"Tiga puluh juta!" Zefanya membeku dengan sempurna saat mendengar suara tersebut. Terlebih, ketika dia menyisir pandang untuk melihat siapa gerangan yang bicara lalu ia menemukan sosok tersebut. Nathan. Benar, Nathaniel. Sesuai dugaannya. Tatapan matanya bertemu dengan tatapan lurus Nathan. Keduanya benar-benar saling menatap dalam diam, sementara atmosfer di sekitar perlahan berubah semakin tegang. Rasa gugup dan malu yang Zefanya rasakan sudah berada di level lain. Kali ini berkali-kali lipat lebih besar dari sebelumnya. Maka, lekas-lekas Zefanya membuang pandang. Tidak ingin terus menatap pria itu. Di sisi lainnya, Nathan merasa kemarahannya sudah sampai ke ubun-ubun. Beberapa hari lalu, Zefanya keluar tengah malam dari rumah tanpa meminta izin padanya. Lalu sekarang, apa yang ia li