Tatapan mata Prilly tak luput dari benda keramat milik mas RIno yang masih belum melemas. Dia melangkah mendekat kearah mas Rino yang sedang menghisap sebatang rokok di sela jari manisnya. Sesekali tangannya menyelipkan rokok tersebut di antara bibir tipis yang berhasil dia nikmati tadi. Bibir yang benar-benar menggairahkan.
Prilly memberanikan diri maju mendekat kearah mas Rino berada. Dia berdiri dan memeluk pria itu dari belakang. Hingga membuat mas RIno membesarkan kedua kelopak matanya. “Mas…kita akhiri sesi pemotretan kita kali ini, ya? Kita sambung besok. Prilly gak kuat, Mas. Kita lanjutkan di apartement milik Prilly ya, Mas. Please…” bisik Prilly dengan tangan berselancar.
Mas Rino terlihat kembali menyelipkan sebatang rokok di sela-sela bibirnya, dengan tarikan nafas panjang, seolah sedang menanggung beban yang berat. Matanya terpejam lalu bibirnya menghembuskan asap rokok hingga sebagian asapnya masuk ke ruangan.
“Mas, please…kamu juga ingin, Mas. Kita sama-sama ingin tidak ada yang salah dari sebuah perasaan. Kenapa harus ragu. Demian tidak akan tahu, Mas. Percayalah…aku memiilki banyak cara untuk membuatnya percaya.” Rengek Prilly lagi dengan hembusan nafas yang sengaja dia tempelkan di pnggung pria itu. “Setidaknya kita harus merayakan keberhasilan pemotretan kita hari ini, Mas. Apartementku adalah tempat teraman di dunia dan tidak akan mungkin terdeteksi oleh Demian. Percayalah, Mas…”
“Oke. Kita akhiri untuk sesi hari ini. Kamu duluan saja, aku melihat sopir pribadi Demian sudah ada di bawah nunggu kamu tuh.” sebuah kalimat yang terlontar dari bibir pria berambut gondrong yang mampu membuat Prilly melompat kegirangan.
“Yess! Makasih, Mas.”’ Bisik Prilly dengan wajah sumringah. “Prilly bersiap dulu ya, mau ganti kostum untuk pulang…” Prilly menatap dengan tatapan menggoda kearah mas Rino. “Mas nyusul, kan?”
Mas Rino terdiam sejenak. “Aku melihat situasi nanti. Aku tidak bisa pastikan sekarang.” Tegas mas Rino membuat Prilly merasa girang, setidaknya sang fotografer menunjukkan ketertarikan dengan dirinya.
“Oke, Mas. Aku duluan ya? Sampai ketemu di apart aku, ya?” Prilly berjalan membawa koper miliknya yang berisi pakaian ganti. Wajahnya tampak sumringah.
“Yess!! Akhirnya kesuksesan di depan mata. Kamu akan bangga padaku, Demian. Kamu akan bangga dengan kekasihmu ini yang akan semakin terkenal…” gumamnya dengan sigap meraih pakaiannya lalu mengenakan dan melangkah keluar menuruni tangga.
Benar saja, sopir pribadi Demian dengan mobil mewahnya sudah menunggu di dapan dan menyambut Prilly yang keluar membawa tas sandang. “La, semua barang kemasi, kita sudah selesai untuk sesi hari ini. Kamu boleh pulang, ya?” Pinta Prilly membuat Nirmala kaget dan menatapnya heran.
“Serius, Ly? Secepat ini kamu kelar?” Sorot mata tak percaya itu di sambut dengan sebuah kedipan mata yang membuat Nirmala mengangguk paham. “Ahh, oke. Good job, girls!” Serunya sembari memeluk Prilly. “Congrats, Bebs…” imbuhnya lagi dengan sorak sorai dan tawa renyah yang tersaji.
“Nona, silahkan…”’ sapa sang asisten pribadi sembari membukakan pintu mobil mewah itu untuk sang model yang merupakan kekasih seorang CEO sebuah stasiun televisi ternama Indonesia.
“Langsung pulang aja ya, Mas. Aku capek banget…” ucap Prilly yang memang membuat image humble di hadapan Demian dan orang-orang di sekiar Demian demi membuat simpaty sang pewaris sebuah group perusahaan raksasa itu.
“Baik, Nona.” Ucap sopir pribadi Demian yang kebetulan memang masih muda. Sebelum mobil melaju sang sopir menyodorkan ponselnya pada wanita yang tengah memainkan ponsel itu. “Nona, tuan Demian ingin bicara…”
“Ohh, oke.” Prilly meraih ponselnya dan menerima panggilan Demian.
“Halo, Sayang. Aku baru kelar sesi pertama. Makasih, ya kamu sudah repot-repot kirimin sopir segala buat aku.” Jawab Prilly dengan manja.
“Maaf ya, Sayang. Aku ada masih ada kegiatan di luar yang gak bisa aku tinggalin, jadinya belum bisa jemput kamu. Lain waktu aku bakalan jemput kamu, janji…”
“Sayang, aku itu gak mungkin ganggu kamu. Jadi kamu gak usah mikirkan macem-macem. Aku lagi pengen fokus bekerja juga kaya kamu…”
“Kamu itu harusnya di rumah aja, biar aku yang kerja. Tapi karena kamu emang pengen, yaudah. Aku ikhlasin aja dulu….”
“Bisa aja kamu sayang.” Prilly tertawa manja dan tawa Prilly memang membuat Demian candu.
“Sayang, kalau kamu butuh sesuatu bilang aja ama sopir aku. Dia yang bakal cari buat kamu..”
“Sayang, kamu balik kapan?” Tanya Prilly ingin memastikan sesuatu.
“Lusa mungkin, kenapa? Kangen kamu ya? Sama kok sayang…”
“Iya kangen banget, Sayang…”
“Sabar, ya? Aku bakalan langsung temui kamu nanti…”
“Oke, Sayang. Oia aku mau tidur bentar boleh sayang? Cape banget…”
“Ahh! Tentu sayang. Oke, mimpi indah ya, Sayang. Love you..”
“Love you more darling…”
Seiring kalimatnya Prillly mematikan ponselnya dan melanjutkan berkirim pesan pada sang fotografer.
“Mas, bisa lebih kenceng dikit gak? Aku ngantuk banget…”
“Siap, Nona…” jawabnya santun.
Sopir pribadi itu tampak sedikit melajukan mobilnya, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah gedung pencakar langit dimana Prilly tinggal. SUN Tower adalah gedung apartement dan perkantoran elit yang ada di kota Jakarta.
“Makasih, Mas. Langsung pulang aja, ya? Karena saya mau istirahat juga, ngantuk…” ucap Prilly dengan senyum mengembang.
“Tapi, saya harus mengantarkan barang Nona sampai atas, itu perintah Tuan.”
“Kamu tenang aja, Mas. Kamu cukup turunin barang itu di sini, lalu kamu bisa langsung pulang. Kamu istirahat aja. Gak usah pikirin saya…”
“Tapi, Nona.”
“Hust. Kamu jangan melawan perintah saya. Nanti saya bisa pecat kamu loh. Udah ikutin aja, saya cuma gak mau repotin kamu. Atau kamu punya tujuan lain nih sama saya sampai pengen ikut ke atas?” Prilly mendekat kearah sopir pribadi Demian yang masih muda.
“Ti-tidak, Nona.” Sopir pribadi itu menundukkan kepalanya.
“Yasudah, kalau gitu, ikutin semua perintahku. Kamu cukup turunkan semua barangku. Aku akan naik ke atas. Dan kamu pulang…” prilly melempar senyum ramah pada sopir baru Demian ini.
“Baik, Nona…” tampak sopir pribadi Demian mengambil koper milik Prilly dari dalam bagasi mobil dan menyerahkannya ke Prilly. “Atau saya antar sampai lobi, Non?”
Prily menggeleng perlahan karena dia tak ingin kedoknya terbongkar. “Tidak perlu seperti itu. Aku bukan seperti orang-orang kaya lainnya yang memanfaatkan pegawai pacarnya. Jadi, kamu pulang saja dan nikmati waktu luang kemu bareng keluarga atau pacar kamu…” ucap Prilly bijak, sekilas sang sopir pribadi terkagum-kagum dengan pribadi kekasih sang majikan.
“Terimakasih atas kebaikannya, Nona. Semoga anda sehat selalu…”
Prilly tersenyum. “Oke, aku duluan. Hati-hati nyetirnya. Sampaiin ke Demian, aku sudah sampai apartement dan aku langsung tidur, oke?”
“Baik, Nona…” sang sopir setelah melepas kepergian Prilly dia tampak memasuki mobil dan meninggalkan lokasi parkir.
Sedangkan Prilly sudah tiba di apartementnya, dia tampak gelisah menunggu ponselnya berdering. Karena dia sedang menunggu mas Rino. Dia berharap mas Rino datang padanya.
Ting! Ting!
Sebuah pesan singkat di kirim mas Rino padanya, dengan tidak sabar Prilly segera membuka pesan singkat itu.