Katya memperhatikan Nathan yang tengah melahap makan siangnya. Tatapan perempuan itu begitu intens, begitu hangat, begitu dipenuhi oleh perasaan mendamba yang hanya bisa dilihat oleh sebagian orang yang peka. "Acara pertunangan kita kurang dari satu bulan lagi, kamu siap kan?" Katya membuka suara. Bagi wanita cantik itu, Nathan tampak lebih menarik daripada makanan yang kini berada tepat di hadapannya. "Apanya yang harus dipersiapkan?" tanya Nathan, tanpa mengalihkan atensi dari makanan yang tengah ia santap, sangat berbanding terbalik dengan apa yang Katya lakukan. "Pertunangan dan pernikahan yang kita lakukan semata-mata hanya terjalin di atas kertas." "Aku tahu," balas Katya. Perempuan itu meletakkan garpu dan juga pisau makannya. "Ah, kamu terlalu gamblang menggambarkan hubungan kit