Memelukmu membuat sakitku hilang ~Kai~
********
Nadine menatap rumah Kai dari balik kaca mobil. Hatinya tiba-tiba kembali ragu untuk menemui Kai. Ia lalu menyandarkan punggungnya, menarik nafas sejenak.
“Hmmm ... tidak ada cara lain, hanya cara ini saja yang bisa menyelamatkanku,” gumam Nadine berulang-ulang mencoba menenangkan gemuruh di dadanya akan keputusannya.
Akhirnya ia turun dari mobil dan berjalan perlahan menuju gerbang rumah kai.
“Saya ingin bertemu Pak Kai,” ucap Nadine pada satpam yang menatap ke arahnya.
“Saya sudah memiliki janji dengan Pak Kai,” ucap Nadine lagi mencoba meyakinkan satpam.
“Baiklah, saya akan meneleponnya jika Bapak tidak percaya.” Nadine mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.
“Ibu Nadine ?” tanya satpam mencoba mengenali Nadine sambil melihat ponsel miliknya sendiri. Kai sudah berpesan dan juga memberikan foto Nadine jika sewaktu-waktu Nadine datang mampir mencari dirinya atau sekedar datang untuk membaca beberapa buku miliknya.
Nadine mengangguk karena satpam mengenalinya.
“Silahkan masuk, Pak Kai sakit dua hari ini,” ucap Satpam yang membuat Nadine terkejut. Tanpa banyak bertanya Nadine segera berjalan menuju kediaman Kai.
Membuka pintu dengan kunci yang Kai berikan dan berjalan perlahan menuju kamar milik Kai. Membuka pelan pintunya agar si empunya rumah tidak terganggu. Tapi apa yang dilakukannya percuma, karena si empunya rumah sepertinya tidak ada di dalam kamar. Nadine memutuskan untuk menunggu di ruang tamu, ia terlalu lancang membawa kakinya masuk ke dalam kamar milik Kai.
“Aku kangen sama kamu.” Satu suara terdengar berbisik pelan di telinga Nadine dan di susul pelukan hangat yang melingkupi dari belakang tubuhnya sebelum ia sempat berbalik menuju ruang tamu . Kai memeluknya dengan sangat hangat. Nadine mencoba melepaskan pelukan Kai.
“Lepasin !” sentak Nadine yang tidak di dengarkan oleh Kai yang malah memepererat pelukannya dan menyandarkan dagunya pada leher Nadine. Apa yang Kai lakukan malah membuat Nadine bisa merasakan panas dari tubuh Kai. Laki-laki ini benar-benar sakit, badannya terasa hangat, batin nadine.
“Lepasin, aku mau bicara,” ucap Nadine kali ini berusaha lebih lembut . Tapi Kai malah menyingkirkan rambut Nadine kesamping dan mencium leher Nadine dengan ciuman-ciuman kecil. Nadine meleleh saat kai melakukannya. Akal sehatnya hilang ditelan bumi.
“Kai ... stop, aku mau membicarakan sesuatu yang penting denganmu.” Kai tersenyum, Nadine mengatakan berhenti, tapi tidak mencoba melepaskan diri dari pelukan Kai. Sebenarnya kai masih ingin terus memeluk Nadine seperti itu, tapi akhirnya ia mengalah pada keinginannya. Tapi sebelum melepas Nadine, Kai memberikan satu kecupan yang meninggalkan jejak merah di leher Nadine.
“Dasar m***m ! maki Nadine pada Kai yang malah mengajak Nadine untuk duduk. Kalau bukan karena hendak membicarakan sesuatu, ingin rasanya Nadine segera angkat kaki.
Suasana hening. Nadine mengatur nafasnya yang masih memburu sambil menatap kesal ke arah Kai yang terlihat tenang.
“Hmmm ... mengapa tidak melihatnya selama tiga hari, tampangnya berubah jadi hot as hell begini,” batin Nadine menilai penampilan Kai dengan wajah yang mulai ditumbuhi sedikit jenggot halus, Menambah kesan macho. Mengusapnya pelan atau Kai menciumi lehernya pasti akan terasa geli yang menggelitik . Tatapan Nadine bergerilya, kali ini menatap ke arap perut Kai. Membayangkan roti sobek yang pasti dimiliki pria itu dibalik kaosnya. “Ahhh ... mengusapnya sebentar pasti akan membuat pria ini mengerang,” batin Nadine terus saja menilai dengan begitu mesumnya.
“Kenapa terus menatapku seperti itu, kamu menginginkan sesuatu ?” tanya Kai yang menyentak lamunan m***m Nadine. Mungkin hormon kehamilannya yang sedang tinggi sehingga menilai Kai dengan begitu frontal Hormon mengalahkan akal sehatnya. Saat ini ia harus mengembalikan akal sehatnya sebelum memulai pembicaraan.
“Kamu beneran sakit atau pura-pura sakit?” tanya Nadine cepat membuang imajinasi mesumnya. Nadine dapat melihat wajah lesu kai yang menandakan pria di hadapannya ini benar-benar sedang sakit. Wajah yang beberapa hari ini menghilang dari pandangannya.
“Aku kecapekan, tapi perlahan sembuh saat memelukmu tadi.” Kai terlihat manis saat mengucapkannya membuat Nadine memalingkan wajah karena takut tersihir.
“kenapa datang kemari ? kamu merindukanku ?” tanya Kai dengan penuh percaya diri pada Nadine yang segera menatapnya kesal lalu merotasi kedua netranya akan tingkat kepedean seorang Kai Aryasena.
“Aku datang karena ingin membuat kesepakatan denganmu,” ucap Nadine pada Kai yang sekarang duduk sambil bersandar pada kepala ranjang.
“Katakan,” ucap Kai sambil menatap ke arah Nadine. Beberapa hari tidak melihat Nadine rasanya sangat menyakitkan. Rasa rindu mulai menguasai hatinya dikala jauh. Tapi Kai menyukai rasa itu, walau Nadine masih terlihat sangat ketus padanya.
“Aku ....hmppp.” Nadine yang hendak memulai berbicara langsung menghentikan ucapannya, karena tiba-tiba saja Kai membungkam bibirnya dengan sebuah ciuman yang sangat cepat lalu dengan cepat pula melepaskannya.
“Hmmm ... orang menyebalkan sepertimu walau dalam keadaan sakit tetap saja menyebalkan !” Nadine berbicara ketus sambil menatap tajam ke arah Kai dengan tatapan kesal. Kai menanggapi kemarahan Nadine dengan senyum manis. Mungkin dengan membuat Nadine kesal, ia bisa terus melihat wanita yang akan menjadi Ibu dari anaknya itu meluapkan kemarahannya.
“Sakit terasa lebih menyenangkan jika ada yang ngomel begini,” ucap Kai konyol yang dibalas tatapan kejam dari Nadine.
“Sudahlah, aku mau pulang saja. Aku bisa masuk rumah sakit jiwa kalau terus disini,” ucap Nadine hendak berdiri dan melangkah pergi tapi Kai dengan cepat menahan tangan Nadine.
“ Baiklah, aku minta maaf, katakan apa yang ingin kamu katakan. Aku akan mendengarkannya dengan diam.” Kai membujuk Nadine agar jangan pulang. Kai masih ingin melihat Nadine. Ia tidak terlalu ingin tahu apa yang ingin Nadine katakan.
Nadine melunak melihat tatapan memohon dari Kai. Anggaplah ia masih suka berada dekat dengan Kai seperti ini. Jangan-jangan karena kehamilannya. Nadine segera menepis pemikirannya.
“Kita bicara di depan, aku makin takut kalau bersamamu disini.” Nadine berdiri dari duduknya dan melangkah keluar kamar diikuti Kai di belakangnya.
Nadine duduk di ruang tamu, dengan Kai yang juga mengikutinya untuk duduk. Tapi Nadine segera menggeser tubuhnya memberi jarak untuk dirinya dan juga Kai.Dia tidak ingin aroma Kai mengganggu hormonnya lagi. Atau tiba-tiba Kai menciumnya seperti tadi lagi.
“Apa yang mau kamu katakan baby ?” tanya kai dengan panggilan sayangnya yang tersa menggelitik hatinya. Ia menyukainya, tapi bersamaan ia juga membencinya, membayangkan Kai memanggil semua wanita yang pernah dekat dengannya dengan panggilan itu.
“Ayo menikah,” ucap Nadine yang tentu saja membuat kai tersenyum lebar dan hendak duduk dekat pada Nadine.
“Eh ... duduknya agak jauhan, atau aku batalin ucapanku.” Nadine memundurkan tubuhnya saat Kai berada begitu dekat dengannya. Karena tidak mau mundur juga, akhirnya Nadine mengalah dengan memilih berdiri agar Kai menjauhinya. Tapi ia salah, Kai malah ikut berdiri dan melingkarkan lengannya pada pinggang Nadine.
Kai dapat merasakan jika nafas Nadine terasa lebih cepat, ia juga dapat merasakan tubuh tegang Nadine dalam pelukannya. Kai tersenyum, ia belum ingin mendengar perkataan lanjutan dari Nadine. Dirinya sudah bahagia dengan kalimat Nadine yang mengajaknya menikah.
“Aku tidak bisa bicara, kalau kamu begini.” Nadine menatap kai memintanya untuk melepaskan pelukannya. Kai akhirnya melepaskan pelukannya dan Nadine mulai melanjutkan bicaranya.
“Kita menikah, tapi dengan syarat. Jangan katakan perihal kehamilanku pada kedua orang tuaku. Katakan saja kamu mencintaiku dan ingin menikah denganku.” Nadine berbicara cepat dan menanti jawaban Kai.
********
Kiss jauh dari author ....
Love you all to the moon and back ......
Sampai jumpa esok ya, kalau khilaf ya nanti malam hehe....