4. Desiran Aneh

972 Kata
Teng teng teng Aku terbangun akibat suara jam dinding rumahku yang berbunyi sangat keras. Refleks, aku melihat jam kecil berwarna hitam yang melingkar di tanganku. 18:00 WIB Sudah hendak magrib ternyata, tetapi tidak ada yang membangunkan aku. Secepat kilat aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, aku langsung turun mencari keberadaan anak dan istri tercintaku itu. Namun, masih berada di tangga bawah, aku melihat interaksi Keysha dan Mawar yang tengah asyik sekali. "Lalu ke mana Isma?" batinku bertanya-tanya. Kuhilangkan lamunan itu dan kembali memperhatikan mereka. Betapa menariknya interaksi Mawar dan Keysha. Sungguh, seharusnya aku dan Isma yang berada di sana bersama Keysha, bukan Mawar. Kami terlalu egois. Kami tidak memikirkan tentang Keysha yang membutuhkan semua perhatian dari kami. Namun, mengapa begitu sulit untuk mengubahnya menjadi apa yang Keysha suka? "Sudah selesai belum PR-nya?" tanya Mawar dengan nada lembut. Ia sangat cocok sekali menjadi seorang ibu yang baik menurutku. Keysha saja sangat nyaman berdekatan dengannya, aku yakin jika semua anak ingin diasuh oleh Mawar. Mawar memang memiliki jiwa penyayang dan penyabar ketika bersama anak-anak, ia juga pandai dalam menyamakan kepribadiannya ketika dengan anak kecil. Saat tengah bekerja, ia selalu menunjukkan sikap dewasanya yang sangat profesional, tetapi lain lagi kalau sudah bersama Keysha, ia bisa mengubah dirinya seperti anak seusia Keysha. Itulah mengapa Keysha sangat senang sekali ketika bersamanya, dan aku pun mengakui itu. Mawar memang the best maid in the world. Aku beruntung memiliki pembantu seperti Mawar yang baik hati dan ikhlas memberi Keysha kasih sayang yang tulus. Di mana lagi aku bisa mencari pembantu sepertinya?! Gadis baik dan penyayang yang tidak ada duanya di zaman sekarang ini. "Sedikit lagi, Tante!" "Kalau sudah, Keysha langsung ke meja makan aja, ya! Tante mau menyiapkan makan malam dulu." "Oke, Tante Mawar yang cantik," ucap Keysha kemudian terkekeh. Keysha akan selalu bahagia jika bersama Mawar, sebaliknya ketika bersama Isma, Keysha selalu sedih dan menangis. Mengapa juga harus Mawar yang memiliki sifat penyayang dan penyabar itu? Mengapa tidak Isma saja yang memilikinya? Dengan begitu semua masalah ini tidak akan pernah terjadi dan membuat Keysha terluka. Rumah tanggaku pun akan berjalan mulus dan baik-baik saja, tidak seperti sekarang ini. Penuh masalah yang tidak berujung sama sekali. Aku heran mengapa Tuhan tidak memberikan Isma rasa menyayangi yang besar pada orang lain. Bukannya malah rasa tidak peduli dan keegoisan yang ada dalam dirinya, ini semua membuat Keysha semakin terluka begitu dalam. "Ih... kamu ini, ya, pintar banget mujinya!" ucap Mawar sambil mencubit pelan hidung mancung anakku itu, sementara Keysha hanya terkekeh pelan. Mereka memang serasi, Keysha butuh teman dan Mawar juga butuh bahan obrolan. Mawar memang bisa dikaitkan ke segala hal, teman untuk Keysha, guru pembimbing untuk Keysha, atau juga sebagai orangtua yang memberikan kebutuhan seorang anak. Mawar memang seorang pembantu, Mawar memang tidak memiliki harta kekayaan apa pun, tetapi ia sangat kaya akan kasih sayang untuk orang lain. Dan anakku adalah salah satu dari orang lain itu, yang dengan beruntungnya mendapat kasih sayang Mawar dengan gratis tanpa pungutan apa pun. Ternyata masih ada orang baik di dunia ini seperti Mawar. Ia dengan rela memberi Keysha kasih sayang tanpa henti. Aku tahu dia memang digaji untuk rumah ini, hanya saja selama ini aku tidak pernah menemui satu orang pembantu pun di Jakarta yang bekerja dengan keikhlasan hatinya. Seperti yang banyak tersebar luas di media sosial, banyak pembantu atau pengasuh anak yang dengan teganya menyiksa anak majikannya, ketika majikannya tidak berada di rumah. Dan Mawar telah membuktikan kalau tidak semua pembantu dan pengasuh seperti itu. Aku semakin percaya dengan kinerja Mawar selama ini. Ia bisa membawa perubahan besar untuk kehidupan Keysha. "Hm...." Aku berdeham untuk menghentikan candaan mereka. Kulihat mereka langsung menoleh ke arahku, aku pun langsung berjalan menghampiri Keysha. Dengan kaus abu-abu tipis dan celana kolor selutut, aku sudah terlihat tampan bukan? Ah, Anton, ketampanan tak ada artinya di sini. "Papa sudah bangun?" tanya Keysha padaku. "Sudah. Kamu sedang apa?" "Sedang mengerjakan PR, tetapi sudah selesai!" ucapnya senang, aku pun ber-oh-ria mendengar jawabannya itu. "Beneran udah?" Kali ini Mawar yang membuka suara untuk bertanya pada Keysha, ia benar-benar mengawasi setiap kegiatan Keysha sampai benar-benar dikerjakan dengan baik oleh anakku itu. Benar yang kukatakan di awal, Mawar bisa saja merangkap profesi menjadi apa pun, karena ia memang sangat cocok sekali. "Iya sudah, Tante Mawar yang cantik banget!" Mendengar penuturan Keysha, Mawar terkekeh pelan. "Ayo kita makan!" ajak Keysha sambil menarik tanganku dan juga Mawar secara bersamaan. Deg Tanpa sengaja, tanganku menyentuh kulitnya yang mulus. "Hah... mulus? Apa dia sering perawatan? Tetapi dia selalu di rumah!" batinku heran. Secepat mungkin dia melepaskan genggamannya pada Keysha dan berjalan mendahului kami. Mungkin ia malu atau segan akan sentuhan yang tidak sengaja itu. Keysha juga sembarangan sekali menggenggam tangan orang, kalau begini kasihan Mawar. Ia akan menjadi canggung setelah ini, lihat saja kalau tidak percaya. Biasanya wanita suka seperti itu, meski tergolong hal kecil sekalipun. Hanya sentuhan di tangan pun mereka merasa malu, bagaimana ketika mereka bersama pacarnya kelak? "Tante siapkan dulu ya, Key!" tuturnya sambil berjalan mendahului kami, aku tahu jika Mawar merasa tak enak denganku. Sementara Keysha sama sekali tidak paham akan situasi canggung yang telah ia buat barusan. Ia hanya menampakkan ekspresi senang seperti sebelumnya, tetapi tidak denganku dan Mawar. Sungguh, hal itu membuat kami menjadi dingin, terlebih lagi Mawar yang sepertinya merasa sangat tidak nyaman sekali. Menurutku wajar saja, karena Mawar berpikiran kalau ia harus menjaga jarak dengan majikannya. Ia cukup tahu batasan dalam bekerja di rumah orang lain, itu juga menjadi plus untuknya lagi dan lagi. Setelah kejadian itu, keadaan menjadi sangat hening sekali. Kami makan dengan sangat tenang, hanya dentingan peralatan makan saja yang terdengar. Keysha pun seakan mengerti, ia juga tak berkomentar apa pun. Ah, aku menjadi merasa bersalah sekali kalau seperti ini. Mawar akan terus menjadi canggung padaku jika ini terus dibiarkan begitu saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN