Find Me, Love 9

1236 Kata
Sesuai janjinya, Kai benar-benar memberikan waktu pada Nadine untuk bernafas lega sebelum boom waktu akan ia ledakan. Bagaimana tidak, jika dalam tiga hari, Kai menghilang, tidak kelihatan batang hidungnya. Tentu saja Nadine merasa heran dan juga merasa ada yang berbeda ketika urat emosinya tidak keluar untuk memaki Kai yang selalu saja menanggapinya dengan senyum manis, seakan-akan omelannya adalah sebuah nyanyian merdu. Nadine sedang berada di ruangan Devan saat seseorang mengetuk pintu. Rupanya asisten Kai yang datang tanpa adanya si koyok cabe. Nadine menatap gadis cantik yang sedang berbicara dengan Devan sambil menyerahkan berkas yang dititipkan Kai padanya. Dari yang Nadine dengar, Rea nama asisten Kai tidak menyebutkan alasan mengapa Kai tidak bisa menemui Devan. Tapi terlihat Devan juga tidak menanyakannya. “Hmmm ... menghilang kemana ya si Koyok Cabe, kok enggak ada kabarnya,” gumam Nadine dalam hati tenggelam dalam lamunannya. “Nadine ... Nadine.” Devan memanggil nama Nadine beberapa kali, tapi yang dipanggil masih asyik berenang dalam lautan lamunan. “Nadine ....” sekali lagi panggilan Devan akhirnya menyadarkan Nadine dari lamunanannya dan menatap Devan sambil menyengir. “Kamu kenapa ? lagi mikirin sesuatu ?” tanya Devan yang dibalas gelengan dan satu senyuman dari Nadine. Tapi Devan melihat ada yang aneh dari Nadine beberapa minggu ini, tapi entah apa itu. “Loh, asisten dari kantor Pak Kai tadi mana ?” tanya Nadine celingukan karena sudah tidak melihat Rea di dalam ruangan. “Dia sudah pergi di saat kamu asyik melamun,” Sindir Devan yang membuat Nadine tertawa ngakak. “Aku sedang memikirkan liburan ke Swiss atau ke Jepang,” ucap Nadine mengalihkan sindiran Devan. “Liburan ke Gili trawangan juga tidak kalah menarik dari luar negeri.” Devan mengusulkan tempat liburan yang menarik untuk Nadine yang memang menyukai snorkeling dan juga Diving. “Hmmm ... aku pertimbangkan karena aku tahu disana indah.” Nadine mengangkat dua jempolnya pada Devan. “Makan yuk ... aku sudah lapar sekali,” ucap Nadine mengajak Devan yang hanya menggelengkan kepala, karena belum waktunya untuk makan siang. “Aku masih belum lapar, kamu bisa ajak Sinta untuk makan.” Devan berbicara sambil menunjukkan berkas yang tadi dibawa oleh asisten Kai. Sepertinya Devan sedang sibuk, batin Nadine lalu mengangguk dan segera keluar dari ruangan Devan. Nadine berjalan perlahan menuju ruangannya. Masuk ke ruangan dan duduk sambil memegang kepalanya yang mulai terasa pusing lagi. Mulutnya terasa pahit, ingin mengunyah sesuatu yang bisa menenangkan lidah dan juga perutnya. Diambilnya ponsel, memeriksa pesan masuk. Ada beberapa pesan masuk dan hatinya sedikit bersorak saat melihat satu pesan. Sebuah pesan dari Kai. Cepat dibukanya pesan dan ingin mengetahui apa isinya. “I miss you.” Satu pesan menggelitik hati dari Kai. Singkat tapi sarat makna. Nadine tersenyum membacanya. Tiga hari menghilang dan tiba-tiba saja mengirim pesan rindu. “Dasar gak punya malu,” ucap Nadine dengan bibir tersungging senyum manis. Segera diambillnya tas, lalu keluar dari ruangan. Terus-terusan melihat ponsel malah membuat otaknya keriting. Mau kemana lagi kalau bukan mencari makan. Semenjak hamil urusan makan selalu yang terdepan. Nadine memacu mobilnya menuju restoran milik Freya untuk menemui Mia. Saat ini ia butuh teman ngobrol atau tepatnya teman curhat, dan juga teman makan. Saat tiba, tampak Freya menyapanya dengan senyum manis. Nadine berjalan masuk dan mendapati Mia yang sedang sibuk. “Kamu bisa tunggu aku di balkon, nanti setelah selesai aku temui kamu,” ucap Mia yang dibalas anggukan Nadine dan segera berjalan ke atas. Duduk sendiri merenung. Ia sedang memikirkan sesuatu, memikirkan bagaimana keluar dari masalahnya saat ini.  Tidak menyadari Mia sudah duduk di depannya. “Lagi mikirin apa ?” tanya Mia menyelidik sambil mengangsurkan makan siang untuk Nadine. Suasana hening selama beberapa saat. “Aku hamil,” Ucap Nadine pelan, tapi terdengar sangat jelas di indra pendengaran Mia. “Uhuk ... uhuk ... uhuk.” Mia terbatuk-batuk mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Nadine. Kaget, tentu saja Mia sangat kaget akan pengakuan Nadine. Suasana kembali hening, dengan Nadine yang memandang ke arah tanaman yang bergantung indah. Beberapa kali ia menghapus air mata yang mulai menganak sungai di kelopak matanya. “Sama siapa ? aku kenal ?” tanya Mia beruntun sambil menatap ke arah Nadine. Tidak menyangka jika sahabatnya sedang berada dalam masalah yang sangat pelik. Nadine menggelengkan kepala. “Kamu enggak kenal, dia pengacara di perusahaan milik keluarga Adrian, Suami Freya. Aku dan dia melakukan kesalahan satu malam yang berakibat fatal,” ucap Nadine kali ini sambil menatap Mia yang juga menatapnya. “Hmmm ... jadi apa yang mau kamu lakukan sekarang ? laki-laki b******k itu tahu kalau kamu hamil ?” tanya Mia terlihat kesal. “Dia tahu, dia ingin bertanggung jawab, tapi aku belum bisa menerimanya. Banyak hal yang membuat aku ragu sekaligus takut,” ucap Nadine menundukkan kepala. “Itu pilihan kamu, karena hidupmu kamu sendiri yang tahu. Tapi saranku, buang keraguan dan ketakutanmu apapun itu. Ketakutan dan keraguan akan hilang seiring berjalannya waktu. Cobalah untuk menerima Ayah dari anakmu, aku rasa tidak akan ada masalah karena ia memiliki niat baik padamu. Nanti kalau dalam perjalanan dia macam-macam, jangan segan-segan meminta tolong padaku. Aku dengan senang hati akan menghajarnya hingga babak belur.” Mia berusaha membuat Nadine kembali tersenyum. Tapi Nadine terlihat malas untuk tersenyum. “Cinta tidak ada yang bisa menduga.” Lanjut Mia yang kali ini membuat Nadine tersenyum jahil ke arahnya. “Mengapa senyummu seperti mengejek ?” tanya Mia dengan kening berkerut. Nadine malah tertawa ngakak. “Kamu itu nasehatin aku soal cinta, lah kamu sendiri sama si Mr Wolf bagaimana ? Kamu tidak menjenguknya setelah membuatnya terluka karena menolongmu.” Nadine bertanya akan hubungan Mia dan Yudisthira yang tidak juga mengalami kemajuan. Hubungan Mia dan Yudhis bak serigala dan buruannya. “Kita tidak sedang membahas tentang diriku, jadi jangan ngelantur bertanya.” Mia terlihat mulai kesal saat Nadine membahas hubungannya. Nadine mengangkat tangan tanda menyerah dan tidak akan membahasnya lagi daripada Mia akan berada pada mood yang jelek. “Hmmm ... kata-katamu ada benarnya juga. Aku memiliki rencana lain, aku akan mencoba menerimanya, membuang semua ketakutanku..” Nadine tiba-tiba menemukan jalan keluar terbaik permasalahannya. “Maksud kamu ?” tanya Mia tidak mengerti. “Aku akan menikah dengannya, dengan syarat, ia tidak akan pernah mengungkap terkait kehamilanku pada kedua orang tuaku. Dengan begitu aku tidak akan melihat wajah kecewa dan sedih kedua orang tuaku.” Nadine tersenyum membuang segala kekhawatiran di hatinya. Toh ia bisa bercerai setelah anak dalam kandungannya lahir. “Tapi jika anak itu lahir dan kamu jatuh cinta, maka kamu harus menikah ulang. Kamu paham hukum menikah di luar nikah dalam agama kita bukan ?” Mia menatap tajam ke arah Nadine yang menganggukkan kepala. “Kita lihat saja nanti. Aku belum memikirkan apapun. Yang aku pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya agar kedua orang tuaku tidak mengetahui perihal kehamilanku. Mia menganggukkan kepalanya. “Aku akan menolongmu jika kamu memerlukan bantuanku, bersandiwara dengan baik misalnya.” Mia tertawa yang diikuti Nadine. “Terimakasih banyak atas dukunganmu. Aku permisi dulu, ada yang harus aku temui untuk membahas masalah ini.” Pamit Nadine pada Mia yang menganggukan kepala dan berdiri dari duduknya untuk mengantar Nadine ke depan. Mia menarik nafas panjang begitu mobil Nadine menjauh. Ia berharap yang terbaik untuk perjalanan cinta sahabatnya itu. Ia berharap kali ini Nadine menemukan kebahagiaannya. Nadine memacu mobilnya, dan kali ini tujuannya adalah rumah Kai. ******** Kiss Jauh Dari Author .... Love you all ... Sampai jumpa esok ya ..... sayang kalian banyak-banyak ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN