“Malam adalah kesempatan indah untuk berdoa, beristirahat, memaafkan, melupakan, dan memulai hari esok yang lebih baik. Selamat tidur."
********
Malam selalu indah dengan hiasan bintang yang membuatnya makin menawan. Tapi tidak malam ini. Rasanya malam ini sangat mencekam bagi Nadine. Bgaimana tidak, jika malam ini Kai akan datang menemui kedua orang tuanya.
Nadine menggigit bibirnya dan terus saja mengusap jarinya tanda gelisah, sambil berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Rasanya sangat gugup sekali. Tangannya berkeringat dan juga jantungnya berdebar lebih kencang. Ia sangat ketakutan saat ini. Takut untuk menatap wajah kedua orang tuanya jika Kai nekat mengungkap keadaannya saat ini. Tapi ia tidak bisa mundur lagi. Kai akan terus mengejar kemanapun ia pergi. Anak di dalam kandungannya adalah alasan kuat Kai tidak akan melepaskannya.
Nadine bergegas keluar kamar, ia akan menanti Kai di depan gerbang sebelum dirinya benar-benar pingsan karena ketakutan. Ia benar-benar belum siap mengungkap kenyataan malam ini. Ia akan mencegah kai untuk menemui kedua orang tuanya apapun caranya. Rasanya ingin pingsan jika sampai kai tiba-tiba muncul dan berdiri di ruang tamu dengan senyum seperti biasanya. Apalagi kedua orang tuanya juga hadir untuk mendengar kenyataan pahit yang akan diungkap oleh Kai.
Hanya membawa ponsel Nadine berjalan melewati ruang tengah.
“Loh ... sayang, mau kemana ? kamu belum makan malam lo.” Mama yang melihat Nadine terburu-buru hendak pergi, hanya dengan mengenakan baju tidur baby doll bergambar kartun winnie the pooh kesukaannya.
Nadine terdiam sebentar menatap ke arah Mama yang menanti jawabannya. “ Hmmm ... itu, Nad mau keluar sebentar ya Ma, ada janji sama Mia,” ucap Nadine memberi alasan menyebutkan nama Mia, yang merupakan sahabat kentalnya.
“Tapi pakaian kamu ?” tunjuk Mama dengan alis berkerut. Tidak biasanya Nadine keluar dengan baju tidur begitu. Nadine selalu tampil rapi jika hendak kemana-mana.
“Iya, enggak apa-apa. Cuma mau jalan-jalan sebentar enggak keluar dari mobil kok,” ucap Nadine sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil mengutuk dirinya yang sudah berbohong pada Mama.
“Biarin saja Ma, anaknya kan hanya sebentar saja. Lagian perginya sama Mia. Mama kayak enggak kenal saja bagaimana Mia, Asistennya Freya itu. Dia kan lebih galak daripada cowok, pasti bisa jagain Nadine,” ucap Papa yang tiba-tiba sudah ada di samping Mama. Sedari dulu Papa yang selalu saja mengerti Nadine. Mengingat itu membuat air Mata Nadine hendak keluar. keadaannya saat ini pasti akan membuat Papa sangat kecewa sekali. Dan Nadine belum sanggup melihat raut kecewa itu dari wajah Papanya.
“Nad pergi dulu ya, Pa, Ma,” ucap Nadine lalu menyalami kedua orang tuanya dan buru-buru beranjak pergi sebelum air matanya benar-benar jatuh.
“Pulangnya jangan malam-malam,” teriak Mama sebelum Nadine benar-benar hilang di balik pintu.
Nadine mengatur debaran yang terus bertalu-talu di dadanya dan berjalan perlahan menuju ke arah gerbang. Tepat saat ia tiba, mobil Kai juga tiba.
Nadine menghentikan mobil Kai dan mengetuk kaca jendelanya, lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam duduk di samping Kai.
Nadine mengatur debaran jantungnya dengan bernafas perlahan. Kai heran melihat Nadine yang tiba-tiba saja masuk ke dalam mobil.
“Kamu kenapa ? kesambet apa ?” tanya Kai dengan nada bercanda.
Nadine menatap kesal ke arah Kai. “Bisa-bisanya si koyok cabe ini tenang sekali padahal maksud kedatangannya hendak berjumpa sama Papa,” gumam Nadine dalam hati masih menatap Kai.
“Ngomong sama Papa di tunda dulu,” ucap Nadine cepat, yang hampir mendapat protes dari Kai. Tapi Nadine tidak kalah cepat dengan membekap mulut Kai dengan tangannya, sebelum laki-laki yang akan menjadi ayah dari anak yang sedang dikandungnya itu mulai protes dengan sangat cerewet seperti biasanya.
“Aku lagi ngidam. Mau minum kopi, Carebian nut sama roti bakar. Harus sekarang, enggak bisa nanti atau anak kamu bakalan ileran kalau sudah lahir nanti,” ucap Nadine memberikan alasan yang masuk akal menurutnya saat ini.
Kai mengecup telapak tangan Nadine yang masih membekapnya manis, membuat Nadine segera menarik tangannya, melepas bekapan di mulut Kai.
“Entah betul atau hanya alasan kamu agar aku enggak ketemu orang tuamu, aku enggak tahu. Hanya kamu sama Tuhan yang tahu. Tapi baiklah, aku anterin kalau saat ini kamunya lagi ngidam,” ucap Kai dengan senyum manis yang selalu menghiasi wajahnya jika menghadapi sikap Nadine yang tidak pernah ramah padanya.
Nadine membalas senyum Kai dengan hati yang lega. Ternyata mudah sekali membohongi Kai, batin Nadine makin tersenyum lebar.
“Kamu cantik kalau tersenyum,” ucap Kai yang membuat Nadine kembali ke wajah tanpa senyumnya.
Mobil perlahan meninggalkan kediaman keluarga Nadine dengan Nadine yang segera menelepon Mia, meminta sahabatnya itu untuk bersandiwara jika Mamanya tiba-tiba menelepon menanyakan keberadaan dirinya.
Hening, hanya suara Ava Max menyanyikan Into Your Arms yang terdengar dari sound mobil.
“Loh ... loh, ini kan bukan jalan menuju ke coffe shop,” protes Nadine pada Kai yang menganggukan kepala.
“Kamu mau ajak aku kemana ? kamu jangan mulai lagi, aku bisa teriak kalau kamu macam-macam.” Nadine menatap ke arah Kai yang masih fokus menatap ke depan.
“Idih ... kamu kebanyakan nonton film horor ya ? aku mau ajakin kamu ke rumahku,” ucap Kai yang malah membuat Nadine makin ketakutan.
“Ngapain ke rumah kamu ! aku mau minum kopi tuan Kai Aryasena, bukan mau bertamu ke rumah kamu !” pekik Nadine mulai kambuh galaknya.
Kai tertawa ngakak mendengar kemarahan Nadine.
“Iya aku tahu sayang ... aku mau ajak kamu ngopi. Di rumah juga ada seperti di Coffe shop jadi kamu enggak perlu khawatir. Lagian sudah malam begini, enggak baik ibu hamil nongkrong di cafe,” ucap Kai sambil melirik Nadine yang membalasnya dengan melotot karena mendengar panggilan sayang dari Kai.
“Kalau kamu enggak mau, ya sudah ... kita balik lagi saja ke rumah kam ...”
“Enggak !” sambar Nadine dengan cepat sebelum Kai menyelesaikan kalimatnya. Sudah susah payah ia membujuk Kai untuk menunda pengakuannya, malah harus balik ke rumah.
“Tenang Nadine, kamu harus tenang,” gumam Nadine dalam hati. Saat ini ia hanya bisa menuruti kemana Kai membawanya.
Tidak berapa lama, mobil tiba di depan gerbang rumah yang terlihat mungil tapi sangat asri. Tampak satpam membuka gerbang dan mobil Kai bisa segera masuk ke dalam. Setelah memarkir mobilnya, Kai turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Nadine. Perlahan Nadine turun dari mobil dan mengikuti Kai untuk masuk ke dalam rumah.
Nadine terpana, suasana rumah Kai terkesan sangat asri sekali, dengan tatanan taman yang indah. “ Pasti ia membayar mahal tukang kebunnya,” gumam Nadine dalam hati memandangi rumah Kai.
“kenapa bengong ? ayo masuk,” panggil Kai yang sudah berada di depan pintu. Dengan langkah perlahan, Nadine berjalan menuju ke arah Kai dan melangkah masuk ke dalam rumah.
Tapi langkah kaki Nadine kembali terhenti, ia ragu untuk melangkah lebih ke dalam. Bisa saja Kai sengaja menjebaknya lagi.
“Hei ... kok bengong lagi ? ayo, katanya mau minum kopi,” ucap Kai yang lagi-lagi mengagetkan Nadine yang kali ini berusaha menepis ragu di hatinya.
Pelan ia berjalan mengikuti Kai menuju ke dapur. Tampak Kai memakai apron dan tersenyum ke arah Nadine memberi isyarat dengan kedua netranya agar Nadine duduk.
“Pasti kamu sering mengajak teman-teman wanitamu kesini,” ucap Nadine sambil menatap tajam ke arah Kai yang langsung tertawa pelan akan kata-kata Nadine.
“Baru kamu, tidak ada yang tahu rumahku, karena itu privacy,” ucap Kai yang dibalas cebikan Nadine.
“Pembohong, pasti Ruby kekasihmu sering menginap di sini,” ucap Nadine lagi.
“Kenapa ? kamu cemburu ?” tanya Kai sambil menatap ke arah nadine.
“Apakah pertanyaanku terkesan bahwa aku cemburu ?” Nadine balik bertanya.
“Seperti yang aku katakan, hanya kamu yang tahu rumahku.” Kai tampak menyiapkan bahan untuk membuat Roti tanpa menjawab lagi pertanyaan nadine.
“Hmmm ... sambil menunggu, kamu bisa membaca buku di ruang baca, tu ada di pojok sana.” Tunjuk Kai pada Nadine yang langsung berdiri dari duduknya karena jengah juga berduaan bersama Kai.
Nadine memasuki ruang baca milik Kai. Tampak berjajar buku hukum yang tentu saja tidak dimengerti olehnya. Tapi ada juga komik serta n****+ yang membuat senyum Nadine melebar. Dan senyumnya makin lebar saat ia melihat n****+ karya Stephenie Meyer berjejer di rak buku milik Kai.
Setelah mendapatkan Midnight Sun yang belum sempat dibacanya, Nadine mulai duduk dalam diam menekuri bacaan di depannya hingga tidak menyadari jika Kai sudah masuk dan meletakan carebian nut dan roti bakar pesanan Nadine di atas meja. Kai tersenyum melihat Nadine yang sedang serius membaca hingga tidak menyadari kehadirannya.
“Kamu suka juga membaca seri itu ?” tanya Kai sambil duduk di samping Nadine, yang membuat Nadine mengangkat wajahnya dari magnet n****+ di pangkuannya dan kali ini tersenyum manis pada Kai.
“Tentu saja, seri yang ini menceritakan kembali peristiwa Twilight dari perspektif Edward Cullen bukan dari narasi yang biasa cerita lainnya Bella Swan,” ucap Nadine yang dibalas anggukan Kai.
“Aku sudah membaca semua serinya, kecuali yang ini,” ucap Nadine lagi lalu menandai halaman terakhir yang ia baca lalu menutup n****+.
Kali ini perhatiannya beralih pada harum kopi yang baru saja dihidangkan Kai. Tanpa perlu permisi pada Kai, ia segera menyesap kopi hangat yang memiliki Sensasi unik kenikmatan kopi dengan sentuhan rasa hazelnut.
Nadine merasa kopi buatan Kai lebih enak seperti dirasakannya di Coffe shop saat terakhir ia berjumpa Kai disana. Rasa yang tidak asing di lidahnya.
Nadine meletakan cangkir lalu mengambil sepotong roti bakar, mencicipinya dan langsung memuji dalam hati jika roti bakar buatan Kai sangat enak.
“Kenapa enggak jadi chef saja kalau masakan kamu enak begini,” ucap Nadine, kali ini terdengar tulus yang hanya dibalas senyum terimakasih dari Kai.
Kai senang melihat Nadine yang ramah dan tidak galak seperti biasanya.
“Aku akan menjadi chef untuk istriku dan anak-anakku saja,” ucap Kai yang dibalas anggukan dan senyum kikuk Nadine.
Kai mengulurkan tangannya ke arah bibir Nadine, yang membuat wanita itu segera memundurkan kepalanya. “ Ada coklat di bibir kamu,” ucap Kai lalu mengusapnya tanpa menunggu dipersilahkan.
“Terimakasih,” ucap Nadine canggung begitu Kai selesai membersihkannya. Nadine lalu mulai makan lagi dalam diam. Tampak beberapa kali Nadine menyelipkan rambut panjang ke belakang telinganya.
Kai yang melihat Nadine kurang nyaman dengan rambut yang tergerai segera berdiri dari duduknya mengambil karet di dalam laci meja. Kembali duduk di samping Nadine lalu menatap sejenak Nadine yang masih asyik mengunyah.
Kai mengulurkan kedua tangannya ke arah rambut Nadine. “ Kamu mau apa lagi sih ?” tanya Nadine yang terlihat kikuk akan perhatian Kai.
“Diamlah sebentar, aku akan mengikat rambutmu, agar kamu bisa makan dengan tenang,” ucap Kai lalu mulai mengikat rambut panjang milik Nadine. Jarak mereka sangat dekat sekali, Nadine dapat merasakan aroma yang menguar dari tubuh Kai, dan diam-diam ia mulai menyukainya, terasa sangat menyenangkan. Mungkin hormon hamil yang membuatnya menjadi selebay ini, batin Nadine menenangkan hatinya.
“Terimakasih,” ucap Nadine untuk kedua kalinya yang lagi-lagi dibalas senyum manis Kai.
“Hmmm ... jadi kapan aku bisa bertemu kedua orang tuamu ?” tanya Kai yang kali ini terlihat mulai serius, sambil menatap ke arah Nadine yang segera menyesap kopinya kembali.
Hening
Nadine menatap ke arah Kai yang juga menatap ke arahnya. Pandangan mereka bertemu, dengan Nadine yang masih menyusun kalimat tepat untuk menjawab pertanyaan kai.
“Beri aku waktu lagi, dua atau tiga hari. Kamu tahu, rasanya sangat gugup dan takut sekali menatap wajah kedua orang tuaku saat kamu mengatakan kenyataan yang pasti membuat mereka kecewa.” Nadine berusaha memilih kata-kata yang tepat untuk membuat Kai tersentuh.
Tampak Kai diam mendengarkan. Melihat Kai yang diam malah membuat Nadine ketakutan. Ia lebih suka melihat Kai yang cerewet.
“Jadi ... bagaimana ?” tanya Nadine karena Kai tak kunjung menjawab.
“Baiklah, aku akan menunggu hingga kamu merasa siap. Tapi aku tidak bisa lama bertahan jauh darimu, maksudku karena kamu sedang bersama buah hatiku,” ucap Kai yang membuat Nadine tersentuh. Rasa emosinya selama ini, menutup mata hatinya dari semua sikap manis yang Kai tunjukan padanya.
Selesai menikmati kopi dan roti bakar buatan Kai, Nadine meminta untuk diantar pulang.
“Ini kunci rumahku, kamu bisa datang kapanpun kamu mau, maksudku, jika kamu ingin makan sesuatu yang sedang kamu inginkan. Aku akan dengan senang hati membuatkannya,atau jika kamu ingin membaca n****+ kesukaanmu kamu bisa masuk. Aku jarang berada di rumah” ucap Kai saat mereka sudah tiba di gerbang kediaman Keluarga Nadine sambil memberikan kunci ke tangan Nadine.
Tiba-tiba Kai maju dan mencium kening Nadine yang terdiam.
“Terimakasih sudah mengandung anaku, maafkan aku jika menyakitimu sangat dalam Karena membuatmu harus membawanya disini,” ucap Kai sambil mengusap pelan perut Nadine. Dan Nadine menyukai usapan itu, terasa sangat menyenangkan.
“Masuklah, tidurlah dengan nyenyak. Malam adalah kesempatan indah untuk berdoa, beristirahat, memaafkan, melupakan, dan memulai hari esok yang lebih baik. Selamat tidur,” ucap Kai lagi yang menyadarkan Nadine dari rasa nyamannya.
Setelah berterimakasih, Nadine segera keluar dari mobil Kai dan masuk ke dalam rumah tanpa menoleh ke belakang lagi.
Malam yang dingin membawa alunan rindu yang sulit dikatakan.
********
Kiss Jauh dari Author .....
Love You all To the moon and back .......
Semoga kontraknya segera turun, jadi aku bisa Daily ......