6 - Permintaan Khusus

1355 Kata
“Ya, aku yakin bisa melakukannya. Percaya sama aku, aku akan buktikan ke kamu,” tegas Arhan dengan keyakinan yang penuh. “Jadi kamu mau ketemu sama Papa aku?” tanya Zahra dan Arhan menganggukkan kepalanya. “Biarin aku ikut kalau Mas Arhan mau ketemu sama Papa,” kata Zahra lagi. “Jangan, biar aku aja yang ketemu sama Papa kamu sendirian. Biarkan aku yang ngomong secara pribadi sama Papa kamu. Cukup dengar saja nanti akhirnya bagaimana,” kata Arhan membuat Zahra menghela napasnya panjang. “Ya sudah, tapi kamu harus kasih tahu aku tentang itu. Oke?” Arhan menganggukkan kepalanya. “Aku minta maaf ya perkataan mereka menyakiti hati kamu, jangan diambil hati. Aku tahu kamu tidak seperti itu, aku akan berusaha supaya mereka ikhlas dengan pilihan kita,” kata Arhan dan Zahra menganggukkan kepalanya. “Mulai sekarang kamu juga harus terbiasa sama hubungan kita, mulai terbiasa dengan melibatkan aku. Mulai terbiasa dengan kehadiran aku, emang ini agak aneh karena kita belum pernah seperti ini. Tapi aku pikir kita harus melakukannya, kita mau sama-sama mencobakan?” Zahra menganggukkan kepalanya. Pelayan datang membawa makanan yang sudah mereka pesan. “Makasih Mbak,” ucap Arhan pada pelayan tersebut. “Kamu cobain, makanannya enak. Kamu pasti suka, tapi timun sama tomatnya kamu kasih ke aku aja. Kamu nggak makan timun sama tomatkan?” tanya Arhan membuat Zahra terkejut. “Dari mana kamu tahu Mas?” tanya Zahra. “Meisya yang bilang. Meisya itu suka cerita tentang kamu,” kata Arhan memberitahu. Zahra memindahkan timun serta tomat miliknya pada Arhan. Tak semua orang tahu tentang hal itu, bahkan Daffa mantan kekasihnya saja masih belum tahu tentang itu. Kini Arhan akan menjadi tempat pembuangan makanan tersebut. “Kamu benar Mas, makanannya enak,” puji Zahra ketika sudah mencicipi makanan tersebut. “Kamu wajib coba punya aku juga enak, makanan yang lainnya juga enak. Nanti kita bisa makan makanan yang lainnya,” kata Arhan sambil mengangkat piringnya dan membiarkan Zahra mencicipinya. “Iya enak,” puji Zahra lagi membuat Arhan tersenyum senang. Saat itu keduanya mulai banyak bicara dari biasanya, lebih tepatnya Arhan yang lebih banyak bicara dan menceritakan makanan apa saja yang enak dan tempat-tempat makan yang menurutnya enak. Arhan bahkan berjanji akan membawa Zahra ke tempat tersebut, Zahra masih belum terbiasa dengan kedekatan keduanya. Namun Zahra juga tak bisa menolak hadirnya Arhan saat ini. Bagaimanapun ia sudah setuju untuk terlibat dengan Arhan. Setelah selesai makan siang Arhan berniat mengantar Zahra pulang, karena Arhan akan kembali ke kantor. Arhan memang bekerja di kantor pengacaranya sendiri yang sudah ia bangun beberapa tahun ini. Namun Arhan tetap bekerja dengan professional. “Besok kamu ada jadwal ngajar?” tanya Arhan ketika mereka sudah dalam perjalanan. “Enggak Mas, kenapa?” tanya Zahra. “Aku boleh minta tolong sama kamu?” tanya Arhan. “Minta tolong apa Mas?” tanya Zahra balik. “Besok aku harus pergi keluar kota karena ada menangani kasus di Bandung, aku harus nginap di sana satu malam. Kamu bisa nginap di rumah nemenin Bella? Aku nggak berani tinggalin Bella berdua saja sama pengasuh, kamu bisa?” tanya Arhan khawatir. “Kenapa kamu nggak titip sama Mama kamu atau Maminya Meisya Mas?” tanya Zahra. “Pertama mereka masih marah, kedua aku nggak mau tergantung sama mereka. Aku mau kamu mulai terbiasa ikut terlibat dalam merawat Bella bolehkan? Lagi pula Bella lebih dekat sama kamu dibandingkan mereka. Aku lebih lega ninggalin Bella sama kamu dibandingkan sama mereka, bagaimanapun kamu Bundanya Bella. Kamu bisa? Kalau kamu emang nggak mau mungkin aku akan tunda kepergian aku,” kata Arhan membuat Zahra menghela napasnya panjang. “Yaudah Mas, besok aku ke rumah kamu,” putus Zahra. “Makasih ya,” ucap Arhan tulus. Zahra membalasnya hanya tersenyum kecil. “Aku nggak mampir ya, aku ada ketemu sama klien di kantor. Kalau aku mampir takutnya nggak terkejar, salam sama Papa dan Bunda kamu ya,” kata Arhan begitu sampai di depan rumah Zahra. “Iya Mas, hati-hati ya,” pesan Zahra. Wanita itu langsung saja turun dan Arhan kemudian pergi. Begitu sampai di dalam kedua orangtuanya sedang menonton televisi bersama. “Kamu udah pulang, naik apa tadi?” tanya Vania ramah. Zahra mencium punggung tangan Vania, namun tidak dengan Adrian. Hubungan keduanya masih bersitegang. “Sama Mas Arhan, tadi jemput ke kampus. Katanya salam buat orangtua aku, maaf nggak bisa mampir karena mau ketemu sama klien,” kata Zahra dengan sedikit keras supaya Adrian mendengar. Namun pria itu berdecak dan Zahra mendengarnya. “Ya sudah kalau gitu, kamu udah makan?” tanya Vania lagi. “Udah tadi bareng Mas Arhan juga. Aku naik ke atas ya Bun, mau istirahat,” pamit Zahra. *** “Hai, kamu udah di rumah?” tanya Arhan yang sedang melakukan panggilan video pada Zahra. Ini pertama kalinya bagi keduanya melakukan panggilan video seperti itu. Tadi malam Arhan menoba menghubunginya ketika sudah sampai di rumah membuat Zahra merasa aneh. Kini pria itu menghubunginya panggilan video membuat Zahra semakin aneh. Kini Zahra sudah berada di rumah Arhan dan Meisya. Tadi pagi Zahra langsung saja datang ketika berpamitan kepada orangtuanya. Baik Adrian dan Vania tidak ada yang melarang, lebih tepatnya Adrian memilih diam. Kini saat malam Arhan menghubungi Zahra, dari tadi pria itu tak ada menghubungi Zahra. “Sudah, tadi pagi. Mbok Ayumi bilang kamu udah pergi,” kata Zahra. “Iya, aku terlambat bangun dan keteteran. Biasanya ada Meisya yang siapin semuanya kalau aku harus pergi keluar kota, aku benar-benar lupa. Makanya beresin semuanya sendiri dan terlambat. Maaf nggak sempat kabarin kamu, aku baru aja sampai hotel,” kata Arhan memberitahu. “Mas Arhan belum mandi?” tanya Zahra basa-basi. “Belum bentar lagi, mau nanya kamu sama Bella dulu. Bella udah tidur?” tanya Arhan. Zahra menggelengkan kepalanya dan menggeser handphonenya pada Bella yang ada di sebelahnya sedang bermain Barbie. “Hallo anak Papa, lagi main sama Bunda Zahra ya?” tanya Arhan sambil melihat anaknya yang sedang sibuk itu. “Bella, ini ada Papa telepon. Coba kamu lihat, hallo Papa,” kata Zahra mengajari Bella. “Papa, hallo,” sapa Bella sambil mengambil handphone milik Zahra itu. Bella memang sudah bisa diajak bicara walaupun belum lancar. “Hallo anaknya Papa yang cantik. Udah makan belum?” tanya Arhan lagi. “Udah Pa,” jawab Bella sambil duduk di atas pangkuan Zahra. Arhan bisa melihat wajah Zahra dan Bella sekaligus karena itu. “Coba tanya Papa udah makan belum,” kata Zahra pada Bella. “Papa makan belum?” tanya Bella membuat Arhan dan Zahra tertawa. “Udah cantik, kamu baik sama Bunda Zahra ya. Besok Papa akan pulang, oke?” “Oke Papa,” kata Bella lalu mengembalikan handphonenya pada Zahra dan kembali bermain. “Bunda main, main, ayo,” ajak Bella sambil menarik Zahra. “Iya sayang sebentar ya, Bunda matiin telepon Papa sebentar,” kata Zahra sambil mengusap kepala Bella. “Mas, teleponnya aku matiin ya. Bella ngajak aku main,” kata Zahra memberitahu padahal Arhan sudah mendengarnya tadi. “Kamu udah makan?” tanya Arhan perhatian. Zahra cukup terkejut mendapat perhatian itu dari Arhan. “Udah Mas tadi sama Bella, lebih baik kamu mandi sekarang Mas dan istirahat. Besok perjalanan kamu juga masih panjangkan,” kata Zahra membuat Arhan tersenyum. “Iya, nanti kamu sama Bella foto ya sebelum tidur. Aku mau lihat kalian supaya tidurnya lebih enak, kamu juga jangan kelamaan tidurnya. Makasih udah mau jagain Bella untuk aku,” kata Arhan sambil tersenyum. Entah mengapa saat melihat Arhan tersenyum membuat Zahra terdiam sejenak, wanita itu sempat tersipu dengan perhatian serta senyuman Arhan. Zahra sering melihat senyum itu dulu saat bersama Meisya, namun Zahra biasa saja melihat hal itu. Namun sekarang Zahra merasakan hal yang aneh dengan senyuman Arhan. “Zahra, kamu masih dengarin akukan?” panggil Arhan membuat Zahra sadar. “Masih Mas, oke Mas. Aku tutup ya,” kata Zahra dengan cepat. Setelah itu Zahra mengakhiri panggilan video tersebut, Zahra menghela napasnya panjang. Untung saja saat itu hanya ada mereka berdua, pengasuh Bella tidak ada. Mungkin jika ada bisa tahu ada yang tak beres dengan Zahra. “Bunda, main ayo,” ajak Bella. “Oke, ayo kita main,” ajak Zahra akhirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN