Semalaman Bella tidak bisa tidur ia terus memikirkan pernikahannya dengan Dimas. Meski dia tahu hubungannya itu sudah tidak bisa di perbaiki lagi, tapi Bella masih berharap Dimas mau berubah dan mau bersikap adil kepadanya.
"Bella!" Bella menoleh ke sisi kanannya melihat Nani yang sedang berdiri menatapnya.
"Ada apa Nani?"
"Aku cuma bilang nanti malam aku sama temen-temen kantor mau ada acara. Jadi kamu tidur aja duluan pasti sampai pagi biasanya," ungkap Nani.
Bella mengangguk, memperhatikan Nani yang berangkat kerja, sementara dia masih diam di sofa. Bella hanya diam menatap layar ponselnya yang menyala terlihat nama Dimas di sana. Tak hanya Dimas, Angga pun tak henti-hentinya menghubungi Bella. Perlahan tangannya membuka pesan dari Dimas, membaca semua pesan darinya.
Dimas : Bel, aku mohon kita perbaiki hubungan kita.
Dimas : Aku setuju jika kita harus menenangkan pikiran terlebih dahulu. Tapi aku ingin kamu tetap berada di sisiku.
Dimas : Bel, aku janji akan memperbaiki semuanya.
Hati Bella mulai terenyuh. Namun, netra-nya melebar ketika membaca pesan dari Angga.
Angga : Hai, pacarku. Hari ini aku ingin kamu mengantarku kerja karena mobilku tertinggal di kantor.
Bella berdecak melihat pesan dari pria yang selalu muncul di tengah kegalauannya. Ia kemudian memblokir nomor Angga agar pria itu tak mengganggunya lagi. Bella menyimpan ponselnya di meja, bersiap untuk membersihkan kosan yang ia tempat. Saat itu juga ponselnya kembali berdering dan menunjukkan nomor asing di sana. Dengan ragu Bella mengangkat panggilan tersebut da--
"Halo, selamat pagi dengan Ibu Bella?"
Sesaat Bella tertegun ketika mendengar namanya di sebut oleh seorang wanita yang berada di seberang telepon. "Benar, saya sendiri."
"Baik Ibu, kemarin kami menerima email dari Ibu Bella yang melamar ke bagian administrasi. Hari ini jam 2 siang apa bisa datang ke PT. Cahaya untuk interview dengan HRD kami?"
"Bisa Bu, tapi maaf apa boleh aku minta alamat lengkap serta nama HRD-nya takut nanti ditanyakan saat saya ke kantornya?"
"Bilang aja mau ketemu bagian HRD, ada interview hari ini. Untuk alamatnya sudah saya kirim email ya Bu, tolong di cek email masuk. Ada yang mau di tanyakan lagi?"
"Enggak Bu, makasih ya."
"Sama-sama, selamat pagi."
Bella benar-benar bahagia karena akhirnya ada salah satu perusahaan yang memanggilnya untuk interview.
***
Bella membuka helmnya, tak lupa ia membuka jaket agar bajunya tidak bau matahari. Ia juga menyemprotkan minyak wangi agar tidak bau dan membuat tidak nyaman HRD yang akan menginterviewnya. Bella masuk ke dalam kantor lalu berbicara dengan resepsionis yang berada di sana.
"Selamat siang, Bu. Mau bertemu dengan HRD-nya?"
"Mau interview ya. Isi dulu daftar hadir, nanti di panggil satu persatu," ucapnya.
"Baik, Bu. terima kasih."
Setelah mengisi daftar hadir, Bella berbalik mencari kursi yang kosong. Dilihatnya tiga orang wanita yang terlihat sinis menatapnya, seolah meremehkan Bella. Apa lagi mereka terlihat profesional, tak seperti dirinya yang sudah satu tahun tidak bekerja.
"Hai, kenalin aku Kevin," sapa seorang pria yang duduk di samping Bella.
"Bella."
"Interview bagian apa?"
"Admin, kamu?" Bella balik bertanya agar lebih dekat dengan pria yang baru ia kenal.
"Aku melamar di finance. Aku dengar mereka membutuhkan untuk dua orang bagian finance yang berpengalaman."
"Oh, semoga berhasil," ucap Bella dengan tulus. Ia melihat wanita yang terlihat sinis menatap ke arahnya, tapi Bella mengabaikan pandangan mereka.
Sudah tak aneh, jika persaingan dalam dunia kerja itu sangat ketat. Bahkan mereka yang baru melamar saja sudah terlihat begitu takut tersaingi oleh peserta lain.
"Ibu Nana dan Ibu Bella, silahkan masuk."
Bella berdiri lalu masuk ke dalam ruangan tersebut. Keduanya lalu duduk di kursi yang udah di sediakan, mereka pun duduk di depan penguji masing-masing.
"Bella, aku panggil nama saja ya. Wah, aku terkejut ketika melihat cv-mu kemarin. Ternyata kamu pernah bekerja di perusahaan Latux di bagian keuangan. Sedangkan di sini kamu melamar menjadi bagian administrasi, betul?"
"Iya, Pak."
"Kenapa enggak melamar bagian finance saja?" Bella terdiam sesaat sebelum menjawab pertanyaan HRD tersebut.
"Begini Pak, saat aku melihat lowongan pekerjaan hanya lowongan bagian administrasi. Mungkin kalau ada lowongan bagian finance,mungkin aku akan melamar bagian itu."
Pria itu mengangguk lalu berucap, "Sebenarnya bagian finance hanya untuk orang-orang yang berpengalaman dan bisa di percaya, makanya kami enggak buka lowongan di tempat umum karena kami biasanya menyuruh rekanan untuk mencarikan karyawan di bagian itu."
Bella hanya mengangguk, ia tahu jika berbau keuangan itu agak sensitif. Apa lagi jika atasannya tidak percaya kepada karyawannya sendiri akan lebih menakutkan jika terjadi suatu kesalahan.
"Kita langsung praktek aja ya," ucap HRD tersebut lalu memberikan sebuah tugas yang harus Bella kerjakan. "Kamu kerjain sesuai yang biasa kamu kerjain aja."
Bella mulai memasukan sebuah transaksi, ia juga membuat rumus di komputer yang di sediakan. Dengan cekatan ia memasukan semua data dan membuat semuanya menjadi sebuah laporan keuangan. HRD tersebut terus memperhatikan Bella yang terlihat lihai dalam menggunakan komputer.
"Santai saja masih ada waktu lima menit lagi."
Bella hanya menyunggingkan senyum lalu mengangkat tangannya. "Aku sudah selesai."
"Oke, tolong si save pakai nama kamu ya. Nanti akan kami hubungi lagi untuk tes selanjutnya."
"Baik Pak, terima kasih."
Setelah selesai, Bella pun keluar dari ruangan tersebut dengan rasa percaya diri. Entah mengapa ia yakin di terima di kantor tersebut.
***
Jam menunjukan pukul delapan malam, Bella yang lapar pun keluar dari kontrakan Nani untuk membeli makan. Namun, sebelum membeli makan, Bella pergi ke atm yang berada di mini market yang tak jauh dari kontrakannya.
"Bella."
Suara yang tak asing di telinga Bella membuatnya seketika diam membisu. Ia bergegas mengambil uang, berlalu meninggalkan pria yang tak lain Dimas yang berdiri tepat di belakangnya.
"Bella ...."
Bella menepis tangan Dimas karena merasa terus di ikuti oleh suami yang sebentar lagi akan menjadi mantan. "Jadi selama ini kamu ngikutin aku?"
"Denger dulu Bella, aku sama sekali enggak ngikutin kamu. Aku hanya kebetulan lewat sini dan liat kamu masuk ke mini market ini."
"Kamu yakin. Bukannya kamu emang lagi nyari aku ke kontrakan Nani?"
Dimas sudah tidak bisa berbohong lagi karena memang dia sengaja datang ke kontrakan Nani untuk mencari Bella. "Bisa enggak jangan marah dulu. Lagi pula aku kan suami kamu."
"Status doang ya. Secara agama kita sudah cerai, hanya saja di catatan sipil belum."
Dimas menghela napasnya, ia lalu mengambil dompetnya yang berada di saku celana. Dengan lembut Dimas menarik tangan Bella dan memberikan atm-nya.
"Apa ini?"
"Nafkah buat istriku."
Bella termangu, selama ini mereka menikah Dimas hanya memberinya uang dapur. Jika Bella membutuhkan sesuatu dia harus minta kepada Dimas, dan sekarang dia tiba-tiba saja datang dan memberikan atm untuknya dengan mengatakan nafkah. "Enggak usah. Aku bisa menghidupi diriku sendiri."
Dimas memaksa, menarik tangan Bella lalu memasukkan atm ke saku hoodie yang ia kenakan. "Aku pulang dulu, jangan lupa angkat telepon dan balas chatku."
Merasa gemas, Dimas mengusap kepala Bella kemudian masuk ke dalam mobilnya. Bella terus memperhatikan mobil Dimas yang semakin menjauh dari pandangannya, lalu melihat atm yang kini ada di tangannya.
"Bella."
"Ara."
Tubuh Bella seketika mematung, ia tidak mau berbalik ketika mendengar suara orang yang sedang Bella hindari.