Happy Reading.
Selamat membaca semuanya.
***
Vero yang memasuki perusahaannya, pagi ini dirinya tidak menyuruh Anna untuk datang ke apartemennya. Pria itu menginap di rumah orangtuanya, dan betapa menyebalkan ketika Vero melihat ayahnya terus tertawa ketika sang Nyonya di rumah menceritakan apa yang dilakukannya pada Vero.
Dan Vero sangat menyesal menginap di rumahnya, dia seharusnya langsung pulang ke apartemen miliknya dan tidak perlu menginap sama sekali. Dan mendengarkan masalah nikah, istri, dan cucu. Kenapa harus di suruh menikah terus. Padahal Vero bisa saja memberikan cucu untuk orangtuanya tanpa menikah sama sekali.
Vero menatap pada Anna yang sudah duduk di kursi kerja gadis itu. Vero menyugar rambutnya ke belakang dan berjalan mendekati Anna. Vero menyandarkan tubuhnya di meja Anna, dan memainkan pulpen yang berada di atas meja gadis itu.
“Hem. Kau tidak ingin melihat wajah tampanku pagi ini?” tanya Vero tersenyum lebar sekali.
Anna mengangkat sebelah alisnya. Dan merasa Vero sudah kumat akibat kemarin bertemu dengan pria yang akan menjadi istri pria itu. Anna menahan tawanya, kalau ingat kejadian itu. rasanya sangat lucu sekali.
Vero yang melihat Anna menahan tawanya, langsung merengut. Pasti Anna mengingat kejadian kemarin. Vero sangat malu sekali. Ibunya yang buat ulah seperti ini.
“Kau jangan tertawa terus. Nanti malam kau, aku suruh lembur dan mengerjakan banyak pekerjaan,” ancam Vero dan membuat Anna melanjutkan pekerjaannya dengan serius kembali.
Vero tersenyum melihat Anna yang takut. Padahal kalau Anna mau lembur tidak masalah. Lembur di kepala Vero dan Anna berbeda jauh sekali. Vero sudah memikirkan akan membooking hotel. Tapi, Anna tidak akan mau.
Ya sudahlah. Vero akan mencari wanita lain malam ini. wanita yang bisa memuaskan dirinya dengan suka rela, dan dibayar dengan harga puluhan juta. Padahal wanita-wanita malam itu kebanyakan miliknya sudah longgar dan tidak enak dimasuki.
Vero mendesah pelan, dan berjalan menuju ruangannya. Lama-lama di sini, bisa-bisa Vero membuka pakaian Anna secara paksa dan memasuki Anna secara paksa. Vero tidak boleh melakukan itu. Vero tidak akan pernah mau melakukannya dengan cara paksa.
Seberengseknya dia menjadi lelaki dia tidak akan pernah melakukan itu semua. Vero akan melakukannya dengan sama-sama sukarela dan tidak ada paksaan sama sekali. Anna tidak ingin melakukannya. Ya Vero harus menerima itu. walaupun Vero sering melontarkan candaan yang membuat Anna mendengkus dan menatapnya tajam.
Kalau ingat itu Vero ingin sekali menggigit bibir wanita itu dengan kasar sampai berdarah. Ya ampun … pikirannya memang selalu terisi hal-hal kotor dan tidak berharga sama sekali. ah … jelas-jelas itu juga berharga. Berharga untuk adiknya di bawah sana.
“Anna, aku ingin bertanya padamu. Bagimu apa pernikahan itu? Ibuku sangat ingin aku menikah, padahal aku tidak ingin menikah.” Vero menatap Anna dengan tatapan seriusnya.
Anna melihat pada Vero dan mengerutkan keningnya, apakah di depannya sekarang sungguh atasannya. Anna pertama kalinya melihat Vero yang bertanya serius padanya selain masalah pekerjaan. Biasanya pria itu akan melontarkan kata-kata tidak berguna sama sekali.
“Pernikahan itu ikatan yang sakral. Di dalamnya aku ingin dilandasi sebuah cinta dan hanya akan menikah sekali seumur hidup. Dan saling percaya dan mengerti satu sama lain. Paling penting setia,” jawab Anna.
Vero yang mendengar jawaban Anna tertawa pelan. Cinta? Masih adakah yang percaya dengan hal konyol itu zaman sekarang. Vero tidak percaya sama sekali dengan yang namanya cinta. Dan juga pernikahan itu membuat seseorang tidak bebas sama sekali.
“Hah … kau masih percaya dengan kata cinta? Aku tidak percaya sama sekali. Yang ada hanya kata nafsu. Dan setiap orang yang telah menikah tidak memiliki kebebasan sama sekali. Dan membuatnya terkurung,” kata Vero.
Anna mendelik. Mana ada sebuah nafsu. Cinta itu ada dan setiap orang akan merasakan cinta yang indah dan membawakan kebahagiaan untuknya. Anna percaya jodohnya kelak akan membawanya ke dalam sebuah kebahagiaan dan juga jodohnya akan mencintai dirinya.
“Anda kalau tidak percaya cinta wajar saja. Karena anda lebih suka melihat wanita mengakang dari pada melihat ketulusan dan rasa cinta dari seseorang untuk anda.”
Vero tertawa mendengar ucapan Anna. Vero memajukan wajah dan mendekati wajah Anna, membuat Anna memundurkan wajahnya dengan perasaan was-was.
“Kau mau mengakang di depanku? Aku sangat suka melihatmu mengakang Anna,” ucap Vero dan mengedipkan matanya dengan cara menggodanya.
Anna berdecak kesal. “Terima kasih sudah menawarkan hal yang sangat tidak bermutu sama sekali. Saya sama sekali tidak bersedia Tuan kaya dan katanya tampan.” Anna tersenyum sinis dan menatap banyak berkas di mejanya.
Vero tertawa pelan dan memang Anna sekali. Vero tidak akan marah pada sekretarisnya ini, yang suka bermulut pedas dan tidak ada sopannya dengan atasannya sendiri. Tapi, Vero melihat kinerja Anna yang sangat bagus sekali dan pantas untuk diajungi jempol.
“Kau akan menikah nantinya? Dengan siapa kalau aku boleh tahu?” tanya Vero sudah duduk di depan meja Anna.
Anna melihat pada Vero dan menghentikan pekerjaannya sebentar. Anna tersenyum.
“Tentu saja saya akan menikah. Dan kalau saya boleh memilih, saya ingin menikah dengan Kim Namjoon, kalau tidak berjodoh dengan Kim Namjoon, dengan J-Hope tidak masalah, dan kalau masih tidak berjodoh dengan J-Hope, dengan Suga juga saya rela, dan kalau tidak berjodoh juga dengan Suga, dengan Kim Seokjin saya juga sangat rela, dan masih tidak berjodoh juga dengan Kim Seokjin, dengan V juga saya mau, dan masih juga tidak, dengan Jungkook pun saya rela. Dan kalau saya tidak berjodoh dengan mereka bertujuh maka jodohkanlah saya dengan Sehun.” Anna menyelesaikan ucapannya yang sangat panjang dan membuat Vero mengedipkan matanya beberapa kali.
Vero tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Anna, dan siapa kesemua orang itu? apakah mereka orang yang tampan seperti dirinya? Ah … mana mungkin lebih tampan darinya. Jelas-jelas Vero itu lebih tampan dan segalanya.
“Siapa mereka semua? Apakah mereka tampan? Apakah mereka kaya?” tanya Vero bertubi pada Anna.
Anna tersenyum mendengar pertanyaan Vero, dan membayangkan para delapan bujang itu. Anna sering berkhayal memiliki suami seperti mereka.
“Mereka semua orang terkenal. Mereka semua tampan bahkan sangat tampan. Dan mereka semua orang kaya. Kenapa anda iri dan dengki kah?” tanya Anna balik.
Vero mendengkus. “Saya iri dan dengki pada mereka semua? Nggak level. Jelas-jelas saya lebih dari segalanya dari mereka semuanya. Memangnya mereka itu seterkenal apa? Setampan apa? Sekaya apa? Mereka tidak akan bisa mengalahkan kekayaan saya,” ucap Vero percaya diri sekali.
Anna mengangguk dan mengambil secarik kertas dan menulis di atas kertas tersebut. Vero yang menatap Anna menulis di atas kertas tersebut, semakin mengerutkan keningnya dan penasaran apa yang ditulis oleh Anna.
Anna yang selesai menulis, dan memberikan secarik kertas itu pada Vero, dan Vero mengambilkannya dengan bingung.
“Jangan lupa cari tahu para calon kandidat untuk suami saya. Anda akan kena serangan jantung melihat ketampanan mereka semuanya,” ucap Anna dan tersenyum manis.
Vero membaca tulisan yang ditulis oleh Anna. “BTS? Sehun Exo? Siapa mereka?” tanya Vero semakin bingung dan tidak mengerti.
“Anda punya ponsel ‘kan? Dan anda tahu menggunakan google atau youtube ‘kan?” tanya Anna dengan senyuman mengejeknya.
Vero mendelik. “Saya tahu. Dan bahkan saya punya dua puluh ponsel. Maklum saya orang kaya.”
“Ya. Kalau anda tahu silakan cari tahu mereka melalui ponsel anda.” Anna tersenyum dan melanjukan kembali pekerjaannya tanpa memedulikan Vero lagi.
Vero yang masih memegang secarik kertas itu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju dalam ruangannya, sambil menatap tulisan Anna. Setampan dan sekaya apa mereka semua? Cih, Vero tidak akan kalah dengan mereka semua. Tidak akan.
***