“Tanyanya satu-satu dong, Pak! Bingung nih, saya jawabnya!” protes Amaya seraya berjalan keluar melewati gerbang yang sejak tadi menjadi pembatas. Kemunculan Respati yang tiba-tiba ini sudah membuat kepala Amaya pusing. Eh, malah ditambah dengan pertanyaan beruntun Respati. Hadehh.. “Kamu suka sama adik saya, May?” “Suka,” jujur Amaya yang seketika meremas hati Respati. “..kalau saya enggak suka, enggak mungkin saya kerja di rumah makannya Pak Raiden. Ya ‘kan, Pak?” Mendengar kelanjutannya, barulah Respati bisa menghela napas. Sedikit lega, karena alasan Amaya menyukai Raiden—masuk akal. Yaa..sekadar rasa suka dari seorang karyawan pada bosnya. Tidak lebih atau sebenarnya Amaya sedang menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya? Memikirkan hal itu, Respati langsung melirik taj