Ruangan yang di dalamnya lebih rapih dan semuanya diisi oleh interior warna hitam. Namira duduk di samping Arsen. Lelaki itu menatap tajam ke depan, tangannya memainkan kartu domino yang memang sudah tersedia. “Kau mau taruhan apa kali ini?” tanya Arsen menguap pelan. “Bagaimana dengan mobilku yang baru?” tanya Kevan. Arsen tertawa kecil. “Kau tidak salah Kevan? Hanya mobil? Oh… c’mon! aku tidak butuh mobilmu itu. Kau sudah tahu bukan, kalau aku memiliki banyak mobil dan mobilmu yang terbaru itu sudah aku dapatkan satu di rumah.” Ucap Arsen, taruhan yang ditawarkan oleh Kevan terlalu murahan sekali. Kevan tergelak, sudah tahu kalau Arsen akan menolak taruhannya sekarang. Kevan menatap pada Namira yang hanya diam saja tidak mengatakan apapun. Wanita itu bahkan terlihat masih tidak n