“Jangan terlalu membenciku, atau kamu akan terluka karena terlalu merindukanku.” ~Kai~
********
Empat hari berlalu.
Kai menunggu Nadine di parkiran. Nadine kaget saat melihat Kai berdiri bersandar di mobilnya dengan senyum manis seperti biasa.
“Mau apa kamu ?” Nadine bertanya dengan sangat ketus seperti biasanya.
“Mau makan siang bareng sama kamu,” Jawab Kai dengan santai masih dengan senyum manisnya.
“Minggir dari mobilku ! aku tidak selera untuk makan siang apalagi bersamamu, nafsu makanku langsung hilang. Aku mau pulang !” begitulah Nadine selalu ketus saat melihat Kai.
“Hmmm ... apakah bicara manis terasa sulit bagimu ? mengapa hanya padaku saja kamu sangat ketus ?” Kai menatap Nadine sambil memanyunkan bibirnya.
Nadine menatap tajam ke arah Kai.
“Itu kenapa bibirnya di manyunkan begitu,” gumam Nadine dalam hati sambil menelan salivanya. Tapi itu hanya sebentar karena sikap galaknya kembali muncul.
“Karena kamu sangat menyebalkan dan aku membencimu ! minggir gak !” pekik Nadine sambil berusaha mendorong Kai agar menjauh dari mobil. Bukannya beringsut, Kai malah memajukan wajahnya hingga begitu dekat pada wajah Nadine.
“Jangan terlalu membenciku, atau kamu akan terluka karena terlalu merindukanku,” ucap Kai dengan senyum manis menghipnotis dengan bibir hampir menyentuh bibir Nadine yang dengan cepat memundurkan kepalanya dan hampir saja kehilangan keseimbangan jika Kai tidak cepat memeluk pinggangnya.
“Lepasin !” pekik Nadine yang malah membuat Kai dengan cepat menggendongnya dan berjalan ke arah mobilnya sendiri.
“Lepasin ! dasar gila !” pekik Nadine yang tidak diperdulikan oleh Kai, sekalipun beberapa pasang mata menatap heran ke arah mereka.
Kai menurunkan Nadine di depan pintu mobil, lalu membuka pintu mobil dan memaksa Nadine untuk masuk ke dalam.
“Sekarang juga aku akan umumkan tentang kehamilanmu jika kamu tidak mau menurut padaku ! aku antar kamu pulang dan tidak ada penolakan !” ancam Kai dengan suara yang tegas tidak lembut seperti biasanya.
Nadine terdiam, menatap tajam ke arah Kai. “Masuklah ke dalam, aku mohon.” Kali ini suara Kai kembali lembut tapi dengan tatapan tajam. Akhirnya dengan perasaan kesal, Nadine segera masuk ke dalam mobil menuruti kemauan Kai. Kehamilannya selalu menjadi senjata Kai untuk membuatnya menurut.
“Nanti malam, aku akan menemui kedua orang tuamu, kali ini aku tidak ingin mendengarkanmu lagi. Sudah cukup lama aku menunggumu untuk berbicara pada kedua orang tuamu seperti yang kamu katakan. Jika kamu merasa takut, maka aku yang akan mengatakannya. Aku ingin dekat dengan anakku dan tahu perkembangannya dari hari ke hari, bulan ke bulan,” ucap Kai sambil fokus menyetir. Nadine hanya diam mendengarkan, otaknya berpikir bagaimana membuat Kai tidak jadi menemui kedua orang tuanya.
“Aku belum siap, aku takut.” Nadine terisak pelan, membuat Kai hilang fokus dan segera mencari tempat yang sedikit sepi untuk menepikan mobilnya.
Setelah menepikan mobilnya, Kai menatap Nadine dan mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Nadine, tapi Nadine segera menepis tangan Kai.
“Aku membencimu, turunkan aku di sini ! mengapa kamu tidak mau mendengarkanku,” ucap Nadine berusaha membuat Kai luluh dengan air matanya.
“Aku berjanji akan selalu mendengarkan semua keinginanmu, tapi tidak untuk masalah kehamilanmu. Tolong mengertilah.” Kali ini kedua netra Kai berkaca-kaca. Ia tidak tahu lagi bagaimana membujuk Nadine.
“Sebenci itukah kamu padaku ? aku ingin bertanggung jawab tapi mengapa kamu malah menolaknya.” Nada suara Kai terdengar seperti orang putus asa.
“Aku berjanji akan menjagamu dan anak kita walau nyawa taruhannya. Aku berjanji akan menjadikanmu satu-satunya wanita dalam hidupku,” ucap Kai yang membuat Nadine memicingkan mata menatapnya.
“Kamu lupa pada kekasihmu ? Ruby ?” tanya Nadine dengan nada mengejek janji yang di ucapkan Kai.
“Rubi bukan kekasihku ataupun Istriku, dia hanya masa laluku. Aku sudah menyelamatkannya dari tangan dingin Devan yang hampir saja menghabisinya. Jadi aku tidak memiliki hutang budi padanya bukan ?” Kai menatap Nadine dengan lembut.
“Tapi kamu berjanji akan menjaganya.” Nadine mengingatkan akan janji Kai pada Devan.
“Itu hanya ucapanku untuk membuat Devan luluh. Karena hanya dengan cara itu Devan mau melepaskannya. Devan itu terlalu dingin untuk bisa di cairkan. Hanya karena mengingat aku adalah sepupunya yang membuat ia luluh, walau dia sangat marah akan tindakanku.” Kai masih menatap lekat pada Nadine yang hanya diam mendengarkan tanpa bereaksi apapun.
“Tapi tetap saja, Rubi tidak akan begitu saja melepaskanmu,” ucap Nadine terdengar mengejek.
“Aku tahu itu, tapi bukan berarti aku harus mengikuti maunya bukan. Sudah cukup aku mencintainya tanpa ada balasan. Kini saatnya aku menentukan jalanku sendiri,” ucap Kai masih lekat menatap Nadine yang juga balas menatapnya. Ada nada sedih dalam ucapan Kai ketika mengatakannya.
“Jangan takut, semua akan baik-baik saja nanti malam saat aku mengungkapkan kebenaran tentang kehamilanmu.” Kai tersenyum lalu menyalakan kembali mobil dan mengantar Nadine pulang. Yang diantar hanya diam saja, mulai memikirkan kata-kata Kai. Tapi tetap saja bayangan Rubi selalu muncul. Nadine takut, karena ulah Ruby jugalah penyebab Rini kehilangan calon bayinya.
Saat tiba di rumah tanpa pamit dan berterimaksih, Nadine segera keluar dari mobil meninggalkan Kai. Tentu saja Kai maklum akan sikap Nadine. Ia hanya mengangkat bahu dan tersenyum maklum lalu segera meninggalkan rumah Nadine.
Di dalam rumah, tampak Mama Nadine sedang asyik dengan rujak buah di hadapannya. Nadine berkali-kali menelan salivanya dan berjalan perlahan menghampiri Mamanya.
“Loh sudah pulang ?” tanya Mama Nadine pada sulungnya.
“Iya Ma, Nadine ingin memeberikan kesempatan pada Sinta untuk menghandle semuanya sebelum Nad benar-benar resign. Toh Nad sudah tidak memiliki alasan untuk tetap bertahan disana,” ucap Nadine yang dibalas anggukan Mama.
Nadine menerawang mengingat alasannya mau menjadi sekretaris Devan. Semua yang ia lakukan hanya untuk mendapatkan hati Devan. Tapi ia gagal, karena Devan lebih memilih Rini sebagai pendamping. Patah hati bodoh yang akhirnya membawa ia berjumpa Kai dalam cinta satu malam.
Mengingat semua itu membuat Nadine mengutuk dirinya sendiri yang pasti akan membuat kecewa kedua orang tuanya. Siapa yang akan mau menikahi wanita yang sudah ternoda dan sebentar lagi akan memiliki anak. Menikah dengan Kai sama saja membunuhnya pelan-pelan jika Ruby masih ada di sekelilingnya. Wanita psikopat seperti Ruby, tidak akan mudah melepaskan apa yang sudah menjadi miliknya. Dan masa lalu Kai penuh dengan wanita, rasa cemburu atau bisa-bisa ia akan sangat terluka jika tiba-tiba ada wanita yang datang mengaku memiliki anak dengan Kai. Membayangkannya saja sudah membuatnya bergidik.
“Kok melamun ?” tanya Mama sambil menyentuh pipi putrinya yang terlihat sedikit berisi. Nadine tersenyum sambil menggeleng. Tapi tiba-tiba perutnya bergejolak, rasa mualnya kembali muncul. Sebisa mungkin ia menahan rasa mual di depan Mamanya.
“Ma ... Nad pamit ke kamar sebentar ya, Nad kebelet mau ke toilet,” ucap Nadine sambil memegang perutnya pura-pura menahan rasa sakit. Mama hanya memandang putrinya dengan kening berkerut.
“Apa yang kamu sembunyikan dari Mama, Nadine ...,” gumam Mama Nadine merasakan jika putrinya menyembunyikan sesuatu darinya, entah apa itu. Nalurinya sebagai Ibu merasakan itu.
********
Kiss jauh dar Author .....
Love you all ........