosa lagi, dengan gaya yang mengiba Eh Yank, beberapa minggu lagi aku sama anggota Wushu lain ada acara kunjungan ke Pulau Andrhos. Raut majahnya berubah muram. Itu kan, baru saja aku bilang, kamu sudah mau pergi lagi. Mau bagaimana lagi En, ini kan cuma kunjungan lima hari saja. Ya sudah, gak apa-apa kok. Enersent tersenyum, membuat suasana kembali cerah. Walau Virgosa bukan tipe cowok yang selalu ada untuknya, apa lagi Virgosa bukan cowok yang romantis, namun Enersent sangat mencintainya, karena hanya Virgosa laki-laki yang ada disampinya sejak kematian Ayahnya beberapa tahun lalu. Virgosa membalas senyuman kekasihnya dengan senyum yang bertumpu pada lesung pipitnya yang menghiasa pipinya, yang manis. Sementara itu Enfire dan Argiwel berjalan menuju ruang BK dimana mereka akan menemukan sebuah keterangan tersendiri tentang masalah yang terjadi pada Enfire. Didalam ruang BK Argiwel celingak-celinguk mencari pak Dave guru yang biasanya ada diruangan itu, namun yang ia temui hanya seorang guru yang baru pertama ia hilat. Mencari apa kalian, tengak-tengok begitu? tanya Nourch yang sekarang menjadi seorang guru BK. Kami mencari Pak Dave, jawab Enfire. Oo Pak Dave sudah tidak menjadi guru BK lagi, sekarang saya yang menggantikan beliau. Sejak kapan pak? tanya Argiwel. Dua hari lalu. Sekarang bapak Tanya apa keperluan kalian datang kemari? Kami hanya ingin bertanya, apa ada orang yang bertanya nomer loker siswa pada bapak hari-hari terakhir ini? Enfire bertanya dengan penjang lebar, rasanya ia sudah tidak sabar ingin mengatahuinya. Nomer loker? Sepertinya tidak ada. Kemungkinan Pak Dave tahu, kalian tanyakan padanya saja. Tapi untuk apa kalian menyakan hal itu? Tidak Pak, itu tidak penting. Kata Enfire. Kami permisi, Pak. Mereka berdua berlalu pergi. Dengan raut penasaran Enfire kembali menggerutu, upaya pertamanya gagal sebelum dimulai. Enfire dan Argiwel berjalan dilorong sambil hanya diam satu sama lain, tak ada ucapan yang terjadi. Suasana lorong yang ramai semakin membuat mereka berdua sibuk dengan dunia hayal mereka sendiri. Dalam ke adaan itu, sayup-sayup suara memanggil Enfire. Enfire! Suara semakin keras ketika didekat Enfire yang kini berjalan lambat. Seorang gadis berambut pendek sebahu dan kaca mata minus 2.4 kini berdiri didekat Enfire, dengan senyuman manisnya, ia mencoba berkenalan dengan Enfire. Kamu Enfire, kan? tanya gadis itu kemudian. Iya kenapa? Dan kamu siapa?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN