Belmira kembali ke ruamh tepat pada waktunya, Ruan mengantarnya sampai depan dan tak lupa memberikan setangkai bunga mawar untuk gadis itu. Belmira menerimanya dengan wajah bingung, namun Ruan berkata itu adalah bunga tanda persahabatan mereka dan harus di jaga dengan baik.
“ Terima kasih, hati-hati di jalan.” Ucap Belmira sebelum akhirnya Ruan pergi bersama supirnya.
Setelah Ruan pergi barulah Belmira masuk ke dalam, lagi-lagi dia di hadang oleh beberapa wanita yang bekerja di El Burdel milik Olivia. Mereka heran dan terkejut bagaimana mungkin seorang Belmira memiliki teman yang kaya raya.
“ Dia pacarmu ya?”
“ Orang tuanya kerja apa.?”
“ Aku tidak menyangka kau sudah mulai berpacaran Belmira.”
Omongan mereka di anggap Belmira sebagai angin lewat, tak ada satupun dari pertanyaan tersebut wajib di jawab olehnya. Melihat Belmira yang sedang di tahan oleh para pekerjanya, Olivia segera datang dan menarik Belmira masuk ke dalam.
“ Jangan mengganggunya, sebaiknya kalian stand by karena sebentar lagi kita akana buka.” Titah Olivia dan bergegas di lakukan oleh keempat wanita itu.
Kini Belmira dan Olivia sudah berada di ruangan yang hanya bisa di akses oleh mereka berdua, Olivia juga merasa penasaran dengan hubungan Belmira dan Ruan bahkan hampir setiap hari rasa penasaran itu semakin membesar.
“ Sekarang jujur padaku, kau dan anak itu benar pacaran kan.?”
“ Aku sudah bilang sebelumnya kalau kami hanya berteman.”
“ Aku tidak bodoh Belmira, hari ini dia bahkan memberikan mu bunga dari Sant Jordi festival itu kan.?” Tanya Olivia dan di balas anggukan pelan dari Belmira.
“ Kamu tahu kan arti dari festival itu dan kenapa ada bunga mawar yang di jual sepanjang jalan.?” Lagi-lagi Belmira mengangguk pelan.
“ Oke aku akan menganggap tidak pernah bertanya soal ini. Sekarang ganti pakaianmu dan bersiap-siap untuk bekerja.” Titah Olivia merasa capek menghadapi Belmira yang terbilang sangan polos itu.
**
Sejak ada Ruan, banyak hal yang telah berubah di kehidupan Belmira terutama dengan kejahatan yang sering ia dapatkan dari Joseph. Hari ini Joseph tidak masuk kelas entah apa penyebabnya dan tak ada Veronika juga sehingga tidak ada yang benar-benar mengganggu Belmira. Temannya yang lain memang sering menertawakannya tapi selain Joseph tidak ada lagi yang berurusan dengan Belmira. Ruan yang sudah kembali bersekolah pun selalu menempel pada Belmira, kemana pun Belmira pergi pasti ada Ruan, meskipun ia tau respon Belmira selalu cuek tapi Ruan tak mau menyerah untuk bisa dekat dengan Belmira.
“ Sampai kapan kau akan mengikuti ku terus.?” Tanya Belmira ketika Ruan berusaha bersembunyi darinya tapi sayang ketahuan oleh gadis itu.
“ Hehehe ketahuan ya.” Lontar Ruan keluar dari persembunyian sambil menggaruk kepala tak gatal.
Ruan kemudian duduk di sebelah Belmira, gadis itu terlihat sedang membaca ssebuah buku tentang seni lukis. Karena penasaran Ruan merebut buku itu dan membaca apa yang barusan di baca oleh Belmira, gadis itu hanya melirik Ruan sebentar dan kembali menundukkan kepala.
“ Kau ingin menjadi pelukis.?” Tanya Ruan lirih.
“ Tidak tau, aku hanya suka membacanya.”
“ Tapi kamu bisa melukis.?”
“ Aku pernah melukis sekali ketika SD tapi setelah itu aku berhenti melakukannya.”
“ Kenapa.?”
“ Aku hanya ingin berhenti saja.”
“ Kalau begitu wujudkan.” Ruan mengembalikkan buku itu dan menatap Belmira dengan serius.
“ Aku tidak berkata ingin menjadi pelukis, kenapa kau menyuruh ku untuk mewujudkannya.?” Sahut Belmira kebingungan.
“ Karena dengan melukis orang-orang akan tau seperti apa isi hatimu yang sebenarnya, kau selalu saja menyendiri dan tidak berusaha untuk berteman, kau juga selalu menampilkan ekspresi datar yang tidak di mengerti orang lain. Sekarang cobalah untuk melukis dan tuangkan emosionalmu ke dalam sebuah lukisan, maka orang-orang akan memahami mu.” Jelas Ruan akhirnya.
“ Aku akan memikirkannya lagi.” Balas Belmira sambil melirik sampul buku yang ia pegang.
“ Boleh aku menanyakan sesuatu padamu.?” Tanya Belmira tiba-tiba.
“ Tentu saja, aku akan menjawabnya sebisaku.” Jawab Ruan penuh semangat.
“ Kenapa kau selalu mengikuti ku? Aku bahkan bukan orang yang populer, banyak yang membenci ku tapi kenapa kau tidak.?” Tanya Belmira yang mulai penasaran pada Ruan.
“ Aku juga tidak populer, teman-teman di kelas bahkan menyebutku culun dan tak ada satupun dari mereka yang mau berteman denganku. Karena kita satu sama kenapa kita tidak berteman saja.” Balas Ruan sambil tersenyum senang.
“ Jangan berteman denganku.”
“ Kenapa.?”
“ Aku hanya akan membuat mu dalam masalah, setelah Joseph dan teman-temannya kembali mereka pasti akan kembali mengincarku, kalau dia melihat kita berteman kau akan bernasib sama denganku.”
“ Aku tidak takut dengan mereka.” Jawabnya penuh percaya diri.
Belmira menatap wajah Ruan dan mengamati manik matanya yang memperlihatkan keberanian yang ia katakan, Ruan mungkin terlihat culun tapi dia berani menghadapi masalah. Sedangkan Belmira lebih pasrah dalama menerima masalah, setelah bertemu dengan Ruan ia mulai memikirkan hal itu lebih sering lagi.
**
Bel tanda waktu pelajaran berakhir baru saja berbunyi, tiba saatnya untuk pulang sekolah. Semua murid kompak memberi salam kepada guru ayang ada di depan, lalu setelah itu mereka pun mulai meninggalkan kelas dengan tenang.
“ Apa kau mau pergi denganku.?” Lirik Ruan sambil merangkul tasnya.
“ Aku harus bekerja, maafkan aku.” Balas Belmira lirih.
“ Apa kau yakin akan terus bekerja?“
“ Apa maksudmu.?”
“ Maksudku, kita ini masih SMP dan tidak begitu banyak keperluan yang di butuhkan. Kau tidak harus bekerja keras untuk mendapatkan uang jajan.”
“ Terkadang orang-orang tidak seberuntung dirimu, kita jelas berbeda, maaf aku harus pergi.” Ucap Belmira yang meninggalkan Ruan yang masih duduk termenung dengan jawaban Belmira barusan.
Bukan Ruan namanya jika tidak mengekor pada Belmira, bahkan ketika gadis itu tiba di tempat kerjanya diam-diam Ruan bersembunyi di balik tiang listrik sambil memperhatikan Belmira yang sedang bicara dengan pemilik toko bunga. Kali ini Belmira di pekerjakan untuk menjadi kurir bunga, selain itu dia juga harus memilih bunga-bunga yang sudah tidak layak jual untuk di buang.
Berlmira jelas tau kalau saat ini Ruan sedang memperhaatikannya hanya saja ia tak mau merespon, menyuruh Ruan untuk pergi pun percuma karena sudah berapa kali Belmira menyuruhnya pergi tetap saja Ruan selalu hadir.
“ Tolong antar bunga ini ke alamat yang tertera.” Pemilik toko menyerahkan buket mawar putih kepada Belmira dengan secarik kerta yang bertuliskan alamat rumah pelanggan.
“ Baik.” Jawabnya singkat dan segera pergi mencari alamat tersebut.
Ketika Belmira pergi mengantar pesanan, di belakangnya Ruan masih terlihat megikutinya meski selalu bersembunyi tiap kali Belmira menoleh ke belakang. Belmira tak tau harus berbuat apalagi agar Ruan berhenti menikutinya, dengan inisiatif ia pun berjalan cepat lalu bersembunyi ketika Ruan tak bisa mengejarnya sehingga Ruan kini harus berdecak kesal karena kehilangan jejak Belmira.
Sementara itu Belmira senang karena akhirnya ia bisa terhindar dari Ruan, persembunyiannya berhasil dan ia keluar begitu melihat Ruan putar balik. Sebenarnya bukan karena Belmira tidak suka jika Ruan mengikutinya, dia hanya tidak ingin melibatkan Ruan di setiap aktivitasnya saja.
**
Malam ini jalanan tampak sangat sepi, sehabis pulang dari bekerja Belmira bergegas pulang ke rumah. Di hari keduanya bekerja ia benar-benar sibuk sampai pulang larut, pemilik toko sempat memberitahu Belmira untuk berhati-hati saat melewati gang yang ada di depan karena di sana rawan penjahat. Belmira yang merasa di perhatikan oleh bosnya lantas memilih jalan lain, meskipun jalanan yang ia lewati masih sama sunyinya dengan gang yang ada di sana.
“ Hey hey hey, ada nona manis yang sedang kesepian.” Seorang pria bertubuh besar baru saja muncul di hadapan Belmira dan membuat gadis itu terperonjak kaget.
“ Hey nona manis, ayo bermain denganku.” Ajaknya sambil menyentuh dagu Belmira namun dengan cepat Belmira menjauhkan tangan pria itu dari wajahnya.
“ Jangan melawan, aku sudah bersikap baik denganmu jadi kau harus bersikap yang baik juga padaku.” Lanjut pria itu perlahan mendekatinya dan secara bersamaan Belmira melangkah mundur untuk menghindar.
Pria itu berhasil menangkap Belmira dan menarik lengannya dengan kasar, Belmira yang tak berdaya kini berhasil dalam dekapan pria itu. Meski sering di bully di sekolah bukan berarti Belmira tidak peduli di perlakukan seperti itu, ia pun melawan dengan menyikut kemaluan pria itu hingga akhirnya terjatuh dan Belmira pun dapat terlepas darinya.
“ Dasar gadis sialan.” Pria itu berusaha bangkit untuk mengejar Belmira.
Sekencang apapun Belmira berlari langkahnya tetap dapat di susul oleh pria itu, Belmira yang sudah sangat ketakutan pun mulai tak kuat untuk berlari dan jalanan yang sunyi itu semakin membuatnya ketakutan. Tak ada tanda-tanda kehidupan, bagaimana ia bisa terselamatkan dari pria itu jika sudah seperti ini.
Bruakkkk...
Suara pukulan yang keras membuat Belmira menoleh ke belakang, ia mendapati pria itu yang terkapar di tanah setelah mendapat pukulan dari seseorang. Ketika sinar lampu jalanan menyinari wajah orang itu sontak Belmira langsung di buat terkejut, sosok Ruan berdiri di samping pria yang tersungkur dengan tangan yang di kepal kuat-kuat.
“ Kau baik-baik saja, Bell.?” Sahut Ruan lantang.
“ Aku baik-baik saja.” Jawabnya masih ketakutan.
“ Ruan, awas di belakang mu.” Seru Belmira ketika pria di belakang Ruan sudah bangkit kembali.
Ruan berhasil di tangkap oleh pria itu dan kini ia berusaha untuk melawan, Belmira yang tak mau sesuatu terjadi kepada Ruan lagi akhirnya mencoba untuk mendekat dan menolongnya.
“ Jangan kemari, cepat pergi dari sini, di depan jalan raya ada kantor polisi kau harus ke sana dan memanggil bantuan, cepat.!!!” Teriak Ruan keras dan membuat Belmira yang mulai kebingungan harus menurutinya apa tidak.
“ Aku akan menahan pria ini sampai kau datang, jadi cepatlah.” Ucapan Ruan berhasil membuat Belmira pergi mencari bantuana sementara itu Ruan melirik pria yang mengunci pergerakannya dengan tatapan sinis.
Belmira terdiam sejenak, entah mengapa bayangan masa lalu kembali menghantuinya dan membuat kakinya sulit untuk di gerakkan.
“ Kau harus menyelamatkannya kali ini.” Benak Belmira sambil menutup matanya dengan rapat.
Belmira kemudian menoleh dan segera berlari sesuai yang di arahkan oleh Ruan, ia mencari kantor polisi yang di katakan Ruan ada di depan jalan raya besar di luar tapi ketika ia sampai di sana Belmira tidak menemukan apapun yang terlihat seperti kantor polisi. Saat hendak kembali ke Ruan tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya dan mengajaknya berlari menjauh dari tempat itu.
“ Ayo cepat pergi sebelum dia datang.” Lontar Ruan yang berlari sambil menarik lengan Belmira.
“ Aku tidak melihat ada kantor polisi di dekat sini, maafkan aku.” Balas Belmira yang berlari menyamakan langkah Ruan.
“ Tidak masalah, yang terpenting kita harus berlari secepat mungkin.”
Belmira tak tau apa yang terjadi dengan Ruan dan pria jahat itu, yang terpenting saat ini adalah mereka harus secepatnya meninggalkan tempat itu. Setelah berlari cukup jauh mereka pun berhenti di sebuah taman sambil mengatur nafas mereka yang tersengal-sengal, Ruan melirik ke belakang memastikan tak ada yang mengikuti mereka dan setelah merasa aman ia pun dapat bernafas dengan lega.
“ Tangan mu berdarah.” Ucap Belmira ketika melihat darah segar yang mengalir di tangan kanan Ruan.
“ Hanya luka goresan, jangan pedulikan soal itu.” Balasnya terlihat santai.
Belmira kemudian meraih tangan Ruan tanpa seizinnya terlebih dulu, ia mengambil botol air yang ada di dalam tasnya kemudian menyiram lengan Ruan yang tergores untuk membersihkan sisa pasir yang menempel lalu setelah itu ia membalut luka tersebut dengan sapu tangannya.
“ Terima kasih.” Ucap Ruan setelah Belmira selesai membalutnya.
“ Aku yang seharusnya berterima kasih, aku tidak tau apa yang akan terjadi kalau kau tidak datang.” Sambung Belmira kemudian.
Belmira melihat seragam yang di pakai Ruan dengan tatapan sayu, melihatnya masih memakai seragam itu artinya sejak tadi sore ketika Ruan membuntutinya sampai saat ini ia belum pulang ke rumah. Saat ini Belmira merasakan perasaan yang aneh, ia tak mengerti kenapa perasaanya tiba-tiba seperti itu satu yang pasti saat ini dia merasa sangat bahagia.
Di taman kota itu mereka berdua duduk bearlaskan rumput hijau yang terlihat indah meski di lihat saat malam, langit malam yang gelap menampilkan ribuan kemintang yang bertabur di angkasa raya. Ruan dan Belmira kompak menatap langit malam dengan pikiran mereka masing-masing.
“ Jadi sekarang kita berteman kan.” Lontar Ruan melirik Belmira menunggu jawaban yang akan di lontarkan oleh gadis itu.
“ Hmm, sejak kemarin bukannya kau sudah memberikan bunga mawar sebagai tanda persahabatan.” Jawabnya sambil mengangguk setuju.
Ruan kini dapat tertawa lepas setelah akhirnya Belmira menyetujuinya untuk berteman, Belmira sendiri tak menyangka kalau jawaban singkatnya barusan dapat membuat orang lain tertawa seperti itu.