Peperangan antara Klan Iblis dan Klan Manusia pun tidak kunjung berakhir dengan banyaknya pasukan dari Alam Neox yang datang secara rombongan membabat habis semua keadaan di bumi.
Tentu saja pihak yang sementara masih unggul adalah Klan Iblis membuat beberapa pasukan dari Klan Manusia merasa kesal. Karena mereka sudah dirugikan terlalu banyak. Apalagi tidak sedikit pasukan Klan Iblis melawan dengan cara melenyapkan nyawa begitu saja.
“Jenderal Gu, bagaimana ini? Keadaan semakin tidak terkendali,” adu Komandan Hao dengan ekspresi benar-benar putus asa.
Sedangkan seorang lelaki dewasa nan gagah itu telihat memijat kepalanya lelah. Permasalahan kedua klan memang tidak akan pernah berakhir. Apalagi sebelum melihat hancurnya bumi yang menjadi tempat perebutan sejak awal permusuhan.
“Untuk sekarang, perintahkan rakyat yang masih bisa diselamatkan untuk mencari tempat pengungsian. Dan ingatkan tetap waspada sekalipun dalam pengawasan militer istana. Karena kita masih memiliki pekerjaan untuk tetap memantau situasi Chang’an agar tetap kondusif,” tutur Jenderal Gu menghela napas panjang sembari menatap banyak sekali warga yang saling bergotong royong membangun sebuah dapur.
“Baik, Jenderal Gu,” balas Komandan Hao menuruti semua perintah dari pemimpinnya.
Kemudian, dengan cepat ia melaksanakan perintah Jenderal Gu sekaligus memberi tahu ke semua komandan untuk tetap bersiaga di tempat yang sudah ditentukan. Karena tidak ada yang bisa menebak serangan ini akan kembali berlanjut atau memilih peperangan seperti dua puluh tahun lalu.
Sedangkan Gu Sheng Jun menatap kepergian bawahannya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Entah kenapa ia merasa sesuatu yang berbeda di balik peperangan ini. Apa pun itu, Gu Sheng Jun hanya bisa berharap tidak membawa petaka bagi Xuan Yi dan keluarganya.
Karena tidak ada yang bisa ia lakukan, selain melindungi negara demi pengabdiannya sebagai jenderal besar. Jabatan apa pun tidak akan pernah bisa menggantikan semua harapannya yang selalu menomorsatukan keluarga.
Namun, di tengah lamunannya itu tiba-tiba sebuah merpati pos mendekat ke arah Gu Sheng Jun membuat lelaki itu menangkap hewan penurut tersebut dengan memperhatikan secarik surat yang terikat kuat di kaki.
Setelah melepaskan surat yang berada di kaki merpati pos, Gu Sheng Jun melepaskan hewan itu kembali. Lalu, membuka sebuah ikatan yang menggulung dengan begitu kuat.
Isi surat tersebut berbunyikan, “Jenderal Gu, cepatlah kembali menghadap Yang Mulia Kaisar. Karena situasi semakin tidak terkendali membuat beberapa murid Akademi Dangyi terpaksa dipulangkan. Sehingga penjagaan di istana mulai melemah.”
Membaca sebuah pesan yang memaksanya untuk kembali membuat hati Gu Sheng Jun merasa sangat berat. Ia rasa meninggalkan padang rumput sama saja melepaskan keluarganya dari pemantauan. Apalagi lokasi Akademi Tangyi sangatlah jauh dari istana membuat Gu Sheng Jun semakin cemas melepaskan.
Namun, pengabdiannya sebagai jenderal besar memang tidak boleh mengikuti kata hati membuat lelaki dewasa nan gagah itu akhirnya memutuskan untuk menjaga istana sekaligus memerintahkan banyak prajurit di sekitar Kota Xuanhu dan Akademi Tangyi.
Tentu saja ia melakukan hal tersebut semata-mata untuk memastikan semua keluarganya baik-baik saja. Ditambah Xuan Yi harus diberikan perhatian lebih banyak. Karena pemuda beranjak dewasa itu akan memiliki beberapa ambisius dan emosi kurang stabil yang sering kali menjadi penyakit para pemuda.
Sepanjang perjalanan menuju istana, Gu Sheng Jun beberapa kali harus melakukan persembunyian dari Klan Iblis yang tanpa sengaja berpapasan dengan dirinya. Tentu saja para musuh itu terlihat haus darah yang akan menghabisi siapa pun bertemu mereka. Tidak peduli sekalipun pendekar atau seorang pemimpin militer.
Sedangkan di sisi lain, Shen Jia yang mendengar berita bahwa istana kekurangan banyak penjaga pun mendadak cemas. Apalagi ia tahu satu-satunya tempat yang sulit sekali ditaklukan adalah Chang’an. Membuat Klan Iblis tidak dapat dipungkiri mengincar tempat itu sejak lama.
“Apa yang sedang kau pikirkan?” celetuk Xuan Yi tanpa sengaja mendapati seorang gadis termenung di depan kamar.
Shen Jia menatap Xuan Yi dengan helaan napas panjang sembari menggeleng pelan. “Aku sedang memikirkan Ayahku yang kekurangan banyak penjaga. Apalagi mereka telah habis dijadikan sasaran empuk oleh Klan Iblis.”
“Ke mana semua penjaga istana dari Akademi Dangyi?” tanya Xuan Yi mengernyit bingung.
“Aku dengar mereka semua dipulangkan untuk menjamin keselamatan dari Klan Iblis yang mulai mengincar Chang’an,” jawab Shen Jia menegakkan tubuhnya sembari bersandar pada tembok berbentuk kayu memperhatikan seorang pemuda yang melangkah mendekati dirinya.
Sejenak Xuan Yi tampak duduk tepat di samping Shen Jia dengan meluruskan kedua kakinya yang begitu panjang. Entah kenapa pemuda itu benar-benar terlihat sangat tinggi ketika membiarkan kakinya lurus ke depan.
“Lantas, di mana Jenderal Gu?” tanya Xuan Yi mengernyit bingung dan menanyakan sesosok lelaki dewasa yang beberapa kali memiliki kebiasaan memanggil tanpa sebutan ayah.
“Dia ayahmu, Xuan Yi. Biasakan dirilah untuk memanggilnya dengan sebutan ayah. Kau selalu beliau banggakan sebagai seorang anak, bukan murid Akademi Tangyi,” sela Shen Jia bernada rendah menandakan gadis itu tidak setuju dengan sebutan yang diberikan oleh Xuan Yi.
Sebab, pemuda itu seakan membentangkan sebuah sekat besar di antara mereka berdua yang sama sekali tidak menginginkan status lebih.
“Baiklah, Ayahku,” balas Xuan Yi menuruti ucapan Shen Jia.
Shen Jia tersenyum tipis. “Jenderal Gu sedang dibujuk oleh Ayahku untuk menjaga di istana sementara waktu. Sampai situasi cukup terkendali mengerahkan banyak prajurit melawan mereka. Karena rasanya akan sia-sia jika kita melawan di saat seperti ini.”
“Yang Mulia Kaisar merencakan sesuatu?” sahut Xuan Yi penasaran.
“Iya, Ayahku berniat untuk melakukan negosiasi seperti dulu, yaitu peperangan di satu tempat. Mungkin akan tetap sama di Lembah Fengwei,” balas Shen Jia mengangguk mantap.
Sontak kerutan bingung sekaligus tidak mengerti tercetak jelas di dahi mulus milik Xuan Yi. Pemuda tampan itu seperti seseorang yang tidak mengetahui apa pun sampai peperangan dua puluh tahun lalu adalah tempat terlarang dirinya.
“Bagaimana kau tahu?” tanya Xuan Yi merasa tidak percaya mendengar Shen Jia mengetahui banyak hal tentang Klan Iblis yang tidak ia ketahui.
“Aku mendengar banyak cerita dari dayang dan beberapa pekerja di istana. Mereka sering kali bercerita tentang pertempuran besar dulu,” jawab Shen Jia sekenanya.
Xuan Yi terdiam sesaat. Ia terkejut sama sekali tidak mengetahui bahwa peperangan yang sempat melahirkan dirinya dulu adalah tempat terlarang. Bahkan beberapa kali ia sempat terlibat dalam situasi yang cukup mengejutkan.
Salah satunya memang Gu Sheng Jun sering kali marah besar ketika mengetahui Xuan Yi datang ke sana membuat pemuda itu tidak lagi berani. Apalagi sampai benar-benar menyelidiki di balik kemarah sang ayah yang terlihat aneh dengan begitu jelas.