9. Mawarku

689 Kata
"Engghhh... jangan, Pak!" mohonnya dengan lenguhan, aku tidak mungkin melepaskan Mawar, tidak akan pernah. "Ssttt... tidak perlu khawatir, Sayang!" ucapku lembut sambil membelai rambutnya. Aku melihat Mawar mencengkeram kuat punggungku dan menggigit bibir bawahnya. "Ahhhh...," teriaknya dengan air mata yang terus keluar dari pelupuk mata indahnya itu. Aku sudah memiliki, Mawar! Mawar milikku sekarang! "Hiks... hiks... hiks...." Ia mulai menangis tersendu-sendu, dan aku paham akan situasi seperti ini. Ini adalah hal yang baru untuk Mawar, pertama kali pula, itulah mengapa ia begitu sedih akan semua perlakuanku saat ini. Kucondongkan tubuhku dan mengecup singkat bibir mulusnya itu. Aku membelai dengan lembut rambutnya dan kucium lagi dahinya. Aku bahagia, Mawar, aku ingin kamu pun bahagia setelah ini. Aku takkan pernah melupakanmu, tidak akan pernah. Terima kasih sudah membuatku merasa berarti, dihargai, dan dimiliki. Terima kasih Mawar, you’re my everything. "Hiks... hiks... hiks...." Ia semakin terisak, aku pun semakin merasa bersalah sekarang. Huffttt... kamu benar-benar sudah menjadi seorang b******n, Anton. Bisa-bisanya pula kamu memperkosa gadis polos seperti Mawar. Memang umurnya sudah 25 tahun, tetapi dia belum pernah melakukan ini. Kenapa pula aku tidak melakukan pemanasan dulu tadi?! Harus sekali aku sakiti dia dengan langsung melakukannya? Ah, Anton, kamu keterlaluan. Maaf, Mawar! Cup "Jangan nangis, sayang!" "Sakit," ucapnya lirih masih dengan isakan tangis, aku menjadi tidak tega dengan dirinya. "Iya, aku tahu, tapi kalau kamu rileks, bakalan nggak sakit, Sayang." "Enggak.. hiks... hiks... makin sakit... hiks...." Cup Aku tidak akan melupakan malam ini. Ini adalah jawaban dari yang sering kutanyakan sedari dulu. Mulai malam ini dan seterusnya, Mawar adalah milikku. Milikku seorang, milik Antonio Morgan seutuhnya. Tidak ada yang lain, tidak ada yang boleh memiliki Mawar selain aku! ??? Mawar's POV Kring kring kring Aku terbangun dari tidur karna berisiknya suara alarm. "Engghhh...." Aku merenggangkan otot-otot tubuh yang sangat pegal, seperti ingin remuk rasanya. Namun, aku merasa ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangku dengan erat. Lantas aku menoleh ke arah tangan tersebut. "Pak Anton," gumamku pelan. "Engghhh...." Dia terusik karna ucapanku barusan, padahal aku hanya berbicara pelan, atau saja dia memang sudah bangun dari tadi. Huh.... "Morning!" ucapnya begitu saja, seperti tidak ada kejadian apa pun. Cup Aku melongo atas perbuatannya barusan. Apa-apaan itu, pagi-pagi begini sudah mencium bibirku. Huh... membuatku kesal saja! "Morning kiss, Sayang!" ucapnya dengan terkekeh, tetapi aku sama sekali tidak senang akan semua sikapnya barusan atau pun kemarin malam. Seharusnya ia tidak boleh seperti itu padaku. Aku hanya pembantu di rumah ini, bukan istrinya. Aku masih gadis, masih perawan, tetapi dia mengambil semuanya dariku kemarin malam. Pak Anton tega menghancurkanku, ia tega memperlakukan aku seperti seorang jalang. Mengapa pula dia harus datang padaku?! Bukankah dia bisa menyewa jalang-jalang di luar sana dengan mudah?! Mereka lebih cantik dariku, lebih seksi, dan lebih menarik untuk dilihat. Bukan sepertiku yang tidak cantik sama sekali, wangi saja tidak. Aku yakin setelah ini Pak Anton akan memecatku. Dia akan membuatku pergi jauh setelah ini. Dia pasti merasa jijik denganku, dengan tubuhku yang baru saja dia jamah kemarin malam. Setelah ini ia akan menutup semua aksesku pada keluarganya, terutama pada Keysha. Karena apa yang dia inginkan sudah terpenuhi. Dia akan bahagia setelah ini bersama keluarganya. Sementara aku yang sudah tidak suci lagi, entah bagaimana harus melanjutkan hidup yang sudah berantakan karena ulah Pak Anton. "Engghhh, saya harus bangun sekarang, Pak. Saya harus menyiapkan sarapan." "Ssttt... sekali ini saja!" "Tidak bisa, Pak! Nanti Bu Isma akan marah." "Baiklah, tetapi ada syaratnya," ucapnya dengan menyeringai, aku tidak mengerti. Entah apa maksud dirinya, aku hanya bisa mengikutinya saja agar semuanya cepat berlalu. "Apa?" tanyaku bodoh. Cup Aku melongo lagi. Apa-apaan, sih? Huh, semakin membuatku marah saja! "Hai, kenapa bengong? Katanya mau menyiapkan sarapan." "Eh, iya, Pak. Saya ke kamar mandi dulu," ucapku bergerak ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, tidak terlalu besar memang, hanya terdapat closet duduk dan shower. Aku harus melakukan ritual mandi wajib karenanya. Huh, begitu mirisnya hidupmu, Mawar. Belum menikah tetapi sudah tidak gadis lagi. Aku yakin tidak akan ada yang mau denganku setelah ini. Pria mana pun akan jijik melihatku yang sudah seperti jalang. Ini semua karena Pak Anton, dia sudah menghancurkanku saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN