Namira menatap pada gedung yang menjulang tinggi di depannya, banyak wanita dan lelaki yang masuk dan keluar dari dalam gedung dengan pakaian yang— hem bisa dikatakan tidak ada kata sopannya. Banhkan mata Namira menatap pada beberapa pasangan yang saling melumat dan menyentuh secara intim satu sama lain. “Dimana?” tanyanya melihat Arsen yang tersenyum tipis mendengar pertanyaan dari Namira. “Dimana? Kau memangnya mau dimana sayang?” tanya Arsen balik, lalu keluar dari dalam mobil. Namira melihat ke samping, Arsen yang sudah membuka pintu mobil sebelahnya. Wajah lelaki itu mendatar dan dari tatapannya sekarang, Namira tahu lelaki itu menyuruh dirinya untuk keluar. “Aku tidak mau ke- “Keluar!” nada tegas tak mau dibantah dari Arsen, membuat jantung Namira berdetak sangat kencang s