10

1767 Kata
Gadis itu terlihat membuat sketsa wajah di buku catatannya ketika jam istirahat sedang berlangsung, bukan hal baru bagi Belmira menggambar sketsa sebenarnya ia sudah memiliki bakat itu sejak dulu hanya saja ia merasa bakat itu tidak akan membuat kehidupannya berubah. Tapi baru-baru ini ia kembali menggambar dan hal itu membuat gambarnya mulai berkembang semakin bagus dan nampak nyata, tanpa Belmira sadari sosok Ruan di belakangnya sedang memperhatikan bagaimana Belmira bisa menggambar sebagus itu. “ Wah ternyata benar kau ini punya jiwa seni yang bagus.” Komentar Ruan sukses membuat Belmira terkejut dan langsung menyembunyikan hasil gambarnya. “ Aku sudah melihatnya kenapa di sembunyikan.?” “ Aku malu.” Balasnya pelan sambil memalingkan wajah. “ Ehh ternyata Belmira bisa merasakan malu juga.” Lontar Ruan sangat terkejut. Belmira jelas terlihat malu saat itu terbukti dari wajahnya yang nampak kemerahan, Ruan mencoba untuk melihat dengan jelas hasil gambar Belmira dengan merebutnya secara paksa. Kini gambar tersebut sudah berada di tangan Ruan, ia melihat gambar itu dengan tatapan terkesima, Belmira hanya dapat menunduk malu menunggu sampai Ruan mengembalikan gambarnya. Gambar yang baru saja di buat oleh Belmira merupakan seorang gadis yang duduk di atas ayunan sambil menatap matahari terbenam, seketika itu senyuman Ruan memudar dan ia melirik Belmira yang masih menunduk malu. “ Cobalah untuk melukis menggunakan warna, gambar mu sudah bagus tapi jangan membuatnya terlihat menyedihkan, kalau kau merasa hidupmu menyedihkan kau harus membuat gambar yang kau buat lebih menarik dan penuh warna.” Ucap Ruan sambil menyerahkan gambar Belmira. Sebelumnya Ruan lah yang menyuruhnya untuk menggambar agar apa yang ia rasakan dapat di pahami oleh orang lain, dan kali ini gambar yang ia buat adalah bukti bahwa saat ini Belmira sedang kesepian dan berada di jalan dimana dirinya merasa tidak berguna. Tapi setelah mendengar apa yang di katakan oleh Ruan, Belmira mulai berpikir untuk menambahkan warna pada gambarnya. “ Mau pergi makan es krim.?” Ajak Ruan kemudian. Karena waktu istirahat masih ada setengah jam, Belmira menyetujui ajakan Ruan untuk pergi menikmati es krim. Keberadaan Ruan semakin membuat Belmira banyak melakukan kegiatan yang sebelumnya tidak di lakukannya, teman-teman di kelasnya pun mulai melirik Belmira yang sudah tidak terlihat berdiam diri dan semua itu tentunya smenejak Joseph dan yang lain tidak ada di kelas .   **     Belmira tiba di tempat kerjanya setelah ia pulang dari sekolah, saat perjalanan tadi ia melihat keramain yang terjadi di dekat tempat dimana semalam ia di cegat oleh pria jahat itu. Berlmira yang tidak pernah penasaran dengan keadaan di sekitar mendadak kepo dan langsung bertanya pada pemilik toko. “ Ada keramaian apa di sana.?” Tanya Belmira pada pemilik toko bunga.  “ Semalam ada pria yang memukuli anak smp seumuran mu, saat anak itu melarikan diri pria tersebut tertabrak mobil dan meninggal di tempat, ku pikir anak itu kamu ternyata setelah aku cek dia hanya anak laki-laki.” Jelas pemilik toko sontak membuat Belmira terkejut. “ Oh iya semalam kau baik-baik saja kan.?” Tanya pemilik toko dan di balas Belmira dengan anggukan pelan. Semalam Ruan tidak memberitahu apapun soal keadaan pria itu, dia hanya mengajaknya untuk pergi secepat mungkin. Tidak di sangka kalau ternyata pria itu akan meninggal karena kecelakaan, dengan ini Belmira berharap ia tak harus bertemu orang-orang jahat seperti pria itu lagi ketika hendak pulang. “ Oh iya Belmira, bisa buang sampah yang ada di belakang, tidak banyak kok hanya satu kantung.”  Seru pemilik toko dan langsung di kerjakan oleh Belmira. Ketika hendak mengambil kantong sampah yang di maksud tanpa sengaja Belmira melihat kotak cat air untuk melukis ada di dalam kanto ng tersebut, ia mencoba mengeluarkannya dari dalam kemudian menghampiri si pemilik toko. “ Boleh aku mengambil ini.?” Tanya Belmira lirih. “ Tentu saja, cat air itu milik putriku tapi dia sudah berhenti melukis jadi kau boleh mengambilnya.” Jawabnya membuat perasaan Belmira sangat senang. “ Terima kasih banyak, nyonya.” Lontar Belmira bersemangat. “ Kau suka melukis.?” Tanya pemilik toko. “ Aku belum pernah mencobanya dengan cat air, tapi aku tertarik untuk mempelajarinya.” Jawab Belmira lirih. “ Kalau begitu besok akan ku bawakan peralatan lukis putriku, di rumah hanya akan menjadi tumpukkan sampah.” “ Sekali lagi terima kasih banyak, aku sangat senang mendengarnya.”                         **   Sejak hari dimana Belmira mempunyai banyak peralatan melukis, ia pun mulai menghabiskan waktunya untuk membuat lukisan sesuai inspirasi yang di dapatnya dan kali ini lukisan yang di buat mempunyai banyak warna sesuai yang di sarankan oleh Ruan waktu itu. Sudah banyak lukisan yang di buat oleh Belmira tapi tak ada satupun yang berani untuk di tujukkan kepada semua orang, semua lukisan yang ia buat di simpan rapih di dalam kamarnya bahkan Olivia sendiri tak pernah melihat lukisan tersebut. Saat ini Belmira baru saja membuat sebuah lukisan anak laki-laki yang sedang tersenyum, di lihat dari mana pun wajah anak laki-laki tersebut sangat mirip dengan Ruan. Padahal Belmira hanya melukisnya dengan asal tanpa membayangkan apapun saat itu. Tok..tok..tok.. “ Belmira, di luar ada teman mu sedang menunggu.” Sahut Olivia membuat Belmira menyudahi aktifitasnya dan segera turun untuk melihat siapa yang datang di hari minggu ini. Ketika Belmira sudah keluar ia mendapati Ruan yang sedang menunduk sambil memainkan kakinya, melihat Ruan yang tidak seceria biasanya lantas menimbulkan pertanyaan di kepala Belmira. “ Ada apa datang kemari di hari minggu.?” Tanya Belmira sukses membuat lamunan Ruan buyar. “ Mau menemaniku ke suatu tempat.?” Seru Ruan membuat Belmira melongo heran. Ekspresi wajah Ruan saat itu membuat Belmira penasaran, untuk pertama kalinya dia melihat ada kesedihan di wajah itu. “ Kemana.?” “ Sudah ikut saja.” “ Tunggu dulu, aku harus izin ke Olivia sebentar.” “ Ya sudah cepat sana.” Belmira tak mengerti kenapa Ruan tiba-tiba datang dan mengajaknya ke suatu tempat, melihatnya yang sudah datang tidak mungkin ia menolak lagi pula hari ini dia tidak bekerja dan tugas di rumah b****l biasanya di lakukan di malam hari sehingga ada kesempatan untuknya pergi bersama Ruan.   ** Belmira dan Ruan tiba di pusat permainan yang terletak di pusat kota, di mana di sana mereka di suguhkan dengan beberapa game yang antara lain permainan video, mesin pinbol, permainan elektro-mekanis, dan permainan-permainan berhadiah lainnya. Ini kali pertama Belmira ke tempat seperti itu, ia bahkan sangat asing dengan beberapa permainan yang di sediakan, sedangkan Ruan terlihat sangat pandai dalam memainkannya. Hanya dalam hitungan  menit saja Ruan mampu memenangkan permainan battle fight, ia mendapatkan banyak karcis yang nantinya akan di tukarkan di meja kasir dengan benda-benda yang di inginkan. “ Kenapa diam saja, kau tidak ingin bermain.?” Tegur Ruan ketika menyadari Belmira yang hanya memeprhatikannya bermain. “ Aku tidak tau cara mainnya.” “ Yang benar saja, ini sangat mudah kemari dan biar ku ajarkan.” Ruan menarik Belmira untuk duduk di sebelahnya dengan begitu ia dapat mengajari Belmira cara bermain game. Hanya butuh waktu sebentar dan Belmira mampu menguasai permianan tersebut, hal itu membuat Ruan melongo melihatnya, bahkan Belmira sudah mampu memenangkan petandingan satu lawan satu dengan metode yang di ajarkan oleh Ruan. “ Kau berhasil.!!!” Sorak Ruan begitu bersemangat dan menunjukkan dua tangannya untuk melakukan toss dengan Belmira. Belmira yang terlihat biasa saja membuat Ruan protes, ia bahkan tak memberikan toss kepadanya padahal dia sudah sangat senang melihatnya menang. “ Kau ini seperti robot saja, tunjukkan beberapa ekspresi seperti kau sedang senang, sedih, gelisah, gugup, takut dan sebagainya. Apa kau hanya tau dua ekspresi di hidupmu? Pertama dan yang paling sering kau selalu memasang wajah datar dan kedua wajah malu itu pun sangat jarang terlihat, kau harus sering-sering menunjukkan berbagai ekspresi yang berbeda agar seseorang yang sedang bersamamu mengerti dengan emosi yang kau tunjukkan itu.” Protes Ruan. Setelah mendengar ucapan Ruan, Belmira langsung menunduk bingung, sudah lama ia tak mendengar seseorang menyuruhnya untuk banyak mennjukkan ekpresi. Sulit rasanya melakukan berbagai ekspresi sementara dirinya yang sekarang sudah sangat terbiasa tanpa ekpresi apapun. “ Aku akan membuat sebuah senyuman terukir di wajahmu, bahkan aku akan membuat kehidupan mu yang monokrom menjadi lebih berwarna.” Ucap Ruan sungguh-sungguh. Hari ini mereka tetap lanjut bermain di pusat permainan itu hingga mereka berdua merasa lapar, lalu setelah itu Ruan mengajak Belmira makan siang di sebuah kedai yang menyediakan berbagai menu khas Spanyol dengan harga terjangkau mengingat mereka yang masih SMP tak mungkin masuk ke dalam resto atau kafe. “ Selamat makan.” Seru Ruan menatap penuh nikmat makanan yang ada di depannya. Keduanya menikmati makanan mereka masing-masing dalam diam, tanpa sadar Belmira yang mulai dekat dengan Ruan merasakan kenyamanan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Memiliki seorang teman tidaklah buruk seperti yang di pikirnya, Belmira berharap pertemanan yang menyenangkan ini akan tetap berlangsung hingga mereka menginjak usia dewasa. Setelah selesai makan siang, mereka pun mengunjungi taman bermain dan di sana Ruan mencoba bermain prosotan sedangkan Belmira yang duduk di atas ayunan memperhatikan Ruan yang beberapa kali bersorak gembira hanya dengan memainkan permainan anak-anak itu. “ Hey Bell.”Panggil Ruan membuat Belmira bergeming menatapnya penasaran. “ Bagaimana perasaanmu saat kau di tinggal kedua orang tuamu.?” Tanya Ruan seketika membuat Belmira teringat tentang masa lalunya. “ Rasanya seperti semua orang meninggalkanmu di dunia yang kosong seorang diri.” “ Katamu kau kehilangan mereka di usia 5 tahun, sebenarnya apa yang terjadi pada mereka.?” “ Aku tidak begitu ingat kejadiannya, tapi aku ingat bagaimana orang tuaku di bunuh di depan mataku sendiri.” “ Siapa yang membunuh mereka.?” Tanya Ruan penasaran. “ Waktu itu aku masih sangat kecil, ayah memiliki seorang teman yang bekerja dengannya cukup lama tapi orang itu mengkhianatinya dan menyewa para mafia untuk membunuh orang tua ku.” “ Bagaimana kau bisa selamat.?” “ Orang itu berkata aku tidak boleh mengatakan apapun pada semua orang,” “ Dan kau tetap bungkam sampai saat ini atas kematian orang tuamu.?” Tanya Ruan kaget dan di balas anggukan pelan oleh Belmira. “ Kau harus mencari keadilan, jangan hanya tinggal diam saja.” “ Aku bisa apa? Kau lihat sendiri bagaimana aku di perlakukan di kelas, bahkan ketika aku membela diriku sendiri yang ku dapat hanyalah balasan 10 kali lipat.” Ruan terdiam dan kembali duduk di sebelah Belmira, ia tak bisa apa-apa karena tidak merasakan apa yang Belmira rasakan selama ini. “ Sebenarnya, aku juga telah kehilangan ayahku hari ini.” Ucap Ruan sukses membuat Belmira terkejut. “ Aku turut berduka cita.” Balas Belmira lembut. “ Terima kasih.” “ Kau seharusnya tidak bersamaku sekarang, pergilah untuk memberikan penghormatan terakhir padanya.” Baru saja Ruan hendak menggubris ucapan Belmira, tiba-tiba saja seseorang dengan jas hitam datang menghampiri mereka dan meminta untuk mengajak Ruan pergi. Belmira dan Ruan akhirnya berpisah di taman itu, dimana Belmira menatap kepergian Ruan dengan tatapan sayu.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN