Dan keesokan harinya, Joseph sudah kembali ke sekolah masih dengan wajah sombongnya ketika berjalan menulusuri koridor menuju kelas. Saat itu Joseph melihat dua sahabatnya yaitu Gustavo dan Kiel, ketika Joseph memangggil mereka dengan nada yang ceria sayangnya keduanya hanya menoleh dengan tatapan jijik lalu berjalan dengan cepat meninggalkan Joseph yang tampak kebingungan dengan sikap mereka.
“ Lihat dia anak koruptor.” Seru seseorang.
“ Pantas saja sikapnya seperti preman.”
“ Kemarin dia di skors setelah memukul anak pindahan sampai masuk rumah sakit.”
“ wah kalau begitu darah penjahat sudah ada di dalam dirinya sejak dulu.”
“ Diam kalian semua, kalian pikir kalian bicara dengan siapa hah.???” Teriak Joseph yang mulai terbawa emosi mendengar ocehan yang di anggapnya menyebalkan.
“ Dasar anak koruptor.” Lontar seseorang yang membuat Joseph langsung menghampirinya dan menarik kerah bajunya sambil menatapnya dengan penuh intimidasi.
“ Siapa yang kau sebut anak koruptor.” Ketus Joseph.
“ Siapa lagi kalau bukan kepala sekolah tercinta kita.” Balasnya dengan penuh keberanian.
“ Ayahku bukan koruptor, dia hanya di jebak oleh seseorang.”
“ Semua akan berkata seperti itu untuk membela diri.”
Satu pukulan keras mendarat di wajah pria itu dan membuatnya langsung tersungkur di lantai, satu koridor heboh bahkan yang ada di dalam kelas pun ikut keluar menyaksikan aksi Joseph memukul pria itu. Teman-teman di kelas Joseph termasuk Belmira juga ikut keluar dan mereka di buat terkejut dengan apa yang di lakukan Joseph di hari pertamanya masuk itu.
“ Hentikan.” Sahut seorang guru berhasil membuat Joseph berhenti melayangkan tinjuannya.
Pria yang di pukul Joseph sudah hampir babak belur dan darah di hidungnya tak mau berhenti mengalir, dengan cepat teman-temannya membawa pria itu ke UKS sedangkan Joseph segera di bawa ke ruang disiplin sekolah.
“ Dia benar-benar gila sudah melukai orang di hari pertamanya masuk.”
“ Ku harap dia dan ayahnya di keluarkan dari sekolah secepatnya.”
“ Kita tidak butuh seorang penjahat di sekolah ini.”
Kata-k********r yang di lontarkan oleh sebagian dari mereka membuat Belmira yang mendengarnya terlihat tidak senang, berada di posisi Joseph saat ini membuatnya ingat bagaimana semua orang melontarkan kata-kata yang sangat menyakitkan padahal mereka belum tau kebenarannya.
**
Sepulang sekolah Belmira langsung ke tempat kerjanya, tiba-tiba saja ia melihat seseorang duduk di ayunan taman dekat sekolah seorang diri dengan tatapan tunduk ke bawah. Melihatnya dari belakang sudah jelas terlihat bahwa pria itu adalah Joseph, sejak kejadian tadi pagi dia tidak kembali di kelas dan ternyata sedang menyendiri di sana.
“ Aku percaya kalau kepala sekolah bukan seorang koruptor.” Lontar Belmira membuat Joseph tercekat dan langsung meliriknya dengan sinis.
Sekilas Joseph terkejut melihat perubahan Belmira, ia tak sempat melihatnya di sekolah hari ini dan saat gadis itu berdiri di depannya emosinya kembali naik dan menyuruhnya untuk pergi.
“ Jangan sok baik menghiburku, pergi.” Usirnya ketus.
“ Aku tidak tau cara menghibur seseorang, tapi kau harus tetap semangat menghadapi hidup mu dari sekarang.” Lanjut Belmira kemudian.
Joseph menarik rambut Belmira ke belakang dan menatapnya dengan kesal, kata-kata yang di lontarkan Belmira barusan terdengar seperti kata-kata ejekan untuknya dan Joseph tidak menyukai hal itu. Ekspresi Belmira tetap sama dan ia tak menunjukkan wajah sedang mengejek, akhirnya Joseph mendorong gadis itu hingga terjatuh ke tanah.
“ Jangan sok menceremahiku, aku tau kau sedang mengejekku saat ini kan.!!”
“ Aku tidak bermaksud melakukannya.”
“ Banyak alasan, melihat wajahmu saja aku sudah muak.”
“ Pergi, jangan pernah menunjukkan wajah mu padaku.” Usir Joseph membelakangi Belmira.
“ Bell.” Panggil seseorang yang saat itu langsung berlari ke arah Belmira.
“ Bell, kau baik-baik saja.?” Tanya Ruan ketika ia sudah berada di sisi gadis itu.
Belmira melirik Ruan sambil mengangguk pelan, tatapan Ruan lalu tertuju pada Joseph yang masih berdiri di sana. Dengan berani Ruan menghampiri pria itu dan memutar tubuh Joseph agar mereka dapat saling menatap satu sama lain.
“ Minta maaf padanya.” Ucap Ruan ketus.
“ Tidak akan.” Balas Joseph dan berlalu meninggalkan mereka.
“ Hey tunggu jangan pergi, kau harus meminta maaf padanya.” Sahut Ruan namun tak di gubris oleh Joseph.
Ruan kembali melirik Belmira yang terlihat menunduk sendu, ia tak tau apa yang telah terjadi sebelumnya tapi Ruan sempat melihat ketika Joseph mendorong Belmira ke tanah.
“ Kenapa kau bersama dia? Apa dia memanggilmu lagi.?” Tanya Ruan penasaran.
“ Aku yang mendatanginya.”
“ Kenapa..?”
“ Aneh rasanya melihat dia yang selalu bersama teman-temannya mendadak sendirian, itu pasti sangat menyakitkan baginya.”
“ Tapi kau harus ingat apa yang telah di perbuatnya padamu.”
“ Aku tidak akan membalas semua perbuatan yang telah di lakukannya kepadaku.” Jawab Belmira setelah ia bangkit dan membersihkan seragamnya yang kotor.
“ Bell, dia sudah sangat jahat padamu bahkan perbuatannya membuat satu sekolah ikut membencimu, ini waktu yang tepat untuk balas dendam kan? Lihat dia sekarang sendirian tak ada yang mau berteman dengannya lagi.”
“ Kalau begitu apa bedanya aku dan Joseph, kalau aku sama jahatnya bukankah itu berarti aku orang yang jahat juga.?” Ucapan Belmira membuat Ruan tercenagang, ia tak menyangka kebaikan hati Belmira kepada seseorang yang telah menjahatinya akan di balas dengan kebaiakan seperti itu.
“ Aku telat harus segera ke tempat kerja, sampai jumpa besok.” Seru Belmira dan segera berlari meninggalkan Ruan yang masih berdiri di tempatnya.
**
Keesokan harinya, ketika Joseph datang ke sekolah ia kembali menjadi bahan ejekan anak-anak yang lain. Dan kali ini Joseph terlihat lebih tenang dan tidak melawan, meski begitu bukan berarti Joseph menerima setiap ejekan mereka ia hanya berusaha agar dirinya tidak di skors untuk kedua kalinya bahkana lebih parah di keluarkan dari sekolah jika ia sampai berbuat hal yang tidak-tidak.
Anak laki-laki yang kemarin mendapat pukulan dari Joseph membalasnya dengan memberi lem di tempat duduk Joseph, tanpa di di sadari oleh Joseph ia dengan polos duduk di bangkunya dan menyadarinya beberapa saat kemudian.
“ Siapa yang melakukan ini hah? “ Protes Joseph melirik teman kelasnya satu persatu.
“ Bukannya kau pantas mendapatkanya tuan pembully? “ Sahut seseorang dari luar kelas yang baru saja memasuki kelas itu.
“ Kau? Jadi kau yang melakukan ini padaku.?” Lontarnya dengan tataapan penuh amarah.
“ Hey hey hey, semua yang kau dapat hari ini adalah karma atas perbuatan yang kau lakukan pada Belmira dulu, kau ingat.?”
Joseph melirik Belmira yang saat ini hanya bisa diam menyaksikannya, lalu semua orang di kelas itu ikut menatap Joseph dengan tatapan tak suka membuat nyalinya ciut meski ia sangat marah dengan apa yang di alaminya saat itu.
Bel pertanda jam pertama akan segera di mulai baru saja berbunyi, anak laki-laki yang berani melawan Joseph segera keluar sebelum guru di kelas itu masuk. Selang beberapa menit guru mata pelajaran pun datang dan kelas di mulai saat itu juga, hari ini Joseph yang mengalami hal sial yang di alami Belmira atas perbuatannya dulu kini menjadi boomerang baginya ketika salah satu murid ribut dan mendapat teguran dari guru killer itu dengan sengaja mereka menunjuk Joseph yang melakukannya sehingga Joseph yang mendapat omelan dari guru tersebut.
“ Keluar dari kelas ini kalau kau hanya datang untuk bermain.” Guru yang sebelumnya tidak berani menegur Joseph kini menyuruhnya keluar dengan nada yang tegas.
Perlahan tapi pasti Joseph bangkit dengan membawa kursi itu bersamanya, hal yang dulu di tertawakan oleh mereka kepada Belmira kini kembali terjadi pada Joseph dan tampaknya guru di atas tetapa tak peduli dan melenjutkan pelajaran kembali.
**
Ketika jam istirahat tiba, Joseph bergegas melepas celana yang menempel di kursinya dan menggantinya dengan celana cadangan yang selalu ia simpan di dalam loker, ketika ia berhasil melepas celana tersebut dan hendak menggantinya seseorang tiba-tiba meraih celana yang ia gantung di pintu toilet dan setelah itu satu guyuran air dari atas berhasil membuat sekujur tubuh Joseph basah kuyup.
“ Siapa yang melakukan ini? Kembalikan celana ku sekarang.!!” Teriak Joseph dari dalam.
Namun sayangnya tak ada suara di luar sana, mereka segera pergi setelah mengambil celana Joseph dan menyiramnya dengan air. Joseph tidak mungkin keluar dengan celana boxer nya ia harus segera mengambil celananya kembali, setelah membuka pintu toilet ia melirik ke kanan dan ke kiri namun tidak menemukan celananya di mana-mana yang itu artinya mereka sudah membawa celana itu pergi dari toilet.
“ Sialan.” Keluhnya kesal.
Pintu masuk toilet baru saja terkuak dan memunculkan sosok Ruan dengan membawa celana di tangannya, Joseph menatapnya bingung terlebih lagi ketika Ruan menyodorkan celana itu kepadanya.
“ Jangan salah paham, ini bukan keinginanku untuk menolong mu, Belmira tau kalau kau akan mengalami hal ini dan meminta ku membawakan celana ganti untuk mu.” Lontar Ruan dingin.
Joseph terpaksa harus menerima celana pemberian Ruan, setelah itu Ruan bergegas meninggalkan Joseph tanpa banyak tanya lagi.
“ Terima kasih.”
“ Jangan berterima kasih kepadaku, berterima kasih lah kepada Belmira.”
Pintu sudah tertutup kembali dan saat ini Joseph terlihat merenung menatap celana pemberian Ruan, Joseph tidak pernah mengira orang yang akan menolongnya adalah Belmira yang selalu ia perlakukan buruk. Dan bagaimana Belmira bisa mengetahui hal yang terjadi padanya membuat Joseph sangat malu, karma datang kepadanya sangat cepat dari yang ia kira.
**
Sore itu di sebuah bukit yang hijau dengan bunga-bunga indah bermekaran, dua orang manusia sedang asyik menikmati semilir angin sore yang sangat sejuk. Saking sejuknya membuat Ruan mulai mengantuk dan langsung berbaring sambil menutup kedua matanya.
Belmira melirik cowok itu dan langsung berpikir untuk melukisnya, diam-diam dia mengeluarkan alat lukis yang biasa ia bawa dan mulai melukis wajah Ruan yang sedang tertidur. Pertama kalinya Belmira melukis seseorang yang berada di sebelahnya, dan entah mengapa ia sangat senang ketika melukisnya.
Beberapa saat kemudian, Ruan membuka kedua matanya dan melirik sorot mata Belmira pada kertas yang saat ini sedang dalam tahap finishing. Belmira tidak sadar kalau Ruan sudah bangun dan melihat lukisan yang dia buat.
“ Kau melukis ku diam-diam tanpa izin,coba sini aku lihat dengan jelas.” Pinta Ruan namun langsung di tolak oleh Belmira.
“ Tidak boleh.”
“ Bagaimana kalau aku tidak terima kau melukisku diam-diam, aku bisa saja melaporkan mu ke polisi.”
“ Coba saja kalau berani.”
Ruan tertarik dengan Belmira yang mulai berani untuk merespon setiap ucapannya, cowok itu langsung mendekat dan berusaha merebut lukisan tersebut. Namun yang terjadi posisi keduanya tiba-tiba oleng, Belmira terjatuh begitupun dengan Ruan yang berada tepat di atas Belmira.
Kedua mata mereka saling bertemu satu sama lain, ini adalah jarak yang paling dekat yang pernah di lakukan oleh keduanya. Karena malu akhirnya Ruan menyingkir, begitu pun dengan Belmira yang langsung memperbaiki posisi duduknya.
“ Aku akan menunjukkannya setelah lukisan ini benar-benar selesai.” Kata belmira di balas anggukan yang canggung dari Ruan.