Zefanya melambaikan tangannya pada Raka begitu ia keluar dari mobil pria itu. "Terima kasih untuk hari ini," katanya dengan senyum tipis yang terpatri di wajahnya. "Ya, aku yang seharusnya berterima kasih," Raka membalas. "Dan maaf jika aku membuat kamu canggung dan terkejut karena pengakuan tiba-tiba yang aku lakukan." "Tidak apa-apa, Raka." Zefanya menatap pria itu dengan sungguh-sungguh. Memang awalnya, ia terkejut. Namun, dia mengerti pada akhirnya setelah Raka menjelaskan bagaimana perasaan itu bisa muncul. Juga, Zefanya tahu bahwa perasaan tidak bisa kita cegah. Mereka seperti air, akan selalu menemukan celah untuk tinggal. Selama beberapa saat, tidak ada yang Raka katakan. Pemuda itu juga tidak lekas menyalakan mesin mobil. Ia hanya terdiam lama, memandangi wajah Zefanya dengan t