Find Me, Love 6

1237 Kata
“Rasa itu muncul tanpa perlu di panggil. Hanya dengan senyummu hari-hariku yang tenang menjadi kacau.” ~Nadine~ ******** Suasana kantor terlihat sepi di siang hari, ada yang masih sibuk dengan pekerjaan yang masih belum selesai dan sayang jika ditinggalkan hanya untuk makan siang. Ada yang bercanda sambil menikmati cemilan yang sengaja dibawa dari rumah. Dan ada yang keluar kantor untuk memberikan kesempatan pada lidah dan perut menikmati makan siang. Tampak Nadine sedang memijat kepalanya setelah beberapa kali muntah. “Bu Nadine sakit ?” tanya Sinta memperhatikan Nadine yang terlihat tidak bersemangat. Nadine menatap Sinta sambil menggeleng. “ Aku enggak apa-apa, mungkin magh ku kambuh,” ucap Nadine sambil tersenyum. “Ibu istirahat saja, biar saya yang selesaikan laporannya,” ucap Sinta terlihat masih khawatir. Sinta selalu khawatir jika melihat orang sakit. Bayangan ibunya yang merintih saat sakit selalu bermain di dalam pikirannya. Akhirnya Nadine mengangguk menuruti saran Sinta. “ Kamu jangan lupa makan siang sebelum melanjutkan pekerjaanmu,” ucap Nadine lagi sambil menyandarkan punggungnya di sofa. “Iya Bu Nadine, saya bereskan ini dulu baru saya makan siang. Ibu mau dibelikan makan siang juga ?” tawar Sinta pada Nadine yang langsung membayangkan empek-empek palembang yang pernah dicicipinya beberapa waktu lalu. “Hmmm … enggak usah, biar aku beli sendiri saja. Kebetulan hari ini orang tuaku kembali dari luar negeri jadi aku akan pulang lebih cepat,” ucap Nadine pada Sinta. Dan tanpa Nadine sadari ada raut sedih di wajah Sinta saat mendengar kata orang tua. Setelah merasa baikan Nadine segera menghubungi Devan jika akan pulang lebih awal. Dan Sinta akan menggantikannya. Nadine berjalan perlahan menuju mobil, ia memegang pintu mobil, terlihat sangat cemas dan juga bingung bagaimana menghadapi kemarahan dan kekecewaan kedua orang tuanya nanti, saat ia mengungkap kejujuran tentang keadannya saat ini. Nadine memasuki mobilnya, dari dalam mobil, ia dapat melihat Kai yang baru saja datang bersama wanita yang dipeluknya di depan lift dua hari yang lalu. Nadine menghela nafas panjang, Kai selalu dikelilingi wanita-wanita cantik. Hingga asisten hukumnya pun seorang gadis yang cantik. “Aduh … kenapa aku jadi memikirkannya,” gumam Nadine pelan lalu menjalankan mobilnya. Sebaiknya ia makan siang dulu sebelum makan empek-empek dan rujak buah yang sedang diinginkannya. Kai masuk ke kantor dan bertemu Papi Herman serta Devan. Mereka ngobrol cukup lama sebelum berjumpa kolega bisnis. Setelah beberapa saat rapat selesai, tampak Kai berjalan bersama Rea keluar dari ruang rapat. Kai berhenti sebentar di depan ruangan Nadine. Tadi hanya ada Sinta, sedangkan Nadine tidak ada. Padahal Kai berharap bisa melihat Nadine selama rapat tadi. "Pak Kai," panggil Rea karena Kai tak kunjung melangkah dan hanya mematung di depan ruangan yang entah milik siapa. "Oh iya, mari," ucap Kai lalu melangkah beriringan bersama Rea keluar dari kantor. Di lain tempat, tampak Nadine sedang duduk di kedai empek-empek.Menikmati makanan khas dari Palembang itu dengan hati yang gembira.  Ia tiba tepat di saat empek-empek tinggal satu porsi. Seorang pria tampan yang harusnya mendapat bagian itu, pada akhirnya mengalah dan memberikannya pada Nadine. Sedangkan si pria terburu-buru pergi setelah mendapat telepon. Selesai dengan empek-empek, Nadine segera keluar dari kedai setelah terlebih dahulu membayar makanannya. Ia menyetir pelan kembali ke rumah. Ia sedang tidak mood saat ini. Hati dan pikirannya sedang tidak baik-baik saja. Tapi di tengah perjalanan entah mengapa ia membelokkan mobil ke arah pantai.  Memarkir mobil dan berjalan menuju ke arah pantai. Nadine menghela nafas panjang. Disinilah semua bermula, dan entah bagaimana berakhir. Setelah merasa cukup tenang, Nadine kembali menaiki mobilnya untuk kembali ke rumah. Apapun yang terjadi ia akan menghadapinya, sekalipun itu kemarahan Papanya yang belum pernah dilihatnya. Sore menjelang. Tampak Surya bersama Istrinya keluar dari mobil. Nadine menyambut kedatangan kedua orang tuanya dengan raut bahagia. Mereka beriringan masuk ke dalam rumah. Nadine harus menunggu saat yang tepat untuk mengatakan apa yang sedang terjadi. Hari merangkak menuju malam. Tampak Surya sedang duduk santai bersama Istri dan juga Nadine putrinya. "Permisi tuan," Bibik, Asisten rumah tangga meminta izin dengan sopan. "Ada apa Bik ?" Tanya Surya ramah pada Asisten yang setia mengabdi pada keluarganya sejak Nadine kecil. "Ada yang cariin non Nadine di depan," ucap Bibik lagi. "Siapa Bik ?" Tanya Nadine tidak merasa mengundang siapapun ke rumah. "Namanya Mas Kai." Ucapan Bibik sontak membuat Nadine segera berdiri dari duduknya dan terlihat cemas. "Makasih Bik," ucap Nadine berusaha menutupi kegugupannya. "Pa ... Ma, Nad ke depan dulu ya. Itu pengacara di kantor mungkin ada perlu penting sama Nadine," ucap Nadine terlihat makin gugup. Lalu segera beranjak pergi dengan terburu-buru. Ia keluar rumah dan mendapati Kai tersenyum ke arahnya. "Mau ngapain kamu datang kesini ?" Tanya Nadine dengan sikap galak. Kai masih tersenyum, memaklumi Nadine yang berubah galak dari hari ke hari. "Aku mau menemui orang tuamu, menjelaskan perihal keadaanmu," ucap Kai dengan tenang. "Jangan gila kamu !" Pekik Nadine pelan sambil mendorong Kai untuk pindah ke tempat yang agak tertutup. Nadine tidak ingin tiba-tiba Mamanya datang. Nadine dan Kai berdiri diantara rimbun taman. Dengan Nadine yang celingak-celinguk memastikan keadaan aman. "Papa sama Mama baru saja kembali dari luar negeri. Jangan membuat suasana jadi kacau. Aku bakal benci sama kamu kalau kamu nekat !" Nada bicara Nadine masih terdengar ketus. Kai menggeleng pelan tapi tegas. Kalau aku tidak bicara lalu apa kamu yang akan bicara pada kedua orang tuamu ?" Tanya Kai memastikan. "Iya, aku yang akan bicara pada mereka. Tapi tidak sekarang. Mereka baru kembali dan aku tidak ingin mengusik dengan ceritaku yang pasti membuat mereka sangat terluka," ucap Nadine sambil menatap tajam ke arah Kai. "Baiklah, tapi lebih cepat lebih baik bukan ?" Kai masih bersikeras. "Tolong mengertilah, ini tidak semudah pemikiranmu." Terlihat Nadine berbicara pelan sambil menahan air mata yang berlomba hendak keluar. "Aku merasa takut melihat kekecewaan kedua orang tuaku. Aku belum siap melihat tangis Mamaku. Wajah kecewa Papa. Rasanya sangat menyakitkan. Apa kamu pernah berpikir sampai sejauh itu. Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri tanpa memikirkan perasaanku, perasaan kedua orang tuaku." Nadine mulai menangis.Kai refleks hendak memegang pipi Nadine untuk menghapus air mata wanita yang sedang mengandung darah dagingnya itu, tapi Nadine menepis tangan Kai. "Sebenarnya kalau kamu mau pergi dan menganggap tidak pernah terjadi apapun, maka semua akan baik-baik saja." Nadine menghapus air matanya dan kembali menatap tajam ke arah Kai. "Aku hanya ingin bertanggung jawab. Anak di dalam kandunganmu adalah milikku. Aku tidak ingin jauh darinya. Aku ingin dia merasakan kasih sayang seorang Ayah yang tidak pernah aku dapatkan." Kai membalas tatapan Nadine tak kalah tajam. "Nadine ... kamu dimana ? Siapa tamunya ?" Terdengar suara Mama di depan pintu. Nadine cepat membekap mulut Kai dengan tangannya dan menarik Kai agar bersembunyi. Jarak mereka sangat dekat dan Kai menyukainya. "Pulanglah, aku akan mencari waktu yang tepat jika kamu ingin menemui Papa," bisik Nadine pada Kai. Jarak wajah mereka sangat dekat sehingga Nadine dapat merasakan hembusan nafas Kai. Dan juga harum parfum yang menguar dari badan Kai.  Nadine buru-buru memundurkan wajahnya dan melepas bekapan pada mulut Kai. "Cepat pulanglah, aku mohon." Kali ini nada bicara Nadine sangat lembut yang membuat Kai menganggukkan kepala tanda setuju. "Sampai jumpa lagi istriku," ucap Kai pura-pura mendekatkan bibirnya ke arah bibir Nadine hendak mencium. Nadine segera memundurkan kepalanya. "Dasar gila ! Aku membencimu !" Ucap Nadine lalu keluar dari persembunyiannya dan berlari pelan masuk ke dalam rumah setelah melihat Mama sudah masuk setelah melihatnya tidak ada tadi. Meninggalkan Kai yang tersenyum lalu keluar dari balik rimbun taman dan berjalan santai menuju mobilnya. ***** Kiss Jauh Dari Author ..... Love You All ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN