03 - Bram?

974 Kata
                Happy Reading.                 Selamat membaca semuanya.                  ***         Vero berjalan menuju kafe yang di katakan oleh ibunya, untuk bertemu dengan orang yang akan dijodohkan dengannya. Anna yang di dalam mobil, memerhatikan apa yang dilakukan oleh Vero. Anna memang selalu pergi, ke manapun Vero pergi. Apalagi saat pria ini akan bertemu dengan orang yang akan dijodohkan oleh ibunya.             Vero melihat sekeliling kafe, tidak ada wanita yang sendirian. Dan malah wanita-wanita di sini mempunyai teman duduk mereka. Vero mendesah kasar, dan menduga kalau ibunya berbohong padanya. Vero yang akan keluar dari kafe, mengurungkan niatnya. Melihat satu pria yang duduk sendirian, dan memakai kaos berwarna biru tua.             Bukankah yang dikatakan oleh Anna tadi, orang yang akan bertemu dengan Vero menggunakan pakaian berwarna biru tua. Vero berjalan menuju pria itu dan menatap takut dari belakang. Apa yang dipikirkan olehnya saat ini, mudahan tidak terjadi.             “Permisi …” ucap Vero, dan duduk di depan pria itu.             Pria yang memakai kaos warna biru tua itu langsung tersenyum. “Vero?” tanya pria itu.             Vero mengangguk dan perasaannya semakin tidak enak sama sekali. “Ya. Bagaimana anda tahu nama saya?” tanya Vero balik.             Pria itu tertawa pelan. “Aku Bram, pria yang akan menjadi istrimu,” jawab pria itu memperkenalkan dirinya.             Istri?             Lelaki?             Bram?             Ya Tuhan … yang benar saja. Vero masih suka d**a yang besar dari wanita dan lubang sempit milik wanita. Bukan bentukan seperti yang memiliki pisang dan badan yang kekar seperti dirinya. Ibunya sudah gila. Memang benar-benar gila.             “Haaa? Istri?” tanya Vero dengan tatapan bingungnya dan mengerjapkan matanya beberapa kali.             Bram mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya, dan duduk di samping Vero sambil menatap pria itu dengan senyuman manisnya.             “Iya. Istri. Aku akan menjadi istrimu,” ucap pria itu dan memeluk lengan Vero. ‘             Vero bergidik ngeri, dan menghempaskan tangan pria itu secara kasar dan berjalan cepat keluar dari kafe, dan melihat Bram yang mengikutinya dari belakang. Vero berlari memasuki mobilnya, dan menyuruh supir untuk segera melajukan mobilnya.             Ya Tuhan … Vero memang benar-benar takut dengan itu. Dia masih normal dan tidak menyimpang sama sekali. Anna yang dari tadi memerhatikan Vero tertawa kencang, sambil memegang perutnya. Anna sangat suka melihat Vero yang ketakutan seperti itu.             Vero yang menatap Anna dari samping, mendengkus. “Tertawa terus. Sampai kau ingin menangis dan tidak akan digaji bulan depan.”             Anna yang mendengar ucapan Vero, menghentikan tawanya dan berusaha untuk menahan tawanya. Anna tidak mau gajinya dipotong oleh Vero.             “Ke rumah orangtuaku sekarang. Dan Anna kau bisa pulang cepat hari ini, aku ingin bertemu dengan ibuku dan tidak akan balik ke kantor lagi,” ucap Vero.             Anna mengangguk senang. Siapa yang tidak ingin pulang cepat, dan dia bisa bersantai dengan waktu yang banyak ini. Anna sudah mempunyai list drama yang akan ditonton olehnya. Dan dia harus menamatkan satu drama hari ini.             ***             Vero memasuki rumah orangtuanya, dan mencari keberadaan ibunya yang tidak terlihat sama sekali. padahal Vero ingin marah pada ibunya dan mengatakan untuk tidak menjodohkan dirinya lagi. Vero tidak suka dijodohkan.             Apalagi orang-orang pilihan ibunya tidak waras sama sekali. mending kemarin-kemarin banci yang cantiknya seperti wanita asli. Ini malah pria yang memiliki penyimpangan seksual, dan malah ingin menjadi istri Vero.             Tentu saja Vero takut dan tidak akan pernah menemui pilihan ibunya lagi.             “Ma!” Vero terus memanggil ibunya.             Dena yang berada di dapur, mendesah kasar dan berjalan menuju ruang tengah tempat anaknya memanggil dirinya. Dena bersikap d**a, dan menatap anaknya jengah.             “Kau ingin apa? Bagaimana sama pria yang Mama pilihkan untukmu,” ucap Dena dan tersenyum tipis.             Vero yang mendengar ucapan ibunya menahan napasnya dan membuangnya secara kasar. “Ma, yang benar saja. masa Mama jodohka Vero sama pria. Ma, Vero masih suka wanita dan tidak ada penyimpangan seksual sama sekali,” ucap Vero.             Dena mengangguk dan mengambil  duduk dengan gaya anggunnya. “Mama tahu. Mama cuman mau kamu itu segera menikah. Dan Mama pikir kamu itu tidak ingin menikah dengan perempuan, makanya Mama carikan kamu lelaki yang tampan. Mana tahu kamu mau menikah nantinya,” ucap Dena.             Vero mengambil duduk di depan Mamanya, dan memijat keningnya. “Ma, plies … jangan jodoh-jodohin Vero lagi. Vero nggak mau menikah, dan Mama nggak usah mencari calon lagi untuk Vero,”  ucap Vero.             Dena mencibir. “Mama ingin kamu menikah. Dan apa maksud kamu tidak akan menikah. Kamu mau jadi lelaki b******n yang gonta ganti pasangan setiap malamnya? Mama tidak suka melihat kamu seperti itu. walaupun kamu tertarik dengan lelaki pilihan Mama tadi, Mama nggak masalah punya menantu lelaki,” ucap Dena.             Vero tidak habis pikir dengan ibunya ini. Gila saja ibunya ini mengizinkannya menikah dengan lelaki. Dan Vero tidak bisa membayangkan, setiap malam dirinya akan mendesah bersama lelaki. Idih. Bukan dirinya sekali.             “Ma, hanya Mama yang mau anaknya menikah dengan lelaki. Ibu-ibu lain pasti tidak akan mau anaknya penyimpangan seksual,” ucap Vero.             “Biarin. Yang penting kamu menikah, dan tidak tidur dengan sembaranga orang lagi. Kamu harus menikah, dan tidak ada penolakan sama sekali,” ucap Dena memaksa anaknya untuk menikah.             Vero memijat keningnya. “Vero tidak akan menikah. Vero tidak ingin dikekang oleh status pernikahan,” ujar Vero.             “Mama jamin kamu akan menikah dalam waktu dekat. Dan tidak akan bisa menolak,” ucap Dena, dan berdiri dari tempat duduknya             Vero yang mendengar ucapan ibunya, yang lebih ke nada mengancam. Mendesah dan menjatuhkan tubuhnya ke atas sopa. Dia mau menikah dengan siapa? Dan ada gitu pilihan ibunya yang terbaik. Vero tidak akan bisa membayangkan kalau dirinya sungguh menikah dengan lelaki. Masuknya ke lubang belakang. Ya ampun … Vero ingin muntah sekarang.             Dena yang memerhatikan anaknya dari jauh, tersenyum licik. Sebenarnya pilihan dia kali ini adalah yang terbaik, dan dia hanya perlu melakukan strategi yang bagus. Sehingga anaknya langsung menikah dan tidak menolak sama sekali.             Dan dijamin kali ini Vero tidak akan menolak dan malah senang. Dena tersenyum licik sambil melanjutkan membuat kue.             ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN